Selasa, 17 Februari 2015

[018] Al Kahfi Ayat 006

««•»»
Surah Al Kahfi 6

فَلَعَلَّكَ بَاخِعٌ نَفْسَكَ عَلَى آثَارِهِمْ إِنْ لَمْ يُؤْمِنُوا بِهَذَا الْحَدِيثِ أَسَفًا
««•»»
fala'allaka baakhi'un nafsaka 'alaa aatsaarihim in lam yu/minuu bihaadzaa alhadiitsi asafaan
««•»»
Maka (apakah) barangkali kamu akan membunuh dirimu karena bersedih hati setelah mereka berpaling, sekiranya mereka tidak beriman kepada keterangan ini (Al-Qur'an).
««•»»
You are liable to imperil your life for their sake, if they should not believe this discourse,1 out of grief.
««•»»

Kemudian dalam ayat ini Allah Subhanahu wa Ta'ala memperingatkan Rasul Shalallaahu 'Alayhi Wasallam agar janganlah dirinya bersedih hati, hingga merusakkan badan, hanya disebabkan kaumnya tidak mau beriman kepada Alquran dan kenabiannya. Karena hal demikian itu tidaklah patut membuat Nabi duka nestapa sampai merusak kesehatan dirinya. Tugas beliau hanyalah menyampaikan wahyu-wahyu Ilahi kepada mereka, sedang kesediaan mereka untuk menerima ayat-ayat itu tergantung kepada petunjuk Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:
لَيْسَ عَلَيْكَ هُدَاهُمْ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ
Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk, akan tetapi Allah lah yang memberi petunjuk (memberi taufik) siapa yang dikehendaki Nya.
(Q.S. Al Baqarah [2]:272)

Menurut riwayat Ibnu Abbas bahwa 'Utbah bin Rabi'ah, Syaibah Ibnu Rabi'ah, Abu Jahal Ibnu Hisyam, An Nadar Ibnu Haris, Umayyah Ibnu Khalfin, Al A'sya Ibnu Wail, Al Aswad Ibnu Muttalib dan Abu Buhturi di hadapan beberapa orang Quraisy mengadakan pertemuan. Rasul Shalallaahu 'Alayhi Wasallam berada dalam kesusahan melihat perlawanan kaumnya kepadanya dan pengingkaran mereka terhadap ajaran-ajaran yang dibawanya, maka hal ini sangat menyakitkan hatinya. Lalu turunlah ayat ini.
(H.R. Ibnu Mardawaih)

Sesungguhnya Nabi itu bersedih hati, karena hasratnya yang besar dan kecintaannya yang dalam terhadap kaumnya supaya mereka beriman, tidak tercapai. Beliau diberi gelar Habibullah artinya kekasih Allah, maka sifat kasih sayang yang sangat nampak pada beliau kepada sesama manusia itu adalah pencerminan dari cintanya kepada Allah. Semakin kuat cinta kepada Allah, semakin besar pula kasihnya kepada manusia, bahkan manusia itu dia rasakan sebagai dirinya.

Karena itulah ketika kaumnya menjauhkan diri dari bimbingan Allah Subhanahu wa Ta'ala dan Rasul Nya beliau rasakan kejadian itu sebagai pukulan berat bagi dirinya, bukankah kaum yang jauh dari hidayah Allah itu pada akhirnya akan hancur, dan beliau sendiri akan menyaksikan kehancuran mereka itu. Hati yang bersangatan iba terhadap mereka yang menjadi penghalang kebenaran biarpun apa saja pendorongnya, dapat menghambat jalan dan lahirnya kebenaran itu sendiri.

Maka Allah Subhanahu wa Ta'ala memperingatkan Rasul Shalallaahu 'Alayhi Wasallam jangan mengindahkan sambutan kaum musyrikin yang menjadi penghalang tersebarnya agama Islam itu, tetapi terus menyampaikan dakwah Islam dengan bijaksana. Sebab mereka itu adalah manusia yang telah dikaruniakan akal budi.

Dengan akal budi itu manusia dapat merenungkan kebenaran ayat-ayat Alquran dan ayat-ayat kauniyah (alam) seperti benda-benda yang terdapat dalam alam ini.

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
TAFSIR JALALAIN
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

(Maka barangkali kamu akan membinasakan) membunuh (dirimu sendiri sesudah mereka) sesudah mereka berpaling darimu (sekiranya mereka tidak beriman kepada keterangan ini) yakni kepada Alquran (karena bersedih hati) karena perasaan jengkel dan sedihmu, disebabkan kamu sangat menginginkan mereka beriman. Lafal Asafan dinashabkan karena menjadi Maf'ul Lah.
««•»»
Yet it may be that you will consume, destroy, yourself in their wake — following [your being with] them, that is, after they have left you — if they should not believe in this discourse, [in this] Qur’ān, out of grief, out of rage and anguish on your part, because of your eagerness that they believe (asafan, ‘out of grief’, is in the accusative because it functions as an object denoting reason).

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
klik ASBABUN NUZUL klik
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

Ibnu Murdawaih mengetengahkan pula hadis yang lain melalui sahabat Ibnu Abbas r.a. yang menceritakan bahwa ketika ayat itu turun, yaitu firman-Nya,
"Dan mereka tinggal dalam gua mereka selama tiga ratus."
(Q.S. Al Kahfi [18],25).

\Para sahabat bertanya, "Wahai Rasulullah! Tiga ratus apakah, tahun atau bulan?"Allah pun menurunkan kelanjutannya, yaitu firman-Nya,
"(tiga ratus) tahun dan ditambah sembilan tahun."
(Q.S. Al Kahfi [18],25).
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
[AYAT 5][AYAT 7]
[KEMBALI]
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
6of110
Sumber: Yayasan Indonesia Membaca http://www.indonesiamembaca.net
http://www.al-quran-al-kareem.com/id/terjemahan/Tafsir-Jalalayn-indonesian
http://www.altafsir.com/Tafasir.asp?tMadhNo=0&tTafsirNo=74&tSoraNo=18&tAyahNo=6&tDisplay=yes&UserProfile=0&LanguageId=2 
http://al-quran.info/#18:6

Tidak ada komentar:

Posting Komentar