Kamis, 30 Juli 2015

[018] Al Kahfi Ayat 036

««•»»
[018] Al Kahfi Ayat 036
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
[AYAT 35][AYAT 37]
[KEMBALI]
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
36of110
Sumber: Yayasan Indonesia Membaca http://www.indonesiamembaca.net
http://www.al-quran-al-kareem.com/id/terjemahan/Tafsir-Jalalayn-indonesian
http://www.altafsir.com/Tafasir.asp?tMadhNo=0&tTafsirNo=74&tSoraNo=18&tAyahNo=36&tDisplay=yes&UserProfile=0&LanguageId=2 
http://al-quran.info/#18:36

[018] Al Kahfi Ayat 035

««•»»
Surah Al Kahfi 35

وَدَخَلَ جَنَّتَهُ وَهُوَ ظَالِمٌ لِنَفْسِهِ قَالَ مَا أَظُنُّ أَنْ تَبِيدَ هَذِهِ أَبَدًا
««•»»
wadakhala jannatahu wahuwa zhaalimun linafsihi qaala maa azhunnu an tabiida haadzihi abadaan
««•»»
Dan dia memasuki kebunnya sedang dia zalim terhadap dirinya sendiri {882}; ia berkata: "Aku kira kebun ini tidak akan binasa selama-lamanya,
{882} Yaitu: dengan keangkuhan dan kekafirannya.
««•»»
He entered his garden while he wronged himself. He said, ‘I do not think that this will ever perish,
««•»»

Dalam ayat ini Allah SWT menerangkan memasuki kebunnya bersama saudaranya itu dan menyatakan lagi kepada saudaranya yang mukmin itu sambil menunjuk kepada kebunnya bahwa kebun-kebunnya itu tidak akan binasa selama-lamanya.

Ada dua sebab yang mendorongnya berkata demikian:

Pertama
Kepercayaan yang penuh terhadap kemampuan tenaga manusia untuk memelihara kebun-kebun itu, sehingga selamat dari kebinasaan. Dengan kekayaannya berupa mas dan perak sebagai modal, dan tenaga manusia yang berpengalaman dan berpengetahuan tentang perawatan dan pemeliharaan tanaman dan kebun, dia percaya sanggup menjaga kelestarian dan keindahan dan kesuburan kebun dan tanam-tanamannya. Ia sama sekali tidak menginsafi keterbatasan tenaga dan akal manusia dan dia tidak percaya bahwa ada kekuatan gaib yang kuasa berbuat sesuatu terhadap segala kekayaannya itu.

Kedua
Kepercayaan akan keabadian alam dan zaman. Dia berkeyakinan segala yang maujud ini kekal abadi. Tidak ada yang musnah dalam alam ini, yang terjadi hanyalah perubahan-perubahan dan pergantian menurut hukum yang berlaku. Tapi adanya air, tumbuh-tumbuhan, tanah dan lain-lainnya tidak akan putus-putusnya. Demikianlah pandangan pemilik kebun itu. Sesungguhnya dia dalam hal demikian itu telah berbuat lalim terhadap dirinya sendiri. Dia tidak jujur terhadap dirinya. Seharusnya dia bersyukur kepada Allah SWT yang telah memberikan segala kenikmatan kepadanya. Tiada seorangpun yang hidup bahagia dalam dunia ini hanya berdiri di atas kaki sendiri, tanpa bantuan atau kerjasama dengan orang lain. Mengapa dia menyombongkan diri pada hal dia sebenarnya menyadari hal demikian itu.

Mengapa dia ingkar kepada Tuhan, pada hal dia ikut menyadari, ikut terlibat dalam perubahan alam itu sendiri, mengapa dia tidak mau mengakui siapakah sebenarnya yang menciptakan perubahan-perubahan dalam alam ini dan yang menciptakan hukum-hukum perubahan itu. Mengapa dia tidak jujur terhadap pengakuan hati nuraninya sendiri akan adanya Tuhan Yang Maha Pencipta? Sesungguhnya sikap demikian suatu kelaliman yang besar.

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
TAFSIR JALALAIN
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

(Dan dia memasuki kebunnya) dengan membawa temannya yang Mukmin itu, seraya membawanya ke sekeliling kebun serta memperlihatkan kepadanya hasil buah-buahannya. Di sini tidak diungkapkan dengan memakai lafal Jannataihi dalam bentuk Tatsniyah karena pengertian yang dimaksud adalah tamannya. Menurut pendapat yang lain disebutkan, bahwa cukup hanya dengan menyebutkan satu saja (sedang dia lalim terhadap dirinya sendiri) dengan melakukan kekafiran (ia berkata, "Aku kira tidak akan binasa) tidak akan lenyap (kebun ini untuk selama-lamanya).
««•»»
And he entered his garden, [taking] with him his companion, accompanying him all around it, showing him its fruits — God does not say [here] his ‘two gardens’, because what is meant is the beautiful [part of the] garden (rawda); or because [to mention just] one suffices — having wronged himself, through [his] disbelief. He said, ‘I do not think that [all] this will ever perish, become non-existent.
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
[AYAT 34][AYAT 36]
[KEMBALI]
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
35of110
Sumber: Yayasan Indonesia Membaca http://www.indonesiamembaca.net
http://www.al-quran-al-kareem.com/id/terjemahan/Tafsir-Jalalayn-indonesian
http://www.altafsir.com/Tafasir.asp?tMadhNo=0&tTafsirNo=74&tSoraNo=18&tAyahNo=35&tDisplay=yes&UserProfile=0&LanguageId=2 
http://al-quran.info/#18:35

[018] Al Kahfi Ayat 034

««•»»
Surah Al Kahfi 34

وَكَانَ لَهُ ثَمَرٌ فَقَالَ لِصَاحِبِهِ وَهُوَ يُحَاوِرُهُ أَنَا أَكْثَرُ مِنْكَ مَالًا وَأَعَزُّ نَفَرًا
««•»»
wakaana lahu tsamarun faqaala lishaahibihi wahuwa yuhaawiruhu anaa aktsaru minka maalan wa-a'azzu nafaraan
««•»»
Dan dia mempunyai kekayaan besar, maka ia berkata kepada kawannya (yang mu'min) ketika bercakap-cakap dengan dia: "Hartaku lebih banyak dari pada hartamu dan pengikut-pengikutku lebih kuat"
««•»»
He had abundant fruits, so he said to his companion, as he conversed with him: ‘I have more wealth than you, and am stronger with respect to numbers.’[1]
[1] That is, with respect to the number of servants and attendants and the size of family and clan.
««•»»

Kemudian Allah SWT menjelaskan lagi dalam ayat ini bahwa orang itu masih memiliki kekayaan lainnya seperti harta perdagangan emas, perak dan lain-lainnya yang diperolehnya dari penjualan hasil-hasil kebun dan ladang-ladang seperti anggur dan kurma. Benar-benarlah Qurtus berada dalam kehidupan yang mewah, dengan harta kekayaan yang melimpah ruah dan memiliki khadam-khadam, buruh-buruh dan pengawal-pengawal yang berjumlah besar. Keadaan yang demikian membuat dirinya sombong dan ingkar kepada Tuhan yang memberikan nikmat kebahagiaan itu kepadanya. Berkatalah dia kepada temannya yang beriman kepada Allah dan hari berbangkit: "Aku lebih banyak punya harta daripada kamu, sebagaimana kamu saksikan dan pengikut-pengikutku lebih banyak. Sewaktu-waktu mereka siap mempertahankan diriku dan keluargaku dari musuh-musuhku dan memelihara serta membela hartaku". Dengan perkataannya ini dia mengisyaratkan bahwa seseorang dapat hidup bahagia dan jaya tanpa beriman kepada Tuhan Seru Sekalian Alam.

Dia beranggapan bahwa segala kejayaan yang dimilikinya dan segala kenikmatan yang diperolehnya semata-mata berkat kemampuan dirinya. Tiada Tuhan yang dia rasakan turut membantu dan memberi Rezeki dan kenikmatan kepadanya.

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
TAFSIR JALALAIN
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

(Dan dia mempunyai) di samping kedua kebun itu (buah-buahan yang banyak) lafal Tsamarun atau Tsumurun atau Tsumrun adalah bentuk jamak dari kata Tsamratun; keadaannya sama dengan lafal Syajaratun dan Syajarun, atau Khasyabatun dan Khasyabun, atau Badanatun dan Badanun (maka ia berkata kepada kawannya) yang mukmin (ketika ia bercakap-cakap dengan dia) seraya membanggakan miliknya, "(Hartaku lebih banyak daripada hartamu dan pengikut-pengikutku lebih kuat)" keluargaku lebih kuat.
««•»»
And he had, together with his two gardens, fruit (read thamar, thumur, or thumr, [all of which constitute] the plural of thamra, [sing.] ‘a fruit’, similar [in pattern] to shajara [pl.] shajar, khashaba [pl.] khushb, or badana [pl.] budn) and he said to his companion, the believer, as he conversed with him, boasting before him: ‘I have more wealth than you and am stronger in respect of men’, in respect of clansmen.

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
klik ASBABUN NUZUL klik
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

Imam Hakim dan lain-lainnya mengetengahkan sebuah hadis melalui sahabat Ibnu Abbas r.a. yang menceritakan, bahwa orang-orang Quraisy berkata kepada orang-orang Yahudi, "Berikanlah kepada kami sesuatu untuk kami tanyakan kepada lelaki ini (Nabi Muhammad)". Lalu orang-orang Yahudi itu berkata, "Tanyakanlah kepadanya tentang roh", lalu orang-orang Quraisy menanyakan kepada Nabi saw. maka turunlah firman-Nya, "Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah, 'Roh itu termasuk urusan Rabbku, dan tidaklah kalian diberi pengetahuan melainkan sedikit.'"
(QS. Al Israa' [17]:85).

Di kala itu juga orang-orang Yahudi berkata, "Kami telah diberi ilmu yang banyak. Kami telah diberi kitab Taurat; barang siapa yang diberi kitab Taurat, maka sungguh ia telah diberi kebaikan yang banyak." Maka turunlah firman-Nya menyanggah perkataan mereka, yaitu, "Katakanlah, 'Kalau sekiranya lautan menjadi tinta untuk menulis kalimat-kalimat Rabbku.'"
(QS. Al Kahfi [18]:109).
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
[AYAT 33][AYAT 35]
[KEMBALI]
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
34of110
Sumber: Yayasan Indonesia Membaca http://www.indonesiamembaca.net
http://www.al-quran-al-kareem.com/id/terjemahan/Tafsir-Jalalayn-indonesian
http://www.altafsir.com/Tafasir.asp?tMadhNo=0&tTafsirNo=74&tSoraNo=18&tAyahNo=34&tDisplay=yes&UserProfile=0&LanguageId=2 
http://al-quran.info/#18:34

[018] Al Kahfi Ayat 033

««•»»
Surah Al Kahfi 33

كِلْتَا الْجَنَّتَيْنِ آتَتْ أُكُلَهَا وَلَمْ تَظْلِمْ مِنْهُ شَيْئًا وَفَجَّرْنَا خِلَالَهُمَا نَهَرًا
««•»»
kiltaa aljannatayni aatat ukulahaa walam tazhlim minhu syay-an wafajjarnaa khilaalahumaa naharaan
««•»»
Kedua buah kebun itu menghasilkan buahnya, dan kebun itu tiada kurang buahnya sedikitpun, dan Kami alirkan sungai di celah-celah kedua kebun itu,
««•»»
Both gardens yielded their produce without stinting anything of it. And We had set a stream gushing through them.
««•»»

Dalam ayat ini, Allah SWT menerangkan tentang keadaan kedua kebun itu yang penuh dengan buah-buahan sepanjang tahun. Demikian pula pohon-pohonan selalu rindang dan tebal. Sedikitpun kedua kebun itu tidak pernah mengalami kemunduran dan kekurangan sepanjang musim. Keduanya selalu memberikan hasil yang membawa kemakmuran kepada pemiliknya. Di tengah-tengah kebun itu mengalir sebuah sungai yang setiap waktu dapat mengairi tanah dan ladang-ladang sekitarnya. Pengairan yang teratur menyebabkan selalu subur, sungai yang mengalir itu benar-benar menambah keindahan kedua kebun itu. Demikian kenikmatan yang besar yang telah dilimpahkan Allah kepada pemiliknya.

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
TAFSIR JALALAIN
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

(Kedua buah kebun itu) lafal Kiltaa adalah Mufrad yang menunjukkan makna Tatsniyah; ia berkedudukan menjadi Mubtada (menghasilkan). Lafal Aatat ini menjadi Khabar Kiltaa (buahnya) yakni buah-buahannya (dan kebun itu tiada dizalimi) dikurangi (buahnya sedikit pun dan Kami alirkan) artinya, Kami bedahkan (sungai di celah-celah kedua kebun itu) yakni sungai itu mengalir di antara kedua kebun tersebut.
««•»»
Each of the two gardens (kiltā, ‘each [of the two]’ is a singular [noun] that indicates a dual [number]; and [the entire clause] is the subject) yielded (ātat is the predicate thereof) its produce, its fruit, without stinting, diminishing, anything thereof. And We caused a stream to gush forth therein, to run through them.
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
klik ASBABUN NUZUL klik
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

Ibnu Jarir mengetengahkan sebuah hadis melalui Dhahhak. Hadis yang sama diketengahkan pula oleh Ibnu Murdawaih melalui sahabat Ibnu Abbas r.a. yang menceritakan, bahwa Nabi saw. mengucapkan suatu sumpah. Kemudian empat puluh malam selanjutnya Allah menurunkan firman-Nya, "Dan jangan sekali-kali kamu mengatakan terhadap sesuatu, 'Sesungguhnya aku akan mengerjakan itu besok pagi', kecuali dengan menyebut 'Insya Allah'".
(QS. Al Kahfi [18]:28-34).

Sahabat Ibnu Abbas r.a. mengatakan, "Ayat di atas diturunkan berkenaan dengan Umayah ibnu Khalaf Al Jumahiy. Demikian itu karena Umayah menganjurkan supaya Nabi saw. mengerjakan suatu perbuatan yang tidak disukai oleh Nabi sendiri, yaitu mengusir orang-orang miskin yang menjadi pengikutnya dari sisinya, demi untuk mendekatkan akan pemimpin-pemimpin Mekah kepada dirinya. Setelah peristiwa itu, turunlah ayat di atas tadi." Ibnu Abu Hatim mengetengahkan sebuah hadis melalui Ar Rabi' yang menceritakan, bahwa Nabi saw. pernah bercerita kepada kami bahwa pada suatu hari beliau bertemu dengan Umayah ibnu Khalaf yang membujuknya, sedangkan Nabi saw. pada saat itu dalam keadaan tidak memperhatikan apa yang dimaksud oleh Umayah; maka turunlah ayat di atas tadi. Ibnu Abu Hatim mengetengahkan pula hadis lain melalui sahabat Abu Hurairah r.a. yang menceritakan, bahwa pada suatu hari Uyainah ibnu Hishn datang kepada Nabi saw. sedang sahabat Salman berada di sisinya. Maka Uyainah langsung berkata, "Jika kami datang maka singkirkanlah orang ini, kemudian persilakanlah kami masuk". Maka turunlah ayat di atas.
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
[AYAT 32][AYAT 34]
[KEMBALI]
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
33of110
Sumber: Yayasan Indonesia Membaca http://www.indonesiamembaca.net
http://www.al-quran-al-kareem.com/id/terjemahan/Tafsir-Jalalayn-indonesian
http://www.altafsir.com/Tafasir.asp?tMadhNo=0&tTafsirNo=74&tSoraNo=18&tAyahNo=33&tDisplay=yes&UserProfile=0&LanguageId=2 
http://al-quran.info/#18:33

[018] Al Kahfi Ayat 032

««•»»
Surah Al Kahfi 32

وَاضْرِبْ لَهُمْ مَثَلًا رَجُلَيْنِ جَعَلْنَا لِأَحَدِهِمَا جَنَّتَيْنِ مِنْ أَعْنَابٍ وَحَفَفْنَاهُمَا بِنَخْلٍ وَجَعَلْنَا بَيْنَهُمَا زَرْعًا
««•»»
waidhrib lahum matsalan rajulayni ja'alnaa li-ahadihimaa jannatayni min a'naabin wahafafnaahumaa binakhlin waja'alnaa baynahumaa zar'aan
««•»»
Dan berikanlah kepada mereka  880  sebuah perumpamaan dua orang laki-laki  881 , Kami jadikan bagi seorang di antara keduanya (yang kafir) dua buah kebun anggur dan kami kelilingi kedua kebun itu dengan pohon-pohon korma dan di antara kedua kebun itu Kami buatkan ladang.[1]  880  Yaitu: kepada orang-orang mukmin dan orang-orang kafir.{ 881  Yaitu: dua orang Yahudi yang seorang mukmin dan yang lain kafir.
««•»»
Draw for them the parable of two men for each of whom We had made two gardens of vines, and We had surrounded them with date palms, and placed crops between them.
««•»»

Dalam ayat ini, dua orang laki-laki dijadikan Allah sebagai perumpamaan untuk menjelaskan kepada pemuka-pemuka musyrikin yang kaya itu tentang perbedaan antara iman dan kafir, antara hamba yang mulia di sisi Allah dengan hamba hina.

Menurut riwayat ada yang mengatakan kedua laki-laki itu adalah bersaudara, penduduk Mekah dari kabilah Bani Makhzum. Yang mukmin bernama Yahuza dan yang kafir bernama Qurtus. Keduanya semula bersama-sama dalam suatu usaha, kemudian berpisah dan membagi kekayaan mereka. Masing-masing menerima ribuan dinar. Yang mukmin mempergunakan uangnya seribu dinar untuk membebaskan budak, seribu dinar untuk membelikan pakaian orang-orang yang terlantar dan seribu dinar lagi untuk membeli makanan bagi orang-orang yang lapar. Adapun yang kafir mempergunakan uangnya untuk kawin dengan seorang wanita kaya, membeli hewan ternak, maka berkembanglah harta kekayaan itu. Sisa uang yang lain digunakan untuk dagang yang selalu membawa laba, sehingga dia menjadi orang yang terkaya di negerinya di waktu itu. Ketika Yahuza jatuh sengsara dia bermaksud meminta pekerjaan kepada saudaranya yang sudah kaya itu.

Maka pergilah dia menemuinya, hampir saja ia tidak berhasil menemuinya karena banyaknya penjaga pintu masuk. Setelah berhasil masuk dan mereka sudah saling mengenal lalu Yahuza menyampaikan permintaannya kepada saudaranya itu yaitu Qurtus. Qurtus menjawab: "Bukankah kamu mendapat separoh dari kekayaan kita? Ke mana saja kekayaanmu itu kau pergunakan? Yahuza menjawab: "Kekayaan itu aku pergunakan untuk keperluan yang paling baik, dan paling kekal di sisi Allah". Berkata Qurtus: "Sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang beriman, dan aku sendiri tidak percaya hari kiamat akan terjadi, aku kira kamu benar-benar orang bodoh. Kamu tidak akan memperoleh apa-apa dari aku karena kebodohanmu itu. Apakah kamu tidak melihat usahaku dengan harta sehingga aku menjadi kaya raya dan bahagia seperti yang kamu lihat ini. Demikian itu berkat usahaku, dan kamu sendiri bodoh, pergilah dari sini".

Cerita selanjutnya tentang orang kaya ini dengan segala kebun dan tanamannya diterangkan Allah sebagaimana tersebut dalam Alquran. Kebun yang dimilikinya, kebun anggur sebanyak dua buah kebun itu dikelilingi oleh pohon-pohon kurma dan di antara keduanya ada sebuah ladang tempat bermacam-macam tanam-tanaman dan buah-buahan.

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
TAFSIR JALALAIN
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

(Dan berikanlah) jadikanlah (buat mereka) buat orang-orang kafir beserta orang-orang Mukmin (sebuah perumpamaan dua orang laki-laki). Lafal Rajulaini menjadi Badal daripada lafal Matsalan, dan lafal Rajulaini dengan lafal-lafal yang sesudahnya berkedudukan sebagai penafsir daripada lafal Matsalan (Kami jadikan bagi seorang di antara keduanya) yakni bagi orang yang kafir (dua buah kebun) dua buah perkebunan (anggur dan Kami kelilingi kedua kebun itu dengan pohon-pohon kurma dan di antara kedua kebun itu Kami buatkan ladang) yang khusus menghasilkan makanan pokok.
««•»»
And strike, coin, for them, for the disbelievers together with the believers, a similitude: two men (rajulayn is a substitute [for mathalan, ‘a similitude’] and constitutes, together with what follows, an explanation of the similitude), to one of whom, the disbeliever, We had assigned two gardens, orchards, of vines, and We had surrounded them with date-palms and had set between them [a field of] crops, from which he acquired [his] food supplies.
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
klik ASBABUN NUZUL klik
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

Ibnu Jarir mengetengahkan sebuah hadis melalui Dhahhak. Hadis yang sama diketengahkan pula oleh Ibnu Murdawaih melalui sahabat Ibnu Abbas r.a. yang menceritakan, bahwa Nabi saw. mengucapkan suatu sumpah. Kemudian empat puluh malam selanjutnya Allah menurunkan firman-Nya, "Dan jangan sekali-kali kamu mengatakan terhadap sesuatu, 'Sesungguhnya aku akan mengerjakan itu besok pagi', kecuali dengan menyebut 'Insya Allah'".
(QS. Al Kahfi [18]:28-34).

Sahabat Ibnu Abbas r.a. mengatakan, "Ayat di atas diturunkan berkenaan dengan Umayah ibnu Khalaf Al Jumahiy. Demikian itu karena Umayah menganjurkan supaya Nabi saw. mengerjakan suatu perbuatan yang tidak disukai oleh Nabi sendiri, yaitu mengusir orang-orang miskin yang menjadi pengikutnya dari sisinya, demi untuk mendekatkan akan pemimpin-pemimpin Mekah kepada dirinya. Setelah peristiwa itu, turunlah ayat di atas tadi." Ibnu Abu Hatim mengetengahkan sebuah hadis melalui Ar Rabi' yang menceritakan, bahwa Nabi saw. pernah bercerita kepada kami bahwa pada suatu hari beliau bertemu dengan Umayah ibnu Khalaf yang membujuknya, sedangkan Nabi saw. pada saat itu dalam keadaan tidak memperhatikan apa yang dimaksud oleh Umayah; maka turunlah ayat di atas tadi. Ibnu Abu Hatim mengetengahkan pula hadis lain melalui sahabat Abu Hurairah r.a. yang menceritakan, bahwa pada suatu hari Uyainah ibnu Hishn datang kepada Nabi saw. sedang sahabat Salman berada di sisinya. Maka Uyainah langsung berkata, "Jika kami datang maka singkirkanlah orang ini, kemudian persilakanlah kami masuk". Maka turunlah ayat di atas.
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
[AYAT 31][AYAT 33]
[KEMBALI]
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
32of110
Sumber: Yayasan Indonesia Membaca http://www.indonesiamembaca.net
http://www.al-quran-al-kareem.com/id/terjemahan/Tafsir-Jalalayn-indonesian
http://www.altafsir.com/Tafasir.asp?tMadhNo=0&tTafsirNo=74&tSoraNo=18&tAyahNo=32&tDisplay=yes&UserProfile=0&LanguageId=2 
http://al-quran.info/#18:32

[018] Al Kahfi Ayat 031

««•»»
Surah Al Kahfi 31

أُولَئِكَ لَهُمْ جَنَّاتُ عَدْنٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهِمُ الْأَنْهَارُ يُحَلَّوْنَ فِيهَا مِنْ أَسَاوِرَ مِنْ ذَهَبٍ وَيَلْبَسُونَ ثِيَابًا خُضْرًا مِنْ سُنْدُسٍ وَإِسْتَبْرَقٍ مُتَّكِئِينَ فِيهَا عَلَى الْأَرَائِكِ نِعْمَ الثَّوَابُ وَحَسُنَتْ مُرْتَفَقًا
««•»»
ulaa-ika lahum jannaatu 'adnin tajrii min tahtihimu al-anhaaru yuhallawna fiihaa min asaawira min dzahabin wayalbasuuna tsiyaaban khudhran min sundusin wa-istabraqin muttaki-iina fiihaa 'alaa al-araa-iki ni'ma altstsawaabu wahasunat murtafaqaan
««•»»
Mereka itulah (orang-orang yang) bagi mereka surga 'Adn, mengalir sungai- sungai di bawahnya; dalam surga itu mereka dihiasi dengan gelang mas dan mereka memakai pakaian hijau dari sutera halus dan sutera tebal, se- dang mereka duduk sambil bersandar di atas dipan-dipan yang indah. Itulah pahala yang sebaik-baiknya, dan tempat istirahat yang indah;
««•»»
For such there will be the Gardens of Eden with streams running in them. They will be adorned therein with bracelets of gold and wear green garments of silk and brocade, reclining therein on couches. How excellent a reward, and how good a resting place!
««•»»

Dalam ayat ini Allah SWT menguraikan ganjaran bagi orang-orang yang beriman kepada Alquran dan mengerjakan amal saleh. Untuk mereka itu Allah SWT menyediakan surga `Adn yang di bawahnya mengalir sungai-sungai. Surga `Adn itu sangat luas, sehingga taman-taman dalam surga itu bagaikan surga tersendiri. Mereka itu dianugerahi pula perhiasan-perhiasan yang indah, yaitu gelang mas yang menghiasi tangan mereka. Perhiasan yang gemerlapan itu hanyalah memenuhi tangan mereka yang dahulu disentuh air wudu'.

Rasulullah saw bersabda:
تبلغ الحلية من المؤمن حيث يبلغ الوضوء
Perhiasan orang-orang yang beriman itu memenuhi tempat yang dicapai oleh wudu'.

Di samping perhiasan tersebut, mereka juga mengenakan pakaian sutera yang halus lagi tebal berwarna hijau dan berlapiskan benang-benang emas. Sungguh pakaian itu terhitung pakaian yang sangat mewah dalam kehidupan duniawi. Warna hijau adalah warna alami, warna yang menyejukkan pandangan dan perasaan. Kata orang, penyembuh hati yang duka itu ada tiga, pertama warna hijau, kedua air dan ketiga wajah yang manis. Untuk tempat mereka beristirahat dalam surga itu disediakan beberapa buah arikah (sofa) sejenis tempat duduk sambil bertelekan menikmati istirahatnya. Demikian itulah surga, pahala yang paling baik dan tempat yang indah, yang disediakan Allah bagi hamba-hamba Nya yang beriman lagi beramal saleh.

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
TAFSIR JALALAIN
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

(Mereka itulah orang-orang yang bagi mereka surga Adn) sebagai tempat tinggal mereka (mengalir sungai-sungai di bawahnya. Dalam surga itu mereka dihiasi dengan gelang) menurut suatu pendapat disebutkan, bahwa huruf Min di sini adalah Zaidah dan menurut pendapat yang lain dikatakan pula bahwa itu mengandung makna Tab'idh atau sebagian. Lafal Asaawira adalah bentuk jamak dari lafal Aswiratun yang wazannya sama dengan lafal Ahmiratun, dan lafal Aswiratun ini pun adalah bentuk jamak dari kata tunggal Siwaarun (emas dan mereka memakai pakaian hijau dari sutra halus) sutra yang paling halus (dan sutra tebal) sutra yang paling tebal. Di dalam surah Ar-Rahman disebutkan, "Yang sebelah dalamnya dari sutra yang tebal." (Q.S. Ar-Rahman 54). (Sedangkan mereka duduk sambil bersandar di atas dipan-dipan) lafal Araaiki adalah bentuk jamak dari kata Ariikah, yaitu pelaminan yang dihiasi dengan berbagai macam pakaian dan kelambu buat pengantin. (Itulah sebaik-baik pahala) yaitu surga (dan tempat istirahat yang paling indah).
««•»»
Those, for them there shall be Gardens of Eden, as a [place of] residence, underneath which rivers flow; therein they shall be adorned with bracelets of gold (min asāwir: it is said that min here is either extra or partitive; it [asāwir] is the plural of aswira — similar [in pattern] to ahmira [for himār] — which is the plural of siwār) and they shall wear green garments of fine silk (sundus) and [heavy] silk brocade (istabraq is that [silk] which is coarse: [God says] in the verse of [sūrat] al-Rahmān [Q. 55:54], lined with [heavy] silk brocade); reclining therein on couches (arā’ik is the plural of arīka, which is a bed inside a [curtained] canopy, and is also a tent adorned with garments and curtains for a bride). How excellent a reward, a requital, is Paradise, and how fair a resting-place!

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
klik ASBABUN NUZUL klik
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

Ibnu Jarir mengetengahkan sebuah hadis melalui Dhahhak. Hadis yang sama diketengahkan pula oleh Ibnu Murdawaih melalui sahabat Ibnu Abbas r.a. yang menceritakan, bahwa Nabi saw. mengucapkan suatu sumpah. Kemudian empat puluh malam selanjutnya Allah menurunkan firman-Nya, "Dan jangan sekali-kali kamu mengatakan terhadap sesuatu, 'Sesungguhnya aku akan mengerjakan itu besok pagi', kecuali dengan menyebut 'Insya Allah'".
(QS. Al Kahfi [18]:28-34).

Sahabat Ibnu Abbas r.a. mengatakan, "Ayat di atas diturunkan berkenaan dengan Umayah ibnu Khalaf Al Jumahiy. Demikian itu karena Umayah menganjurkan supaya Nabi saw. mengerjakan suatu perbuatan yang tidak disukai oleh Nabi sendiri, yaitu mengusir orang-orang miskin yang menjadi pengikutnya dari sisinya, demi untuk mendekatkan akan pemimpin-pemimpin Mekah kepada dirinya. Setelah peristiwa itu, turunlah ayat di atas tadi." Ibnu Abu Hatim mengetengahkan sebuah hadis melalui Ar Rabi' yang menceritakan, bahwa Nabi saw. pernah bercerita kepada kami bahwa pada suatu hari beliau bertemu dengan Umayah ibnu Khalaf yang membujuknya, sedangkan Nabi saw. pada saat itu dalam keadaan tidak memperhatikan apa yang dimaksud oleh Umayah; maka turunlah ayat di atas tadi. Ibnu Abu Hatim mengetengahkan pula hadis lain melalui sahabat Abu Hurairah r.a. yang menceritakan, bahwa pada suatu hari Uyainah ibnu Hishn datang kepada Nabi saw. sedang sahabat Salman berada di sisinya. Maka Uyainah langsung berkata, "Jika kami datang maka singkirkanlah orang ini, kemudian persilakanlah kami masuk". Maka turunlah ayat di atas.
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
[AYAT 30][AYAT 32]
[KEMBALI]
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
31of110
Sumber: Yayasan Indonesia Membaca http://www.indonesiamembaca.net
http://www.al-quran-al-kareem.com/id/terjemahan/Tafsir-Jalalayn-indonesian
http://www.altafsir.com/Tafasir.asp?tMadhNo=0&tTafsirNo=74&tSoraNo=18&tAyahNo=31&tDisplay=yes&UserProfile=0&LanguageId=2 
http://al-quran.info/#18:31

Kamis, 11 Juni 2015

[018] Al Kahfi Ayat 030

««•»»
Surah Al Kahfi 30

إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ إِنَّا لَا نُضِيعُ أَجْرَ مَنْ أَحْسَنَ عَمَلًا
««•»»
inna alladziina aamanuu wa'amiluu alshshaalihaati innaa laa nudhii'u ajra man ahsana 'amalaan
««•»»
Sesunggunya mereka yang beriman dan beramal saleh, tentulah Kami tidak akan menyia-nyiakan pahala orang-orang yang mengerjakan amalan(nya) dengan yang baik.
««•»»
As for those who have faith and do righteous deeds —indeed We do not waste the reward of those who are good in deeds.
««•»»

Sesudah Allah SWT menerangkan hukuman di akhirat bagi mereka yang lalim, maka dalam ayat ini Allah menjelaskan pahala bagi orang-orang yang beriman. Adapun mereka yang beriman kepada Alquran dan mengamalkan segala perintah Allah dan Rasul Nya dengan sebaik-baiknya, akan diberi Allah SWT pahala yang besar, dan Allah tentulah tidak akan menyia-nyiakan pahala dari amal kebaikan yang mereka lakukan ini, dan tidak pula hak-hak mereka dikurangi barang sedikitpun. Banyak janji Allah dalam Alquran kepada orang-orang mukmin, bahwa bilamana mereka melakukan amal kebaikan, maka sedikitpun Allah tidak akan menyia-nyiakannya. Setiap amal kebaikan meskipun hanya sebesar biji sawi, tentulah diberi ganjaran oleh Allah SWT,

sebagaimana firman Nya:
فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ  •  وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ
Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarahpun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya pula.
(QS. Al Zalzalah [99]:7-8)

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
TAFSIR JALALAIN
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

(Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, tentulah Kami tidak akan menyia-nyiakan pahala orang-orang yang mengerjakan amalnya dengan baik) Jumlah kalimat "Innaa Laa Nudhii`u" berkedudukan menjadi Khabar daripada "Innal Ladziina". Di dalam ungkapan ini terkandung pengertian meletakkan isim Zhahir pada tempat isim Mudhmar; makna yang dimaksud adalah Ajrahum atau pahalanya. Atau dengan kata lain, Kami akan memberi pahala kepada mereka sesuai dengan amal baik mereka.
««•»»
Truly those who believe and perform righteous deeds — indeed We do not leave the reward of those of good deeds to go to waste (this [last] sentence is the predicate of the [previous] inna’lladhīna, ‘truly those who’, and in it an overt identification [of the recipients of the reward] has replaced the [would-be] pronominalisation, in other words, it is ‘their reward’ [which shall not be left to go to waste], and We will reward them with what it [the reward of good-doers] comprises).
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
[AYAT 29][AYAT 31]
[KEMBALI]
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
30of110
Sumber: Yayasan Indonesia Membaca http://www.indonesiamembaca.net
http://www.al-quran-al-kareem.com/id/terjemahan/Tafsir-Jalalayn-indonesian
http://www.altafsir.com/Tafasir.asp?tMadhNo=0&tTafsirNo=74&tSoraNo=18&tAyahNo=30&tDisplay=yes&UserProfile=0&LanguageId=2 
http://al-quran.info/#18:30