
وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ وَلَا تَعْدُ عَيْنَاكَ عَنْهُمْ تُرِيدُ زِينَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَلَا تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُ عَنْ ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوَاهُ وَكَانَ أَمْرُهُ فُرُطًا
««•»»
waishbir nafsaka ma'a alladziina yad'uuna rabbahum bialghadaati waal'asyiyyi yuriiduuna wajhahu walaa ta'du 'aynaaka 'anhum turiidu ziinata alhayaati alddunyaa walaa tuthi' man aghfalnaa qalbahu 'an dzikrinaa waittaba'a hawaahu wakaana amruhu furuthaan
««•»»
Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.
««•»»
Content yourself with the company of those who supplicate their Lord morning and evening, desiring His Face, and do not loose sight of them, desiring the glitter of the life of this world.[1] And Do not obey him whose heart We have made oblivious to Our remembrance, and who follows his own desires, and whose conduct is [mere] profligacy.
[1] Cf. 6:52
««•»»Dalam ayat ini Allah SWT memerintahkan Rasul Nya agar dia bersabar dan dapat menahan dirinya untuk duduk bersama dengan beberapa orang sahabatnya yang tekun dalam ibadah sepanjang hari karena mengharapkan rida Allah SWT semata-mata. Sahabat-sahabat itu hidup dalam kesederhanaan jauh dari kenikmatan duniawi. Mereka itu antara lain ialah: Amar bin Yasir, Bilal, Suhaib, Ibnu Mas'ud dan sahabat-sahabat lainnya yang keadaannya sebagaimana mereka ketahui.
Ada diriwayatkan bahwa `Uyainah bin Hisni Al Fazary datang kepada Nabi Muhammad saw sebelum dia masuk Islam. Ketika itu beberapa orang sahabat Nabi yang fakir di sampingnya. Di antaranya adalah Salman Al Farisi yang sedang berselimut jubah dan tubuhnya memancarkan keringat, di tangannya daun kurma yang sedang dibelah-belahnya kemudian dianyamnya. Berkata `Uyainah itu kepada Rasul saw: "Apakah bau mereka itu (sahabat-sahabat yang fakir) tidak mengganggumu? Kami ini pemuka-pemuka suku Mudar dari bangsawan mereka. Jika kamu masuk Islam maka semua suka Mudar akan masuk Islam. Tidak ada yang mencegah kami untuk mengikutimu, kecuali kehadiran mereka itu. Maka oleh karena itu, jauhkanlah mereka itu, agar kami mengikutimu atau adakan untuk mereka itu majelis tersendiri, dan kami majelis tersendiri pula. Kemudian turunlah ayat ini.
Di surat yang lain Allah berfirman yang maksudnya sama dengan ayat ini.
وَلَا تَطْرُدِ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ مَا عَلَيْكَ مِنْ حِسَابِهِمْ مِنْ شَيْءٍ وَمَا مِنْ حِسَابِكَ عَلَيْهِمْ مِنْ شَيْءٍ فَتَطْرُدَهُمْ فَتَكُونَ مِنَ الظَّالِمِينَ
Dan janganlah kamu mengusir orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi hari dan di petang hari sedang mereka menghendaki keridaan Nya Kamu tidak memikul tanggung jawab sedikitpun terhadap perbuatan mereka dan merekapun tidak memikul tanggung jawab sedikitpun terhadap perbuatanmu yang menyebabkan kamu (berhak) mengusir mereka, sehingga kamu termasuk orang-orang yang lalim.
(QS. Al An'am [6]:52)
Sikap kaum musyrikin terhadap sahabat-sahabat Nabi yang fakir itu sama halnya dengan sikap kaum Nuh terhadap pengikut-pengikut Nabi Nuh as,
sebagaimana difirmankan Allah SWT:
قَالُوا أَنُؤْمِنُ لَكَ وَاتَّبَعَكَ الْأَرْذَلُونَ
Mereka berkata: "Apakah kami akan beriman kepadamu, padahal yang mengikuti kamu ialah orang-orang yang hina?".
(QS. As Syu'ara [26]:111)
Sudah semestinya Rasul saw tidak mengindahkan sikap orang kafir itu. Maka Allah SWT memperingatkan beliau agar jangan sampai meninggalkan dan meremehkan sahabat-sahabatnya yang fakir itu, karena hanya didorong oleh kepentingan duniawi atau disebabkan adanya harapan terhadap keimanan orang-orang yang kaya dari kaum musyrikin itu. Para sahabat itu adalah orang-orang yang dengan ikhlas hatinya memilih jalan hidup yang sempit, dan dengan rela mereka meninggalkan segala kelezatan duniawi karena semata-mata untuk beribadah kepada Allah SWT. Rasul saw mengucapkan syukur kepada Allah atas kehadiran mereka itu di tengah-tengah umatnya.
Rasulullah bersabda:
الحمد لله الذي جعل في أمتي من أمرت أن أصبر نفسي معه
Segala puji bagi Allah yang telah mengadakan di tengah-tengah umatku, orang yang aku diperintahkan untuk sabar menahan diriku bersama dia".
(HR. Tabrani)
Maka oleh karena itu, memandang rendah dan meremehkan orang-orang yang hidup miskin dan melarat, tidaklah dibenarkan oleh agama Islam, terutama sekali bilamana mereka itu terdiri atas orang ahli ibadah dan takwa. Allah SWT dengan tegas lagi melarang Muhammad saw menurutkan keinginan pemuka-pemuka kaum musyrikin untuk menyingkirkan orang-orang yang sudah tertutup jiwa mereka untuk kembali kepada Tuhan, tabiat mereka yang buruk, perbuatan-perbuatan mereka yang melampaui batas, kefasikan dan kemaksiatan yang mereka lakukan, menambah gelap hati mereka, akhirnya mereka berkelanjutan dalam dosa.
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
TAFSIR JALALAIN
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
(Dan katakanlah) kepadanya dan kepada teman-temannya, bahwa Alquran ini (adalah benar datang dari Rabb kalian, maka barang siapa yang ingin beriman, hendaklah ia beriman dan barang siapa yang ingin kafir, biarlah ia kafir). Kalimat ayat ini merupakan ancaman buat mereka. (Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang-orang zalim itu) yaitu bagi orang-orang kafir (neraka, yang gejolaknya mengepung mereka) yang melahap apa saja yang dikepungnya. (Dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih) seperti minyak yang mendidih (yang menghanguskan muka) karena panasnya, jika seseorang mendekat kepadanya (seburuk-buruk minuman) adalah minuman itu (dan ia adalah sejelek-jelek) yakni neraka itu (tempat istirahat). Lafal Murtafaqan sebagai lawan makna yang telah disebutkan di dalam ayat yang lain sehubungan dengan gambaran surga, yaitu firman-Nya, "Dan surga itu adalah tempat istirahat yang paling indah" (Q. S, 18 Al-Kahfi, 31). Jika tidak diartikan demikian, maka tidaklah pantas neraka dikatakan sebagai tempat istirahat.
««•»»
And say, to him and to his companions that this Qur’ān is, ‘The truth [that comes] from your Lord; so whoever will, let him believe, and whoever will, let him disbelieve’ — this is [meant as] a threat to them. Indeed We have prepared for the wrongdoers, that is, the disbelievers, a Fire, and they will be surrounded by its pavilion, [by] that which encloses [the Fire itself]. If they cry out for help, they will be succoured with water like molten copper, like thick [burning] oil, which scalds faces, because of [the intensity of] its heat, if it is brought near them. What an evil drink, that is, and how ill, is the Fire [as], a resting-place! (murtafaqan is a specification derived from the agent of the verb, in other words, vile is the person choosing to rest thereon; and this is in contrast to what He will say next about Paradise: How fair a resting-place [below, verse 31]. For, indeed, what resting-place can there be in the Fire?
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
klik ASBABUN NUZUL klik
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
Ibnu Jarir mengetengahkan sebuah hadis melalui Dhahhak. Hadis yang sama diketengahkan pula oleh Ibnu Murdawaih melalui sahabat Ibnu Abbas r.a. yang menceritakan, bahwa Nabi saw. mengucapkan suatu sumpah. Kemudian empat puluh malam selanjutnya Allah menurunkan firman-Nya, "Dan jangan sekali-kali kamu mengatakan terhadap sesuatu, 'Sesungguhnya aku akan mengerjakan itu besok pagi', kecuali dengan menyebut 'Insya Allah'".
(Q.S. Al Kahfi [18]:28-34).
Sahabat Ibnu Abbas r.a. mengatakan, "Ayat di atas diturunkan berkenaan dengan Umayah ibnu Khalaf Al Jumahiy. Demikian itu karena Umayah menganjurkan supaya Nabi saw. mengerjakan suatu perbuatan yang tidak disukai oleh Nabi sendiri, yaitu mengusir orang-orang miskin yang menjadi pengikutnya dari sisinya, demi untuk mendekatkan akan pemimpin-pemimpin Mekah kepada dirinya. Setelah peristiwa itu, turunlah ayat di atas tadi.
Ibnu Abu Hatim mengetengahkan sebuah hadis melalui Ar Rabi' yang menceritakan, bahwa Nabi saw. pernah bercerita kepada kami bahwa pada suatu hari beliau bertemu dengan Umayah ibnu Khalaf yang membujuknya, sedangkan Nabi saw. pada saat itu dalam keadaan tidak memperhatikan apa yang dimaksud oleh Umayah; maka turunlah ayat di atas tadi
Ibnu Abu Hatim mengetengahkan pula hadis lain melalui sahabat Abu Hurairah r.a. yang menceritakan, bahwa pada suatu hari Uyainah ibnu Hishn datang kepada Nabi saw. sedang sahabat Salman berada di sisinya. Maka Uyainah langsung berkata, "Jika kami datang maka singkirkanlah orang ini, kemudian persilakanlah kami masuk". Maka turunlah ayat di atas.
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
•[AYAT 27]•[AYAT 29]•
•[KEMBALI]•
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
28of110
Sumber: Yayasan Indonesia Membaca http://www.indonesiamembaca.net
http://www.al-quran-al-kareem.com/id/terjemahan/Tafsir-Jalalayn-indonesian
http://www.altafsir.com/Tafasir.asp?tMadhNo=0&tTafsirNo=74&tSoraNo=18&tAyahNo=28&tDisplay=yes&UserProfile=0&LanguageId=2
http://al-quran.info/#18:28
•[AYAT 27]•[AYAT 29]•
•[KEMBALI]•
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
28of110
Sumber: Yayasan Indonesia Membaca http://www.indonesiamembaca.net
http://www.al-quran-al-kareem.com/id/terjemahan/Tafsir-Jalalayn-indonesian
http://www.altafsir.com/Tafasir.asp?tMadhNo=0&tTafsirNo=74&tSoraNo=18&tAyahNo=28&tDisplay=yes&UserProfile=0&LanguageId=2
http://al-quran.info/#18:28
Tidak ada komentar:
Posting Komentar