Minggu, 19 April 2015

[018] Al Kahfi Ayat 021

««•»»
Surah Al Kahfi 21

وَكَذَلِكَ أَعْثَرْنَا عَلَيْهِمْ لِيَعْلَمُوا أَنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ وَأَنَّ السَّاعَةَ لَا رَيْبَ فِيهَا إِذْ يَتَنَازَعُونَ بَيْنَهُمْ أَمْرَهُمْ فَقَالُوا ابْنُوا عَلَيْهِمْ بُنْيَانًا رَبُّهُمْ أَعْلَمُ بِهِمْ قَالَ الَّذِينَ غَلَبُوا عَلَى أَمْرِهِمْ لَنَتَّخِذَنَّ عَلَيْهِمْ مَسْجِدًا
««•»»
wakadzaalika a'tsarnaa 'alayhim liya'lamuu anna wa'da allaahi haqqun wa-anna alsaa'ata laa rayba fiihaa idz yatanaaza'uuna baynahum amrahum faqaaluu ibnuu 'alayhim bunyaanan rabbuhum a'lamu bihim qaala alladziina ghalabuu 'alaa amrihim lanattakhidzanna 'alayhim masjidaan
««•»»
Dan demikian (pula) Kami mempertemukan (manusia) dengan mereka, agar manusia itu mengetahui, bahwa janji Allah itu benar, dan bahwa kedatangan hari kiamat tidak ada keraguan padanya. Ketika orang- orang itu berselisih tentang urusan mereka {877}, orang-orang itu berkata: "Dirikan sebuah bangunan di atas (gua) mereka, Tuhan mereka lebih mengetahui tentang mereka". Orang-orang yang berkuasa atas urusan mereka berkata: "Sesungguhnya kami akan mendirikan sebuah rumah peribadatan di atasnya".
{877} Yang mereka perselisihkan itu tentang hari kiamat: Apakah itu akan terjadi atau tidak dan Apakah pembangkitan pada hari kiamat dengan jasad atau roh ataukah dengan roh saja. Maka Allah mempertemukan mereka dengan pemuda-pemuda dalam cerita ini untuk menjelaskan bahwa hari kiamat itu pasti datang dan pembangkitan itu adalah dengan tubuh dan jiwa.
««•»»
So it was that We let them come upon them,[1] that they might know that Allah’s promise is true, and that there is no doubt in the Hour. As they were disputing among themselves about their matter, they said, ‘Build a building over them. Their Lord knows them best.’ Those who had the say in their matter said, ‘We will set up a place of worship over them.’
[1] That is, We let the people discover the cave where the Men of the Cave were.
««•»»

Dalam ayat ini, Allah SWT menceritakan perkembangan mereka selanjutnya. setelah Tamlikha pergi ke kota untuk berbelanja dengan membawa uang perak dan kawan-kawannya itu, tampaklah olehnya suasana kota Afasus jauh berbeda dan apa yang diperkirakannya dari teman-temannya. Saat dia datang ke kota itu, ditemukannya rakyatnya sudah beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa. Hanya saja terjadi dalam masyarakatnya perpecahan, ada golongan yang beriman penuh kepada kejadian hari kiamat, ada pula golongan yang menjadi ragu-ragu terhadap hari kiamat itu. Ada yang mengatakan kiamat itu dengan roh saja, ada pula yang mengatakan kiamat itu dengan roh dan jasad.

Maka kehadiran Tamlikha ke kota ini akan melenyapkan perpecahan itu dengan mengembalikan masyarakatnya kepada iman-iman yang sempurna kepada kekuasaan Allah SWT.

Sebagaimana Allah membangkitkan Ashabul Kahfi itu dari tidurnya, supaya mereka saling bertanya satu sama lain tentang diri mereka, sehingga keimanan mereka tambah sempurna, demikian pulalah Tuhan mempertemukan penduduk kota itu dengan Ashabul Kahfi, ketika mereka berselisih tentang masalah hari kiamat itu, sehingga karenanya perpecahan mereka akan menjadi lenyap dan keimanan mereka kepada kekuasaan Tuhan akan menjadi sempurna. Dengan terjadinya pertemuan penduduk kota itu dengan Ashabul Kahfi, maka yakinlah mereka bahwa hari kiamat itu benar-benar akan terjadi dan bahwa manusia di waktu itu dibangkit dari kubur dengan tubuh dan rohnya, sebagai kebangkitan Ashabul Kahfi situ.

Menurut riwayat pangkal pertemuan mereka dengan Tamlikha itu sewaktu dia membayar makanan dan minuman dengan uang peraknya. Pada uang perak itu terdapat gambar raja Decyanus. Penjual bahan makanan itu menjadi heran dan kaget, karena itu mata uang logam tersebut kemudian dibawanya kepada pejabat di kota itu, lalu diadakanlah pemeriksaan terhadap Tamlikha. Akhir dari pemeriksaan itu adalah ditunjukkannya gua itu dengan segala penghuninya.

Peristiwa ini menimbulkan kegemparan dalam masyarakat. Rakyat dan rajanya menyaksikan keadaan yang luar biasa yang membawa mereka kepada persatuan, karena kesatuan keyakinan akan terjadinya hari berbangkit itu. Golongan yang sebelumnya ragu-ragu terhadap hari kiamat, dengan persaksian mereka terhadap peristiwa ini, berubah dengan beriman dengan iman yang sempurna bahwa Allah swt itu kuasa menghidupkan orang yang sudah mati, mengembalikan jasad mereka sebagaimana bentuk semula ketika roh itu diambil.

Maka dalam ayat ini Allah SWT menyatakan bahwa dipertemukannya Ashabul Kahfi dengan penduduk kota Afasus itu supaya mereka mengetahui dengan yakin bahwa janji Allah itu benar-benar dan kedatangan hari kiamat (hari berbangkit) tidak ada keraguan lagi.

Setelah pertemuan antara raja, dan pemuka-pemuka rakyat dengan Ashabul Kahfi itu selesai, maka Ashabul Kahfi kembali ke tempat pembaringannya, dan pada waktu itulah Allah SWT mencabut roh mereka untuk diangkat ke sisi Nya. Kemudian pada hari itu bermusyawarahlah raja dan pemuka-pemuka itu.

Berkatalah sebagian dari mereka kepada lainnya: "Dirikanlah sebuah bangunan besar sebagai peringatan di dekat mulut gua itu". Umpamanya rumah pemondokan para musafir, kolam-kolam dan tempat-empat istirahat bagi peziarah-peziarah dan lain-lainnya. Yang lain mengatakan yakni orang yang terkemuka dan berkuasa: "Kami benar-benar akan membangun sebuah tempat ibadah di dekat mulut gua mereka.

Kedua pihak ingin memuliakan Ashabul Kahfi itu, tetapi mereka berbeda pendapat tentang penghormatan itu. Satu pihak menghendaki mendirikan sebuah bangunan besar, sedang pihak yang lainnya ingin mendirikan sebuah mesjid untuk tempat beribadat bagi mereka.

Ahli Kitab yang berada di masa Nabi saw membicarakan tentang Ashabul Kahfi ini. Mereka mengira-ngira jumlah mereka dan lain-lainnya. Sebenarnya Tuhan mereka lebih tahu tentang hal-hal itu dari mereka. Tentang Apakah penduduk Afasus mendirikan sebuah bangunan untuk peringatan atau mereka mendirikan sebuah mesjid untuk tempat beribadat di atas gua itu hanya Tuhanlah yang mengetahuinya.

Membangun mesjid dekat kuburan tidak terlarang dalam agama. Yang sangat dilarang dalam agama ialah menjadikan kuburan sebagai tempat ibadat,

sebagaimana sabda Rasulullah saw:
لعن الله اليهود والنصارى اتخذوا قبور أنبيائهم وصالههم مساجد
Allah mengutuk orang Yahudi dan Nasrani menjadikan kubur-kubur Nabi dan orang-orang saleh mereka menjadi tempat ibadah. (H.R. Bukhari dari Aisyah dan Abdullah Ibnu Abbas)

Nabi juga bersabda:
لعن الله تعالى زائرات القبور والمتخذين عليها المساجد والسرج
Allah mengutuk wanita-wanita yang ziarah ke kubur dan orang-orang yang mendirikan mesjid-mesjid (tempat-tempat ibadah) di atas kuburan itu, atau memberi lampu-lampu.
(HR. Ahmad, Abu Daud, Tirmizi dan Ibnu Majah dari Ibnu Abbas)

Imam Muslim menambahkan kepada hadis ini perkataan Nabi "Ketahuilah sesungguhnya orang-orang sebelum kamu adalah mereka-mereka itu menjadikan kuburan Nabi-nabi mesjid (tempat beribadah), tetapi aku melarang kamu berbuat demikian".

Demikianlah Rasul sangat melarang umatnya menjadikan kuburan sebagai tempat-tempat beribadat untuk memuliakan orang-orang yang dikubur itu. Bahkan di antara ulama-ulama seperti Ibnu Hajar dalam kitabnya AZ Zawajir memandang sebagai dosa besar, berdasarkan hadis-hadis yang disebutkan. Dalam sejarah terbukti bangunan di kuburan Nabi-nabi atau wali-wali cenderung membawa orang kepada penghormatan yang berlebih-lebihan, yang demikian adalah peluang kepada syirik. Penyembahan terhadap patung-patung justru berasal dari kasus yang demikian itu.

Menurut Ibnu `Abbas tentang firman Allah SWT:
وَقَالُوا لَا تَذَرُنَّ آلِهَتَكُمْ وَلَا تَذَرُنَّ وَدًّا وَلَا سُوَاعًا وَلَا يَغُوثَ وَيَعُوقَ وَنَسْرًا
Dan mereka berkata : "Jangan kamu sekali-kali meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kamu dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) Wadd, dan jangan pula Suwa', Yagus, Ya'uq dan Nasr".
(QS. Nuh [71]:23)

Suwa', Yagus, Ya'uq dan Nasr adalah pada mulanya nama hamba-hamba Allah yang saleh. Sesudah mereka meninggal, kuburan mereka diziarahi, lalu mereka buatkan patung-patung (untuk mengingati amal saleh mereka), lama-kelamaan patung itu mereka sembah. (H.R. Ahmad, Abu Daud, Tirmizi dari Ibnu Abbas)
Khusus mengenai ziarah kubur, Rasul saw kemudian membolehkannya.

Sabdanya:
كنت نهيتكم عن زيارة القبور فزوروها
Dulu aku melarang kamu ziarah kubur, sekarang ziarahilah!
(HR. Muslim dari Baridah Ibnu Al Hasib al Aslami)

At Tirmizi memberikan tambahan pada hadis di atas dengan artinya; bahwasanya ziarah ke kubur itu mengingatkan orang kepada akhirat.

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
TAFSIR JALALAIN
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

(Dan demikianlah) sebagaimana Kami bangunkan mereka (Kami memperlihatkan) (kepada mereka) yakni kaum Ashhabul Kahfi dan kaum Mukminin pada umumnya (agar mereka mengetahui) artinya khusus bagi kaum Ashhabul Kahfi (bahwa janji Allah itu) yaitu adanya hari berbangkit (benar) dengan kesimpulan, bahwa Allah Yang Maha Kuasa mematikan mereka dalam masa yang sangat lama, kemudian mereka tetap utuh sekalipun tanpa makan dan minum, maka Dia Maha Kuasa pula untuk menghidupkan orang-orang yang sudah mati (dan bahwa kedatangan hari kiamat tidak ada keraguan) (padanya.

Ketika) lafal Idz ini menjadi Ma`mul daripada lafal A`tsarnaa (orang-orang itu berselisih) orang-orang Mukmin dan orang-orang kafir (tentang urusan mereka) maksudnya mengenai perkara para pemuda itu dalam hal bangunan yang akan didirikan di sekitar tempat Ashhabul Kahfi itu (orang-orang itu berkata) yakni orang-orang kafir (Dirikanlah di atas gua mereka) di sekitar tempat mereka (sebuah bangunan) untuk menutupi mereka (Rabb mereka lebih mengetahui tentang mereka". Orang-orang yang berkuasa atas urusan mereka berkata,) yang dimaksud adalah yang menguasai perkara para pemuda tersebut, yaitu orang-orang yang beriman.

("Sesungguhnya kami akan mendirikan di atasnya) yakni di sekitarnya (sebuah rumah peribadatan.") tempat orang-orang melakukan salat; akhirnya dibuatlah sebuah rumah peribadatan di pintu gua tersebut.
««•»»
And so, just as We did with them that which We have mentioned, it was that We aroused them, We awakened them, that they might question one another, concerning their state and the length of their stay [in the cave]. One of them said, ‘How long have you tarried?’ They said, ‘We have tarried a day, or part of a day’: [he said this] because they had entered the cave at sunrise and were awakened at sunset, and so they thought that it was [the time of] sunset on the day of their entry. Then, they said, unsure about this [fact], ‘Your Lord knows best how long you have tarried. Now send one of you with this silver coin of yours (read bi-warqikum or bi-wariqikum) to the city — which is said to be the one now called Tarsus (Tarasūs) — and let him see which is the purest food, that is, which of the foods of the city is the purest, and [let him] bring you a supply thereof. Let him be careful and not make anyone aware of you.
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

[AYAT 20][AYAT 22]
[KEMBALI]
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
21of110
Sumber: Yayasan Indonesia Membaca http://www.indonesiamembaca.net
http://www.al-quran-al-kareem.com/id/terjemahan/Tafsir-Jalalayn-indonesian
http://www.altafsir.com/Tafasir.asp?tMadhNo=0&tTafsirNo=74&tSoraNo=18&tAyahNo=21&tDisplay=yes&UserProfile=0&LanguageId=2 
http://al-quran.info/#18:21

[018] Al Kahfi Ayat 020

««•»»
Surah Al Kahfi 20

إِنَّهُمْ إِنْ يَظْهَرُوا عَلَيْكُمْ يَرْجُمُوكُمْ أَوْ يُعِيدُوكُمْ فِي مِلَّتِهِمْ وَلَنْ تُفْلِحُوا إِذًا أَبَدًا
««•»»
innahum in yazhharuu 'alaykum yarjumuukum aw yu'iiduukum fii millatihim walan tuflihuu idzan abadaan
««•»»
Sesungguhnya jika mereka dapat mengetahui tempatmu, niscaya mereka akan melempar kamu dengan batu, atau memaksamu kembali kepada agama mereka, dan jika demikian niscaya kamu tidak akan beruntung selama lamanya".
««•»»
Indeed should they prevail over you, they will [either] stone you [to death], or force you back into their creed, and then you will never be saved.’
««•»»

Kemudian penghuni gua itu meneruskan lagi pembicaraannya kepada kawan-kawannya berkenaan dengan penugasan salah seorang temannya untuk pergi ke kota. Dia memperingatkan jika sampai penduduk kota itu yang menurut perkiraannya masih orang-orang kafir mengetahui tempat persembunyian mereka, tentulah mereka akan dipaksa lagi untuk mengikuti agama berhala.

Jika mereka menolak tentulah akan dibunuh dengan lemparan batu, suatu cara pembunuhan pada masa dahulu bagi mereka yang berani melawan politik raja atau agama negara. Kota yang akan didatangi itu ialah kota Afasus dan rajanya menurut persangkaan mereka masih Decyanus yang lalim itu.

Padahal raja itu tidak ada lagi, karena dia berkuasa pada berabad-abad yang silam. Jika sekiranya terjadi mereka dipaksa lagi untuk memeluk agama Decyanus itu, maka mereka tidak akan memperoleh kebahagiaan dan keberuntungan untuk selama-lamanya, baik dalam kehidupan duniawi ataupun ukhrawi.

Orang yang menganut suatu agama karena dipaksa, maka pada mulanya jituanya menolak segala ketentuan-ketentuan dari agama itu, tetapi lama-kelamaan kemungkinan besar jituanya tidak akan menolak dan seterusnya memandang balk agamanya yang baru itu.

Maka jika terjadi demikian itu sesat dan sengsaralah dia untuk selama-lamanya, tetapi bilamana seseorang dipaksa dengan ancaman pindah kepada kafir, lalu dia melahirkan kekafirannya, tapi batinnya tetap Islam, dan sampai akhir hayatnya tidak pernah memandang baik agama yang dipaksakan itu, maka dia tetap dalam Islam.

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
TAFSIR JALALAIN
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

(Sesungguhnya jika mereka dapat mengetahui tempat kalian, niscaya mereka akan melempar kalian dengan batu) niscaya mereka akan membunuh kalian dengan lemparan batu (atau memaksa kalian kembali kepada agama mereka, dan jika demikian niscaya kalian tidak akan beruntung) yakni jika kalian kembali kepada agama mereka (selama-lamanya)".
««•»»
For indeed if they should come to know of you, they will [either] stone you, kill you by stoning, or make you return to their creed, and then, if you do return to their creed, you will never prosper’.
 ««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
[AYAT 19][AYAT 21]
[KEMBALI]
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
20of110
Sumber: Yayasan Indonesia Membaca http://www.indonesiamembaca.net
http://www.al-quran-al-kareem.com/id/terjemahan/Tafsir-Jalalayn-indonesian
http://www.altafsir.com/Tafasir.asp?tMadhNo=0&tTafsirNo=74&tSoraNo=18&tAyahNo=20&tDisplay=yes&UserProfile=0&LanguageId=2
http://al-quran.info/#18:20

[018] Al Kahfi Ayat 019

««•»»
Surah Al Kahfi 19

وَكَذَلِكَ بَعَثْنَاهُمْ لِيَتَسَاءَلُوا بَيْنَهُمْ قَالَ قَائِلٌ مِنْهُمْ كَمْ لَبِثْتُمْ قَالُوا لَبِثْنَا يَوْمًا أَوْ بَعْضَ يَوْمٍ قَالُوا رَبُّكُمْ أَعْلَمُ بِمَا لَبِثْتُمْ فَابْعَثُوا أَحَدَكُمْ بِوَرِقِكُمْ هَذِهِ إِلَى الْمَدِينَةِ فَلْيَنْظُرْ أَيُّهَا أَزْكَى طَعَامًا فَلْيَأْتِكُمْ بِرِزْقٍ مِنْهُ وَلْيَتَلَطَّفْ وَلَا يُشْعِرَنَّ بِكُمْ أَحَدًا
««•»»
wakadzaalika ba'atsnaahum liyatasaa-aluu baynahum qaala qaa-ilun minhum kam labitstum qaaluu labitsnaa yawman aw ba'dha yawmin qaaluu rabbukum a'lamu bimaa labitstum faib'atsuu ahadakum biwariqikum haadzihi ilaa almadiinati falyanzhur ayyuhaa azkaa tha'aaman falya/tikum birizqin minhu walyatalaththhaf walaa yusy'iranna bikum ahadaan
««•»»
Dan demikianlah Kami bangunkan mereka agar mereka saling bertanya di antara mereka sendiri. Berkatalah salah seorang di antara mereka: Sudah berapa lamakah kamu berada (disini?)". Mereka menjawab: "Kita berada (disini) sehari atau setengah hari". Berkata (yang lain lagi): "Tuhan kamu lebih mengetahui berapa lamanya kamu berada (di sini). Maka suruhlah salah seorang di antara kamu untuk pergi ke kota dengan membawa uang perakmu ini, dan hendaklah dia lihat manakah makanan yang lebih baik, maka hendaklah ia membawa makanan itu untukmu, dan hendaklah ia berlaku lemah-lembut dan janganlah sekali-kali menceritakan halmu kepada seorangpun.
««•»»
So it was that We aroused them [from sleep] so that they might question one another. One of them said, ‘How long have you stayed [here]?’ They said, ‘We have stayed a day, or part of a day.’ They said, ‘Your Lord knows best how long you have stayed. Send one of you to the city with this money. Let him observe which of them has the purest food, and bring you provisions from there. Let him be attentive,[Or ‘careful.’] and let him not make anyone aware of you.
««•»»

Dalam ayat ini Allah SWT menerangkan tentang bangunnya mereka dari tidur. Keadaan mereka, badan, kulit, rambut dan lain-lain sama halnya sewaktu sebelum mereka tidur. Semuanya sehat dan semuanya masih utuh, bahkan pakaian yang melekat di badan-badan mereka tetap utuh. Allah SWT memperlihatkan kepada mereka keagungan, kebesaran dan kekuasaan Nya, dan keajaiban serta keluarbiasaan perbuatan Nya terhadap makhluk Nya. Karena itu iman mereka tambah kuat untuk melepaskan diri dari penyembahan-penyembahan dewa dewa. Dan bertambah ikhlaslah hati mereka untuk semata-mata menyembah Allah Yang Mana Esa.

Kemudian setelah mereka bangun dari tidur yang lama itu, mereka saling bertanya satu sama lain untuk mengetahui keadaan mereka serta ketentuan Allah terhadap mereka sehingga mereka akhirnya dapat menarik pelajaran dan bukti keagungan Allah SWT. Bertambah yakinlah hati mereka, dan bersyukur atas segala nikmat dan kemuliaan yang dianugerahkan Allah kepada mereka.

Berkatalah salah seorang mereka kepada kawan-kawannya: "Berapa lama kalian tinggal dalam gua ini." Dia menyatakan ketidaktahuannya tentang keadaan dirinya sendiri selama masa tidur itu lalu meminta kepada lainnya untuk memberikan keterangan. Kawan-kawannya menjawab: "Kita tinggal dalam gua ini sehari atau setengah hari".

Yang menjawab itupun tidak dapat memastikan berapa lama mereka tinggal sehari atau setengah hari, karena pengaruh tidur masih belum lenyap dari jiwa mereka. Mereka belum melihat tanda-tanda yang menunjukkan lamanya di gua itu. Kebanyakan ahli tafsir mengatakan waktu mereka datang memasuki gua dulunya pada pagi hari, kemudian waktu Tuhan membangunkan mereka dari tidur adalah sore hari.

Karena itulah orang yang menjawab ini menyangka bahwa mereka di gua itu adalah satu atau setengah hari. Kemudian berkata lagi kawan-kawannya yang lain: "Tuhan kamu lebih mengetahui berapa lama kamu tinggal di sini". Kata-kata kawan-kawan mereka yang terakhir ini sangat bijaksana untuk membantah pernyataan dan jawaban kawan-kawan mereka yang terdahulu.

Meskipun mereka diberi Allah berupa karamah (kemuliaan) namun mereka masih berbincang juga tentang diri mereka dengan perkiraan-perkiraan. Seorang wali boleh berbicara hal yang bukan masalah iktiqadiyah dengan perkiraan yang kuat dan boleh jadi salah. Maka pernyataan kawan mereka yang terakhir ini seakan-akan diilhami oleh Allah SWT, atau didasarkan atas bukti-bukti nyata. Sesungguhnya masa yang panjang itu hanya dapat diketahui dan ditentukan secara pasti oleh Allah SWT.

Mereka akhirnya menyadari keterbatasan kemampuan mereka untuk mengetahui yang gaib, hal yang gaib ini benar-benar masih kabur bagi mereka. Setelah sadar itu, barulah perhatian mereka beralih kepada kebutuhan mereka yang pokok yakni makan dan minum. Disuruhlah salah seorang di antara mereka pergi ke kota dengan membawa uang perak untuk membeli makanan.

Menurut riwayat namanya Tamlikha. Sebelum membeli itu terlebih dahulu dia hendaknya memperhatikan makanan itu mana yang halal dan mana yang haram, mana yang baik dan mana yang kurang baik. Makanan yang halal dan baik itulah yang dibawa kembali ke tempat perlindungan mereka.

Dipesankan pula kepada utusan ke kota itu agar dia berhati-hati dalam perjalanan, baik sewaktu masuk ke kota maupun kembali dari kota jangan sampai dia memberitahukan kepada seorang pun tentang keadaan diri dan tempat mereka.

Dari ayat yang artinya (maka suruhlah) salah seorang di antara kamu pergi ke kota dengan membawa uang perakmu ini, dipetik suatu hukum yang berhubungan dengan wakalah (berwakil). Yakni seseorang yang dibolehkan menyerahkan kepada orang lain, sebagai ganti dirinya, urusan harta dan hak semasa hidupnya. Kata Ibnu Araby ayat ini paling kuat untuk menjadi dasar wakalah (berwakil).

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
TAFSIR JALALAIN
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

(Dan kamu akan mengira mereka itu) seandainya kamu melihat mereka (adalah orang-orang yang bangun) yakni tidak tidur, karena mata mereka terbuka. Lafal Ayqaazhan adalah bentuk jamak dari lafal tunggal Yaqizhun (padahal mereka adalah orang-orang yang tidur) lafal Ruquudun adalah bentuk jamak daripada lafal Raqidun (dan Kami bolak-balikkan mereka ke kanan dan kiri) supaya daging mereka tidak dimakan oleh tanah (sedangkan anjing mereka mengunjurkan kedua lengannya) kedua kaki depannya (di muka pintu gua) ke luar mulut gua itu, dan apabila mereka membalikkan badannya, maka anjing itu pun berbuat yang sama, ia pun sama tidur dengan mereka walaupun matanya terbuka.

(Dan jika kamu menyaksikan mereka tentulah kamu akan berpaling dari mereka dengan melarikan diri dan tentulah hati kamu akan dipenuhi) lafal Muli`ta dapat pula dibaca Mulli`ta (dengan ketakutan terhadap mereka) lafal Ru`ban dapat pula dibaca Ru`uban; Allah memelihara mereka dengan menimpakan rasa takut kepada setiap orang yang hendak memasuki gua tempat mereka, sehingga mereka terpelihara dengan aman.

««•»»
And so, just as We did with them that which We have mentioned, it was that We aroused them, We awakened them, that they might question one another, concerning their state and the length of their stay [in the cave]. One of them said, ‘How long have you tarried?’ They said, ‘We have tarried a day, or part of a day’: [he said this] because they had entered the cave at sunrise and were awakened at sunset, and so they thought that it was [the time of] sunset on the day of their entry. Then, they said, unsure about this [fact], ‘Your Lord knows best how long you have tarried. Now send one of you with this silver coin of yours (read bi-warqikum or bi-wariqikum) to the city — which is said to be the one now called Tarsus (Tarasūs) — and let him see which is the purest food, that is, which of the foods of the city is the purest, and [let him] bring you a supply thereof. Let him be careful and not make anyone aware of you.
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

[AYAT 18][AYAT 20]
[KEMBALI]
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
19of110
Sumber: Yayasan Indonesia Membaca http://www.indonesiamembaca.net
http://www.al-quran-al-kareem.com/id/terjemahan/Tafsir-Jalalayn-indonesian
http://www.altafsir.com/Tafasir.asp?tMadhNo=0&tTafsirNo=74&tSoraNo=18&tAyahNo=19&tDisplay=yes&UserProfile=0&LanguageId=2 
http://al-quran.info/#18:19