
وَكَذَلِكَ أَعْثَرْنَا عَلَيْهِمْ لِيَعْلَمُوا أَنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ وَأَنَّ السَّاعَةَ لَا رَيْبَ فِيهَا إِذْ يَتَنَازَعُونَ بَيْنَهُمْ أَمْرَهُمْ فَقَالُوا ابْنُوا عَلَيْهِمْ بُنْيَانًا رَبُّهُمْ أَعْلَمُ بِهِمْ قَالَ الَّذِينَ غَلَبُوا عَلَى أَمْرِهِمْ لَنَتَّخِذَنَّ عَلَيْهِمْ مَسْجِدًا
««•»»
wakadzaalika a'tsarnaa 'alayhim liya'lamuu anna wa'da allaahi haqqun wa-anna alsaa'ata laa rayba fiihaa idz yatanaaza'uuna baynahum amrahum faqaaluu ibnuu 'alayhim bunyaanan rabbuhum a'lamu bihim qaala alladziina ghalabuu 'alaa amrihim lanattakhidzanna 'alayhim masjidaan
««•»»
Dan demikian (pula) Kami mempertemukan (manusia) dengan mereka, agar manusia itu mengetahui, bahwa janji Allah itu benar, dan bahwa kedatangan hari kiamat tidak ada keraguan padanya. Ketika orang- orang itu berselisih tentang urusan mereka {877}, orang-orang itu berkata: "Dirikan sebuah bangunan di atas (gua) mereka, Tuhan mereka lebih mengetahui tentang mereka". Orang-orang yang berkuasa atas urusan mereka berkata: "Sesungguhnya kami akan mendirikan sebuah rumah peribadatan di atasnya".
{877} Yang mereka perselisihkan itu tentang hari kiamat: Apakah itu akan
terjadi atau tidak dan Apakah pembangkitan pada hari kiamat dengan
jasad atau roh ataukah dengan roh saja. Maka Allah mempertemukan mereka
dengan pemuda-pemuda dalam cerita ini untuk menjelaskan bahwa hari
kiamat itu pasti datang dan pembangkitan itu adalah dengan tubuh dan
jiwa.
««•»»So it was that We let them come upon them,[1] that they might know that Allah’s promise is true, and that there is no doubt in the Hour. As they were disputing among themselves about their matter, they said, ‘Build a building over them. Their Lord knows them best.’ Those who had the say in their matter said, ‘We will set up a place of worship over them.’
[1] That is, We let the people discover the cave where the Men of the Cave were.
««•»»Dalam ayat ini, Allah SWT menceritakan perkembangan mereka selanjutnya. setelah Tamlikha pergi ke kota untuk berbelanja dengan membawa uang perak dan kawan-kawannya itu, tampaklah olehnya suasana kota Afasus jauh berbeda dan apa yang diperkirakannya dari teman-temannya. Saat dia datang ke kota itu, ditemukannya rakyatnya sudah beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa. Hanya saja terjadi dalam masyarakatnya perpecahan, ada golongan yang beriman penuh kepada kejadian hari kiamat, ada pula golongan yang menjadi ragu-ragu terhadap hari kiamat itu. Ada yang mengatakan kiamat itu dengan roh saja, ada pula yang mengatakan kiamat itu dengan roh dan jasad.
Maka kehadiran Tamlikha ke kota ini akan melenyapkan perpecahan itu dengan mengembalikan masyarakatnya kepada iman-iman yang sempurna kepada kekuasaan Allah SWT.
Sebagaimana Allah membangkitkan Ashabul Kahfi itu dari tidurnya, supaya mereka saling bertanya satu sama lain tentang diri mereka, sehingga keimanan mereka tambah sempurna, demikian pulalah Tuhan mempertemukan penduduk kota itu dengan Ashabul Kahfi, ketika mereka berselisih tentang masalah hari kiamat itu, sehingga karenanya perpecahan mereka akan menjadi lenyap dan keimanan mereka kepada kekuasaan Tuhan akan menjadi sempurna. Dengan terjadinya pertemuan penduduk kota itu dengan Ashabul Kahfi, maka yakinlah mereka bahwa hari kiamat itu benar-benar akan terjadi dan bahwa manusia di waktu itu dibangkit dari kubur dengan tubuh dan rohnya, sebagai kebangkitan Ashabul Kahfi situ.
Menurut riwayat pangkal pertemuan mereka dengan Tamlikha itu sewaktu dia membayar makanan dan minuman dengan uang peraknya. Pada uang perak itu terdapat gambar raja Decyanus. Penjual bahan makanan itu menjadi heran dan kaget, karena itu mata uang logam tersebut kemudian dibawanya kepada pejabat di kota itu, lalu diadakanlah pemeriksaan terhadap Tamlikha. Akhir dari pemeriksaan itu adalah ditunjukkannya gua itu dengan segala penghuninya.
Peristiwa ini menimbulkan kegemparan dalam masyarakat. Rakyat dan rajanya menyaksikan keadaan yang luar biasa yang membawa mereka kepada persatuan, karena kesatuan keyakinan akan terjadinya hari berbangkit itu. Golongan yang sebelumnya ragu-ragu terhadap hari kiamat, dengan persaksian mereka terhadap peristiwa ini, berubah dengan beriman dengan iman yang sempurna bahwa Allah swt itu kuasa menghidupkan orang yang sudah mati, mengembalikan jasad mereka sebagaimana bentuk semula ketika roh itu diambil.
Maka dalam ayat ini Allah SWT menyatakan bahwa dipertemukannya Ashabul Kahfi dengan penduduk kota Afasus itu supaya mereka mengetahui dengan yakin bahwa janji Allah itu benar-benar dan kedatangan hari kiamat (hari berbangkit) tidak ada keraguan lagi.
Setelah pertemuan antara raja, dan pemuka-pemuka rakyat dengan Ashabul Kahfi itu selesai, maka Ashabul Kahfi kembali ke tempat pembaringannya, dan pada waktu itulah Allah SWT mencabut roh mereka untuk diangkat ke sisi Nya. Kemudian pada hari itu bermusyawarahlah raja dan pemuka-pemuka itu.
Berkatalah sebagian dari mereka kepada lainnya: "Dirikanlah sebuah bangunan besar sebagai peringatan di dekat mulut gua itu". Umpamanya rumah pemondokan para musafir, kolam-kolam dan tempat-empat istirahat bagi peziarah-peziarah dan lain-lainnya. Yang lain mengatakan yakni orang yang terkemuka dan berkuasa: "Kami benar-benar akan membangun sebuah tempat ibadah di dekat mulut gua mereka.
Kedua pihak ingin memuliakan Ashabul Kahfi itu, tetapi mereka berbeda pendapat tentang penghormatan itu. Satu pihak menghendaki mendirikan sebuah bangunan besar, sedang pihak yang lainnya ingin mendirikan sebuah mesjid untuk tempat beribadat bagi mereka.
Ahli Kitab yang berada di masa Nabi saw membicarakan tentang Ashabul Kahfi ini. Mereka mengira-ngira jumlah mereka dan lain-lainnya. Sebenarnya Tuhan mereka lebih tahu tentang hal-hal itu dari mereka. Tentang Apakah penduduk Afasus mendirikan sebuah bangunan untuk peringatan atau mereka mendirikan sebuah mesjid untuk tempat beribadat di atas gua itu hanya Tuhanlah yang mengetahuinya.
Membangun mesjid dekat kuburan tidak terlarang dalam agama. Yang sangat dilarang dalam agama ialah menjadikan kuburan sebagai tempat ibadat,
sebagaimana sabda Rasulullah saw:
لعن الله اليهود والنصارى اتخذوا قبور أنبيائهم وصالههم مساجد
Allah mengutuk orang Yahudi dan Nasrani menjadikan kubur-kubur Nabi dan orang-orang saleh mereka menjadi tempat ibadah. (H.R. Bukhari dari Aisyah dan Abdullah Ibnu Abbas)
Nabi juga bersabda:
لعن الله تعالى زائرات القبور والمتخذين عليها المساجد والسرج
Allah mengutuk wanita-wanita yang ziarah ke kubur dan orang-orang yang mendirikan mesjid-mesjid (tempat-tempat ibadah) di atas kuburan itu, atau memberi lampu-lampu.
(HR. Ahmad, Abu Daud, Tirmizi dan Ibnu Majah dari Ibnu Abbas)
Imam Muslim menambahkan kepada hadis ini perkataan Nabi "Ketahuilah sesungguhnya orang-orang sebelum kamu adalah mereka-mereka itu menjadikan kuburan Nabi-nabi mesjid (tempat beribadah), tetapi aku melarang kamu berbuat demikian".
Demikianlah Rasul sangat melarang umatnya menjadikan kuburan sebagai tempat-tempat beribadat untuk memuliakan orang-orang yang dikubur itu. Bahkan di antara ulama-ulama seperti Ibnu Hajar dalam kitabnya AZ Zawajir memandang sebagai dosa besar, berdasarkan hadis-hadis yang disebutkan. Dalam sejarah terbukti bangunan di kuburan Nabi-nabi atau wali-wali cenderung membawa orang kepada penghormatan yang berlebih-lebihan, yang demikian adalah peluang kepada syirik. Penyembahan terhadap patung-patung justru berasal dari kasus yang demikian itu.
Menurut Ibnu `Abbas tentang firman Allah SWT:
وَقَالُوا لَا تَذَرُنَّ آلِهَتَكُمْ وَلَا تَذَرُنَّ وَدًّا وَلَا سُوَاعًا وَلَا يَغُوثَ وَيَعُوقَ وَنَسْرًا
Dan mereka berkata : "Jangan kamu sekali-kali meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kamu dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) Wadd, dan jangan pula Suwa', Yagus, Ya'uq dan Nasr".
(QS. Nuh [71]:23)
Suwa', Yagus, Ya'uq dan Nasr adalah pada mulanya nama hamba-hamba Allah yang saleh. Sesudah mereka meninggal, kuburan mereka diziarahi, lalu mereka buatkan patung-patung (untuk mengingati amal saleh mereka), lama-kelamaan patung itu mereka sembah. (H.R. Ahmad, Abu Daud, Tirmizi dari Ibnu Abbas)
Khusus mengenai ziarah kubur, Rasul saw kemudian membolehkannya.
Sabdanya:
كنت نهيتكم عن زيارة القبور فزوروها
Dulu aku melarang kamu ziarah kubur, sekarang ziarahilah!
(HR. Muslim dari Baridah Ibnu Al Hasib al Aslami)
At Tirmizi memberikan tambahan pada hadis di atas dengan artinya; bahwasanya ziarah ke kubur itu mengingatkan orang kepada akhirat.
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
TAFSIR JALALAIN
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
(Dan demikianlah) sebagaimana Kami bangunkan mereka (Kami memperlihatkan) (kepada mereka) yakni kaum Ashhabul Kahfi dan kaum Mukminin pada umumnya (agar mereka mengetahui) artinya khusus bagi kaum Ashhabul Kahfi (bahwa janji Allah itu) yaitu adanya hari berbangkit (benar) dengan kesimpulan, bahwa Allah Yang Maha Kuasa mematikan mereka dalam masa yang sangat lama, kemudian mereka tetap utuh sekalipun tanpa makan dan minum, maka Dia Maha Kuasa pula untuk menghidupkan orang-orang yang sudah mati (dan bahwa kedatangan hari kiamat tidak ada keraguan) (padanya.
Ketika) lafal Idz ini menjadi Ma`mul daripada lafal A`tsarnaa (orang-orang itu berselisih) orang-orang Mukmin dan orang-orang kafir (tentang urusan mereka) maksudnya mengenai perkara para pemuda itu dalam hal bangunan yang akan didirikan di sekitar tempat Ashhabul Kahfi itu (orang-orang itu berkata) yakni orang-orang kafir (Dirikanlah di atas gua mereka) di sekitar tempat mereka (sebuah bangunan) untuk menutupi mereka (Rabb mereka lebih mengetahui tentang mereka". Orang-orang yang berkuasa atas urusan mereka berkata,) yang dimaksud adalah yang menguasai perkara para pemuda tersebut, yaitu orang-orang yang beriman.
("Sesungguhnya kami akan mendirikan di atasnya) yakni di sekitarnya (sebuah rumah peribadatan.") tempat orang-orang melakukan salat; akhirnya dibuatlah sebuah rumah peribadatan di pintu gua tersebut.
««•»»
And so, just as We did with them that which We have mentioned, it was that We aroused them, We awakened them, that they might question one another, concerning their state and the length of their stay [in the cave]. One of them said, ‘How long have you tarried?’ They said, ‘We have tarried a day, or part of a day’: [he said this] because they had entered the cave at sunrise and were awakened at sunset, and so they thought that it was [the time of] sunset on the day of their entry. Then, they said, unsure about this [fact], ‘Your Lord knows best how long you have tarried. Now send one of you with this silver coin of yours (read bi-warqikum or bi-wariqikum) to the city — which is said to be the one now called Tarsus (Tarasūs) — and let him see which is the purest food, that is, which of the foods of the city is the purest, and [let him] bring you a supply thereof. Let him be careful and not make anyone aware of you.
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
•[AYAT 20]•[AYAT 22]•
•[KEMBALI]•
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
21of110
Sumber: Yayasan Indonesia Membaca http://www.indonesiamembaca.net
http://www.al-quran-al-kareem.com/id/terjemahan/Tafsir-Jalalayn-indonesian
http://www.altafsir.com/Tafasir.asp?tMadhNo=0&tTafsirNo=74&tSoraNo=18&tAyahNo=21&tDisplay=yes&UserProfile=0&LanguageId=2
http://al-quran.info/#18:21
And so, just as We did with them that which We have mentioned, it was that We aroused them, We awakened them, that they might question one another, concerning their state and the length of their stay [in the cave]. One of them said, ‘How long have you tarried?’ They said, ‘We have tarried a day, or part of a day’: [he said this] because they had entered the cave at sunrise and were awakened at sunset, and so they thought that it was [the time of] sunset on the day of their entry. Then, they said, unsure about this [fact], ‘Your Lord knows best how long you have tarried. Now send one of you with this silver coin of yours (read bi-warqikum or bi-wariqikum) to the city — which is said to be the one now called Tarsus (Tarasūs) — and let him see which is the purest food, that is, which of the foods of the city is the purest, and [let him] bring you a supply thereof. Let him be careful and not make anyone aware of you.
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
•[AYAT 20]•[AYAT 22]•
•[KEMBALI]•
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
21of110
Sumber: Yayasan Indonesia Membaca http://www.indonesiamembaca.net
http://www.al-quran-al-kareem.com/id/terjemahan/Tafsir-Jalalayn-indonesian
http://www.altafsir.com/Tafasir.asp?tMadhNo=0&tTafsirNo=74&tSoraNo=18&tAyahNo=21&tDisplay=yes&UserProfile=0&LanguageId=2
http://al-quran.info/#18:21
Tidak ada komentar:
Posting Komentar