Kamis, 11 Juni 2015

[018] Al Kahfi Ayat 030

««•»»
Surah Al Kahfi 30

إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ إِنَّا لَا نُضِيعُ أَجْرَ مَنْ أَحْسَنَ عَمَلًا
««•»»
inna alladziina aamanuu wa'amiluu alshshaalihaati innaa laa nudhii'u ajra man ahsana 'amalaan
««•»»
Sesunggunya mereka yang beriman dan beramal saleh, tentulah Kami tidak akan menyia-nyiakan pahala orang-orang yang mengerjakan amalan(nya) dengan yang baik.
««•»»
As for those who have faith and do righteous deeds —indeed We do not waste the reward of those who are good in deeds.
««•»»

Sesudah Allah SWT menerangkan hukuman di akhirat bagi mereka yang lalim, maka dalam ayat ini Allah menjelaskan pahala bagi orang-orang yang beriman. Adapun mereka yang beriman kepada Alquran dan mengamalkan segala perintah Allah dan Rasul Nya dengan sebaik-baiknya, akan diberi Allah SWT pahala yang besar, dan Allah tentulah tidak akan menyia-nyiakan pahala dari amal kebaikan yang mereka lakukan ini, dan tidak pula hak-hak mereka dikurangi barang sedikitpun. Banyak janji Allah dalam Alquran kepada orang-orang mukmin, bahwa bilamana mereka melakukan amal kebaikan, maka sedikitpun Allah tidak akan menyia-nyiakannya. Setiap amal kebaikan meskipun hanya sebesar biji sawi, tentulah diberi ganjaran oleh Allah SWT,

sebagaimana firman Nya:
فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ  •  وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ
Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarahpun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya pula.
(QS. Al Zalzalah [99]:7-8)

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
TAFSIR JALALAIN
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

(Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, tentulah Kami tidak akan menyia-nyiakan pahala orang-orang yang mengerjakan amalnya dengan baik) Jumlah kalimat "Innaa Laa Nudhii`u" berkedudukan menjadi Khabar daripada "Innal Ladziina". Di dalam ungkapan ini terkandung pengertian meletakkan isim Zhahir pada tempat isim Mudhmar; makna yang dimaksud adalah Ajrahum atau pahalanya. Atau dengan kata lain, Kami akan memberi pahala kepada mereka sesuai dengan amal baik mereka.
««•»»
Truly those who believe and perform righteous deeds — indeed We do not leave the reward of those of good deeds to go to waste (this [last] sentence is the predicate of the [previous] inna’lladhīna, ‘truly those who’, and in it an overt identification [of the recipients of the reward] has replaced the [would-be] pronominalisation, in other words, it is ‘their reward’ [which shall not be left to go to waste], and We will reward them with what it [the reward of good-doers] comprises).
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
[AYAT 29][AYAT 31]
[KEMBALI]
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
30of110
Sumber: Yayasan Indonesia Membaca http://www.indonesiamembaca.net
http://www.al-quran-al-kareem.com/id/terjemahan/Tafsir-Jalalayn-indonesian
http://www.altafsir.com/Tafasir.asp?tMadhNo=0&tTafsirNo=74&tSoraNo=18&tAyahNo=30&tDisplay=yes&UserProfile=0&LanguageId=2 
http://al-quran.info/#18:30

[018] Al Kahfi Ayat 029

««•»»
Surah Al Kahfi 28

وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ وَلَا تَعْدُ عَيْنَاكَ عَنْهُمْ تُرِيدُ زِينَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَلَا تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُ عَنْ ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوَاهُ وَكَانَ أَمْرُهُ فُرُطًا
««•»»
waishbir nafsaka ma'a alladziina yad'uuna rabbahum bialghadaati waal'asyiyyi yuriiduuna wajhahu walaa ta'du 'aynaaka 'anhum turiidu ziinata alhayaati alddunyaa walaa tuthi' man aghfalnaa qalbahu 'an dzikrinaa waittaba'a hawaahu wakaana amruhu furuthaan
««•»»
Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.
««•»»
Content yourself with the company of those who supplicate their Lord morning and evening, desiring His Face, and do not loose sight of them, desiring the glitter of the life of this world.[1] And Do not obey him whose heart We have made oblivious to Our remembrance, and who follows his own desires, and whose conduct is [mere] profligacy.
[1] Cf. 6:52
««•»»

Dalam ayat ini Allah SWT memerintahkan Rasul Nya agar dia bersabar dan dapat menahan dirinya untuk duduk bersama dengan beberapa orang sahabatnya yang tekun dalam ibadah sepanjang hari karena mengharapkan rida Allah SWT semata-mata. Sahabat-sahabat itu hidup dalam kesederhanaan jauh dari kenikmatan duniawi. Mereka itu antara lain ialah: Amar bin Yasir, Bilal, Suhaib, Ibnu Mas'ud dan sahabat-sahabat lainnya yang keadaannya sebagaimana mereka ketahui.

Ada diriwayatkan bahwa `Uyainah bin Hisni Al Fazary datang kepada Nabi Muhammad saw sebelum dia masuk Islam. Ketika itu beberapa orang sahabat Nabi yang fakir di sampingnya. Di antaranya adalah Salman Al Farisi yang sedang berselimut jubah dan tubuhnya memancarkan keringat, di tangannya daun kurma yang sedang dibelah-belahnya kemudian dianyamnya. Berkata `Uyainah itu kepada Rasul saw: "Apakah bau mereka itu (sahabat-sahabat yang fakir) tidak mengganggumu? Kami ini pemuka-pemuka suku Mudar dari bangsawan mereka. Jika kamu masuk Islam maka semua suka Mudar akan masuk Islam. Tidak ada yang mencegah kami untuk mengikutimu, kecuali kehadiran mereka itu. Maka oleh karena itu, jauhkanlah mereka itu, agar kami mengikutimu atau adakan untuk mereka itu majelis tersendiri, dan kami majelis tersendiri pula. Kemudian turunlah ayat ini.

Di surat yang lain Allah berfirman yang maksudnya sama dengan ayat ini.
وَلَا تَطْرُدِ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ مَا عَلَيْكَ مِنْ حِسَابِهِمْ مِنْ شَيْءٍ وَمَا مِنْ حِسَابِكَ عَلَيْهِمْ مِنْ شَيْءٍ فَتَطْرُدَهُمْ فَتَكُونَ مِنَ الظَّالِمِينَ
Dan janganlah kamu mengusir orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi hari dan di petang hari sedang mereka menghendaki keridaan Nya Kamu tidak memikul tanggung jawab sedikitpun terhadap perbuatan mereka dan merekapun tidak memikul tanggung jawab sedikitpun terhadap perbuatanmu yang menyebabkan kamu (berhak) mengusir mereka, sehingga kamu termasuk orang-orang yang lalim.
(QS. Al An'am [6]:52)

Sikap kaum musyrikin terhadap sahabat-sahabat Nabi yang fakir itu sama halnya dengan sikap kaum Nuh terhadap pengikut-pengikut Nabi Nuh as,

sebagaimana difirmankan Allah SWT:
قَالُوا أَنُؤْمِنُ لَكَ وَاتَّبَعَكَ الْأَرْذَلُونَ
Mereka berkata: "Apakah kami akan beriman kepadamu, padahal yang mengikuti kamu ialah orang-orang yang hina?".
(QS. As Syu'ara [26]:111)

Sudah semestinya Rasul saw tidak mengindahkan sikap orang kafir itu. Maka Allah SWT memperingatkan beliau agar jangan sampai meninggalkan dan meremehkan sahabat-sahabatnya yang fakir itu, karena hanya didorong oleh kepentingan duniawi atau disebabkan adanya harapan terhadap keimanan orang-orang yang kaya dari kaum musyrikin itu. Para sahabat itu adalah orang-orang yang dengan ikhlas hatinya memilih jalan hidup yang sempit, dan dengan rela mereka meninggalkan segala kelezatan duniawi karena semata-mata untuk beribadah kepada Allah SWT. Rasul saw mengucapkan syukur kepada Allah atas kehadiran mereka itu di tengah-tengah umatnya.

Rasulullah bersabda:
الحمد لله الذي جعل في أمتي من أمرت أن أصبر نفسي معه
Segala puji bagi Allah yang telah mengadakan di tengah-tengah umatku, orang yang aku diperintahkan untuk sabar menahan diriku bersama dia".
(HR. Tabrani)

Maka oleh karena itu, memandang rendah dan meremehkan orang-orang yang hidup miskin dan melarat, tidaklah dibenarkan oleh agama Islam, terutama sekali bilamana mereka itu terdiri atas orang ahli ibadah dan takwa. Allah SWT dengan tegas lagi melarang Muhammad saw menurutkan keinginan pemuka-pemuka kaum musyrikin untuk menyingkirkan orang-orang yang sudah tertutup jiwa mereka untuk kembali kepada Tuhan, tabiat mereka yang buruk, perbuatan-perbuatan mereka yang melampaui batas, kefasikan dan kemaksiatan yang mereka lakukan, menambah gelap hati mereka, akhirnya mereka berkelanjutan dalam dosa.

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
TAFSIR JALALAIN
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

(Dan katakanlah) kepadanya dan kepada teman-temannya, bahwa Alquran ini (adalah benar datang dari Rabb kalian, maka barang siapa yang ingin beriman, hendaklah ia beriman dan barang siapa yang ingin kafir, biarlah ia kafir). Kalimat ayat ini merupakan ancaman buat mereka. (Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang-orang zalim itu) yaitu bagi orang-orang kafir (neraka, yang gejolaknya mengepung mereka) yang melahap apa saja yang dikepungnya. (Dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih) seperti minyak yang mendidih (yang menghanguskan muka) karena panasnya, jika seseorang mendekat kepadanya (seburuk-buruk minuman) adalah minuman itu (dan ia adalah sejelek-jelek) yakni neraka itu (tempat istirahat). Lafal Murtafaqan sebagai lawan makna yang telah disebutkan di dalam ayat yang lain sehubungan dengan gambaran surga, yaitu firman-Nya, "Dan surga itu adalah tempat istirahat yang paling indah" (Q. S, 18 Al-Kahfi, 31). Jika tidak diartikan demikian, maka tidaklah pantas neraka dikatakan sebagai tempat istirahat.
««•»»
And say, to him and to his companions that this Qur’ān is, ‘The truth [that comes] from your Lord; so whoever will, let him believe, and whoever will, let him disbelieve’ — this is [meant as] a threat to them. Indeed We have prepared for the wrongdoers, that is, the disbelievers, a Fire, and they will be surrounded by its pavilion, [by] that which encloses [the Fire itself]. If they cry out for help, they will be succoured with water like molten copper, like thick [burning] oil, which scalds faces, because of [the intensity of] its heat, if it is brought near them. What an evil drink, that is, and how ill, is the Fire [as], a resting-place! (murtafaqan is a specification derived from the agent of the verb, in other words, vile is the person choosing to rest thereon; and this is in contrast to what He will say next about Paradise: How fair a resting-place [below, verse 31]. For, indeed, what resting-place can there be in the Fire?

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
klik ASBABUN NUZUL klik
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

Ibnu Jarir mengetengahkan sebuah hadis melalui Dhahhak. Hadis yang sama diketengahkan pula oleh Ibnu Murdawaih melalui sahabat Ibnu Abbas r.a. yang menceritakan, bahwa Nabi saw. mengucapkan suatu sumpah. Kemudian empat puluh malam selanjutnya Allah menurunkan firman-Nya, "Dan jangan sekali-kali kamu mengatakan terhadap sesuatu, 'Sesungguhnya aku akan mengerjakan itu besok pagi', kecuali dengan menyebut 'Insya Allah'".
 (Q.S. Al Kahfi [18]:28-34).

Sahabat Ibnu Abbas r.a. mengatakan, "Ayat di atas diturunkan berkenaan dengan Umayah ibnu Khalaf Al Jumahiy. Demikian itu karena Umayah menganjurkan supaya Nabi saw. mengerjakan suatu perbuatan yang tidak disukai oleh Nabi sendiri, yaitu mengusir orang-orang miskin yang menjadi pengikutnya dari sisinya, demi untuk mendekatkan akan pemimpin-pemimpin Mekah kepada dirinya. Setelah peristiwa itu, turunlah ayat di atas tadi.

 Ibnu Abu Hatim mengetengahkan sebuah hadis melalui Ar Rabi' yang menceritakan, bahwa Nabi saw. pernah bercerita kepada kami bahwa pada suatu hari beliau bertemu dengan Umayah ibnu Khalaf yang membujuknya, sedangkan Nabi saw. pada saat itu dalam keadaan tidak memperhatikan apa yang dimaksud oleh Umayah; maka turunlah ayat di atas tadi

 Ibnu Abu Hatim mengetengahkan pula hadis lain melalui sahabat Abu Hurairah r.a. yang menceritakan, bahwa pada suatu hari Uyainah ibnu Hishn datang kepada Nabi saw. sedang sahabat Salman berada di sisinya. Maka Uyainah langsung berkata, "Jika kami datang maka singkirkanlah orang ini, kemudian persilakanlah kami masuk". Maka turunlah ayat di atas.
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
[AYAT 27][AYAT 29]
[KEMBALI]
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
28of110
Sumber: Yayasan Indonesia Membaca http://www.indonesiamembaca.net
http://www.al-quran-al-kareem.com/id/terjemahan/Tafsir-Jalalayn-indonesian
http://www.altafsir.com/Tafasir.asp?tMadhNo=0&tTafsirNo=74&tSoraNo=18&tAyahNo=28&tDisplay=yes&UserProfile=0&LanguageId=2 
http://al-quran.info/#18:28

[018] Al Kahfi Ayat 028

««•»»
Surah Al Kahfi 28

وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ وَلَا تَعْدُ عَيْنَاكَ عَنْهُمْ تُرِيدُ زِينَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَلَا تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُ عَنْ ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوَاهُ وَكَانَ أَمْرُهُ فُرُطًا
««•»»
waishbir nafsaka ma'a alladziina yad'uuna rabbahum bialghadaati waal'asyiyyi yuriiduuna wajhahu walaa ta'du 'aynaaka 'anhum turiidu ziinata alhayaati alddunyaa walaa tuthi' man aghfalnaa qalbahu 'an dzikrinaa waittaba'a hawaahu wakaana amruhu furuthaan
««•»»
Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.
««•»»
Content yourself with the company of those who supplicate their Lord morning and evening, desiring His Face, and do not loose sight of them, desiring the glitter of the life of this world.[1] And Do not obey him whose heart We have made oblivious to Our remembrance, and who follows his own desires, and whose conduct is [mere] profligacy.
[1] Cf. 6:52
««•»»

Dalam ayat ini Allah SWT memerintahkan Rasul Nya agar dia bersabar dan dapat menahan dirinya untuk duduk bersama dengan beberapa orang sahabatnya yang tekun dalam ibadah sepanjang hari karena mengharapkan rida Allah SWT semata-mata. Sahabat-sahabat itu hidup dalam kesederhanaan jauh dari kenikmatan duniawi. Mereka itu antara lain ialah: Amar bin Yasir, Bilal, Suhaib, Ibnu Mas'ud dan sahabat-sahabat lainnya yang keadaannya sebagaimana mereka ketahui.

Ada diriwayatkan bahwa `Uyainah bin Hisni Al Fazary datang kepada Nabi Muhammad saw sebelum dia masuk Islam. Ketika itu beberapa orang sahabat Nabi yang fakir di sampingnya. Di antaranya adalah Salman Al Farisi yang sedang berselimut jubah dan tubuhnya memancarkan keringat, di tangannya daun kurma yang sedang dibelah-belahnya kemudian dianyamnya. Berkata `Uyainah itu kepada Rasul saw: "Apakah bau mereka itu (sahabat-sahabat yang fakir) tidak mengganggumu? Kami ini pemuka-pemuka suku Mudar dari bangsawan mereka. Jika kamu masuk Islam maka semua suka Mudar akan masuk Islam. Tidak ada yang mencegah kami untuk mengikutimu, kecuali kehadiran mereka itu. Maka oleh karena itu, jauhkanlah mereka itu, agar kami mengikutimu atau adakan untuk mereka itu majelis tersendiri, dan kami majelis tersendiri pula. Kemudian turunlah ayat ini.

Di surat yang lain Allah berfirman yang maksudnya sama dengan ayat ini.
وَلَا تَطْرُدِ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ مَا عَلَيْكَ مِنْ حِسَابِهِمْ مِنْ شَيْءٍ وَمَا مِنْ حِسَابِكَ عَلَيْهِمْ مِنْ شَيْءٍ فَتَطْرُدَهُمْ فَتَكُونَ مِنَ الظَّالِمِينَ
Dan janganlah kamu mengusir orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi hari dan di petang hari sedang mereka menghendaki keridaan Nya Kamu tidak memikul tanggung jawab sedikitpun terhadap perbuatan mereka dan merekapun tidak memikul tanggung jawab sedikitpun terhadap perbuatanmu yang menyebabkan kamu (berhak) mengusir mereka, sehingga kamu termasuk orang-orang yang lalim.
(QS. Al An'am [6]:52)

Sikap kaum musyrikin terhadap sahabat-sahabat Nabi yang fakir itu sama halnya dengan sikap kaum Nuh terhadap pengikut-pengikut Nabi Nuh as,

sebagaimana difirmankan Allah SWT:
قَالُوا أَنُؤْمِنُ لَكَ وَاتَّبَعَكَ الْأَرْذَلُونَ
Mereka berkata: "Apakah kami akan beriman kepadamu, padahal yang mengikuti kamu ialah orang-orang yang hina?".
(QS. As Syu'ara [26]:111)

Sudah semestinya Rasul saw tidak mengindahkan sikap orang kafir itu. Maka Allah SWT memperingatkan beliau agar jangan sampai meninggalkan dan meremehkan sahabat-sahabatnya yang fakir itu, karena hanya didorong oleh kepentingan duniawi atau disebabkan adanya harapan terhadap keimanan orang-orang yang kaya dari kaum musyrikin itu. Para sahabat itu adalah orang-orang yang dengan ikhlas hatinya memilih jalan hidup yang sempit, dan dengan rela mereka meninggalkan segala kelezatan duniawi karena semata-mata untuk beribadah kepada Allah SWT. Rasul saw mengucapkan syukur kepada Allah atas kehadiran mereka itu di tengah-tengah umatnya.

Rasulullah bersabda:
الحمد لله الذي جعل في أمتي من أمرت أن أصبر نفسي معه
Segala puji bagi Allah yang telah mengadakan di tengah-tengah umatku, orang yang aku diperintahkan untuk sabar menahan diriku bersama dia".
(HR. Tabrani)

Maka oleh karena itu, memandang rendah dan meremehkan orang-orang yang hidup miskin dan melarat, tidaklah dibenarkan oleh agama Islam, terutama sekali bilamana mereka itu terdiri atas orang ahli ibadah dan takwa. Allah SWT dengan tegas lagi melarang Muhammad saw menurutkan keinginan pemuka-pemuka kaum musyrikin untuk menyingkirkan orang-orang yang sudah tertutup jiwa mereka untuk kembali kepada Tuhan, tabiat mereka yang buruk, perbuatan-perbuatan mereka yang melampaui batas, kefasikan dan kemaksiatan yang mereka lakukan, menambah gelap hati mereka, akhirnya mereka berkelanjutan dalam dosa.

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
TAFSIR JALALAIN
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

(Dan bersabarlah kamu) tahanlah dirimu (bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Rabbnya di pagi dan senja hari dengan mengharap) melalui ibadah mereka itu (keridaan-Nya) keridaan Allah swt., bukannya karena mengharapkan sesuatu daripada kebendaan duniawi sekali pun mereka adalah orang-orang miskin (dan janganlah berpaling) jangan kamu memalingkan (kedua matamu dari mereka) (karena mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami) maksudnya dilalaikan hatinya daripada Alquran, dan orang yang dimaksud adalah Uyaynah bin Hishn dan teman-temannya (serta memperturuti hawa nafsunya) yaitu melakukan perbuatan yang memusyrikkan (dan adalah keadaannya itu melewati batas) terlalu berlebih-lebihan.
««•»»
And restrain yourself, detain [yourself], along with those who call upon their Lord at morning and evening, desiring, through their worship, His Countenance, exalted be He, and not any of the transient things of this world — and these are the poor; and do not let your eyes overlook, turn away [from], them — these [the eyes] are being used to refer to the person [addressed] — desiring the glitter of the life of this world. And do not obey him whose heart We have made oblivious to Our remembrance, that is, [to] the Qur’ān — this was ‘Uyayna b. Hisn and his companions — and who follows his own whim, by attributing partners [to God], and whose conduct is [mere] prodigality, excess.

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
klik ASBABUN NUZUL klik
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

Ibnu Jarir mengetengahkan sebuah hadis melalui Dhahhak. Hadis yang sama diketengahkan pula oleh Ibnu Murdawaih melalui sahabat Ibnu Abbas r.a. yang menceritakan, bahwa Nabi saw. mengucapkan suatu sumpah. Kemudian empat puluh malam selanjutnya Allah menurunkan firman-Nya, "Dan jangan sekali-kali kamu mengatakan terhadap sesuatu, 'Sesungguhnya aku akan mengerjakan itu besok pagi', kecuali dengan menyebut 'Insya Allah'".
 (Q.S. Al Kahfi [18]:28-34).

Sahabat Ibnu Abbas r.a. mengatakan, "Ayat di atas diturunkan berkenaan dengan Umayah ibnu Khalaf Al Jumahiy. Demikian itu karena Umayah menganjurkan supaya Nabi saw. mengerjakan suatu perbuatan yang tidak disukai oleh Nabi sendiri, yaitu mengusir orang-orang miskin yang menjadi pengikutnya dari sisinya, demi untuk mendekatkan akan pemimpin-pemimpin Mekah kepada dirinya. Setelah peristiwa itu, turunlah ayat di atas tadi.

 Ibnu Abu Hatim mengetengahkan sebuah hadis melalui Ar Rabi' yang menceritakan, bahwa Nabi saw. pernah bercerita kepada kami bahwa pada suatu hari beliau bertemu dengan Umayah ibnu Khalaf yang membujuknya, sedangkan Nabi saw. pada saat itu dalam keadaan tidak memperhatikan apa yang dimaksud oleh Umayah; maka turunlah ayat di atas tadi

 Ibnu Abu Hatim mengetengahkan pula hadis lain melalui sahabat Abu Hurairah r.a. yang menceritakan, bahwa pada suatu hari Uyainah ibnu Hishn datang kepada Nabi saw. sedang sahabat Salman berada di sisinya. Maka Uyainah langsung berkata, "Jika kami datang maka singkirkanlah orang ini, kemudian persilakanlah kami masuk". Maka turunlah ayat di atas.
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
[AYAT 27][AYAT 29]
[KEMBALI]
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
28of110
Sumber: Yayasan Indonesia Membaca http://www.indonesiamembaca.net
http://www.al-quran-al-kareem.com/id/terjemahan/Tafsir-Jalalayn-indonesian
http://www.altafsir.com/Tafasir.asp?tMadhNo=0&tTafsirNo=74&tSoraNo=18&tAyahNo=28&tDisplay=yes&UserProfile=0&LanguageId=2 
http://al-quran.info/#18:28

[018] Al Kahfi Ayat 026

««•»»
Surah Al Kahfi 26

قُلِ اللَّهُ أَعْلَمُ بِمَا لَبِثُوا لَهُ غَيْبُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ أَبْصِرْ بِهِ وَأَسْمِعْ مَا لَهُمْ مِنْ دُونِهِ مِنْ وَلِيٍّ وَلَا يُشْرِكُ فِي حُكْمِهِ أَحَدًا
««•»»
quli allaahu a'lamu bimaa labitsuu lahu ghaybu alssamaawaati waal-ardhi abshir bihi wa-asmi' maa lahum min duunihi min waliyyin walaa yusyriku fii hukmihi ahadaan
««•»»
Katakanlah: "Allah lebih mengetahui berapa lamanya mereka tinggal (di gua); kepunyaan-Nya-lah semua yang tersembunyi di langit dan di bumi. Alangkah terang penglihatan-Nya dan alangkah tajam pendengaran-Nya; tak ada seorang pelindungpun bagi mereka selain dari pada-Nya; dan Dia tidak mengambil seorangpun menjadi sekutu-Nya dalam menetapkan keputusan".
««•»»
Say, ‘Allah knows best how long they remained. To Him belongs the Unseen of the heavens and the earth. How well does He see! How well does He hear! They have no guardian besides Him, and none shares with Him in His judgement.’
««•»»

Dalam ayat ini Allah SWT memerintahkan Rasul saw agar menyatakan kepada mereka yang masih berselisih tentang berapa lama mereka tidur bahwa Tuhan lebih mengetahui lamanya mereka tidur dalam gua itu. Apa yang sudah diterangkan Allah itu, pastilah benar, dan tidak ada keraguan padanya. Ahli-ahli kitab berselisih tentang waktu lamanya mereka tidur itu seperti halnya mereka berselisih tentang jumlahnya. Sesudah Allah menegaskan bahwa lamanya itu hanya Allah sajalah yang mengetahuinya, karena memang Dialah Yang Maha Mengetahui, maka Dia menegaskan lagi sesungguhnya Dialah yang memiliki ilmu pengetahuan tentang segala yang gaib, baik di bumi maupun di langit. Dia lah Yang Maha Mengetahui segala hal ihwal manusia yang tersembunyi tak ada Sesuatupun yang tertutup bagi Nya. Oleh karena itulah, sewajarnya manusia tidak lagi memperbincangkan berapa lama penghuni gua itu tidur di tempatnya, tapi serahkanlah hal itu kepada Tuhan; karena Tuhan itulah Yang mengetahui hal-hal yang gaib, apalagi hal-hal yang nyata.

Sungguh alangkah terangnya penglihatan Tuhan atas segala sesuatu yang terjadi di alam semesta ini, dan alangkah tajamnya pendengaran Nya terhadap segala macam suara dan bunyi dari makhluk Nya. Tidak ada seorangpun yang dapat menjadi pelindung bagi penghuni-penghuni gua itu selain Allah. Dialah yang memelihara dan mengurus segala hal ihwal mereka semua dengan sebaik-baiknya. Dan Dia tidak bersekutu dengan seorangpun untuk membantu menolong Dia dalam menetapkan keputusan.

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
TAFSIR JALALAIN
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

(Katakanlah, "Allah lebih mengetahui berapa lamanya mereka tinggal di gua) daripada orang-orang yang berselisih pendapat tentangnya, sebagaimana yang telah disebutkan tadi (Kepunyaan-Nyalah semua yang tersembunyi di langit dan di bumi) ilmu kesemuanya berada pada-Nya. (Alangkah terang penglihatan-Nya) penglihatan Allah, lafal Abshir bihi adalah Shighat Ta'ajjub (dan alangkah tajam pendengaran-Nya) pendengaran Allah, demikian pula lafal Asmi' bihi sama dengan lafal Maa Asma'ahu, dan yang sebelumnya sama dengan lafal Maa Absharahu, keduanya merupakan ungkapan cara Majaz. Makna yang dimaksud ialah, bahwa tiada sesuatu pun yang tidak diketahui oleh penglihatan dan pendengaran Allah swt. (tak ada bagi mereka) bagi semua penduduk langit dan bumi (seorang pelindung pun selain daripada-Nya) seorang yang dapat menolong (dan Dia tidak mengambil seorang pun menjadi sekutu-Nya dalam menetapkan keputusan") karena sesungguhnya Dia tidak membutuhkan adanya sekutu.
««•»»
Say: ‘God is more knowledgeable of how long they tarried, [more knowledgeable] than those contending over this [issue] — and this [fact] has already been mentioned [above, verse 19]. To Him belongs the Unseen of the heavens and the earth, that is, [to Him belongs] the knowledge thereof. How well He sees!, namely, God — this form is for [expressing] amazement [at something]. How well He hears!, likewise [for expressing amazement]. These two [expressions] are being used metaphorically. What is meant is that nothing can escape God’s sight or hearing. They, the inhabitants of the heavens and the earth, have no guardian, someone to assist [them], besides Him, and He makes none to share in His rule’, for He is Independent, without need of a partner.
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

[AYAT 25][AYAT 27]
[KEMBALI]
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
26of110
Sumber: Yayasan Indonesia Membaca http://www.indonesiamembaca.net
http://www.al-quran-al-kareem.com/id/terjemahan/Tafsir-Jalalayn-indonesian
http://www.altafsir.com/Tafasir.asp?tMadhNo=0&tTafsirNo=74&tSoraNo=18&tAyahNo=26&tDisplay=yes&UserProfile=0&LanguageId=2 
http://al-quran.info/#18:26

[018] Al Kahfi Ayat 027

««•»»
Surah Al Kahfi 27

وَاتْلُ مَا أُوحِيَ إِلَيْكَ مِنْ كِتَابِ رَبِّكَ لَا مُبَدِّلَ لِكَلِمَاتِهِ وَلَنْ تَجِدَ مِنْ دُونِهِ مُلْتَحَدًا
««•»»
wautlu maa uuhiya ilayka min kitaabi rabbika laa mubaddila likalimaatihi walan tajida min duunihi multahadaan
««•»»
Dan bacakanlah apa yang diwahyukan kepadamu, yaitu kitab Tuhanmu (Al Qur'an). Tidak ada (seorangpun) yang dapat merobah kalimat-kalimat-Nya. Dan kamu tidak akan dapat menemukan tempat berlindung selain dari pada- Nya.
««•»»
Recite what has been revealed to you from your Lord’s Book. Nothing can change His words, and you will never find any refuge besides Him.
««•»»

Dalam ayat ini Allah SWT memerintahkan Rasul Nya supaya beliau membacakan Alquran yang diwahyukan kepadanya, serta mengamalkan isinya, menyampaikan kepada umat manusia dan mengikuti perintah dan larangan Nya yang tercantum di dalam Alquran itu. Adalah tugas Rasul saw untuk menyampaikan wahyu Allah itu kepada umat manusia,

sebagaimana dijelaskan dalam firman Nya:
يَا أَيُّهَا الرَّسُولُ بَلِّغْ مَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ وَإِنْ لَمْ تَفْعَلْ فَمَا بَلَّغْتَ رِسَالَتَهُ وَاللَّهُ يَعْصِمُكَ مِنَ النَّاسِ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ
Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika kamu tidak kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat Nya, Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir"
(QS. Al Maidah [5]:67)

Janganlah hendaknya beliau memperdulikan perkataan orang-orang yang menghendaki agar ayat-ayat Alquran itu didatangkan sesuai dengan kepentingan mereka. Mereka berkata: "Datangkan ayat Alquran yang lain dari pada ini atau ganti dengan yang lain". Sesungguhnya tidak ada seorangpun yang dapat mengganti ataupun merubah kalimat-kalimat Alquran itu, baik kalimat perintah ataupun larangan, baik kalimat ancaman terhadap mereka yang melakukan kemaksiatan ataupun kalimat janji Tuhan kepada mereka yang taat dan berbuat kebaikan. Hanya Allah sendiri Yang Kuasa merubah atau mengganti kalimatnya berdasar hikmah Nya.

Firman Allah SWT:
يَمْحُوا اللَّهُ مَا يَشَاءُ وَيُثْبِتُ وَعِنْدَهُ أُمُّ الْكِتَابِ
Allah menghapuskan apa yang Dia kehendaki dan menetapkan (apa yang Dia kehendaki), dan di sisi Nyalah terdapat umul kitab (Lohmahfuz).
(QS. Ar Ra'ad [13]:39)

Pergantian sesuatu ayat oleh Allah dalam Alquran adalah dengan maksud untuk mencapai tujuan yang lebih besar manfaatnya,

sebagaimana firman Nya:
وَإِذَا بَدَّلْنَا آيَةً مَكَانَ آيَةٍ وَاللَّهُ أَعْلَمُ بِمَا يُنَزِّلُ
Dan apabila Kami letakkan suatu ayat di tempat ayat yang lain sebagai penggantinya padahal Allah lebih mengetahui apa yang diturunkan Nya.
(QS. An Nahl [16]:101)

Segala ketentuan atau hukum yang telah ditetapkan Tuhan haruslah diketahui. Jika tidak dipatuhi, pasti akan mendapat hukuman Tuhan yang sebelumnya telah diancamkan kepada orang-orang yang melanggar garis-garis yang ditetapkan Nya. Tak seorangpun yang dapat menjadi pelindungnya, kecuali Allah SWT karena kekuasaan Allah meliputi makhluk Nya. Tak seorangpun yang dapat lolos dari hukuman yang telah ditetapkan Nya kepadanya.

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
TAFSIR JALALAIN
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

(Dan bacakanlah apa yang diwahyukan kepadamu, yaitu Kitab Rabb-Mu. Tidak ada seorang pun yang dapat mengubah kalimat-kalimat-Nya. Dan engkau tidak akan mendapatkan perlindungan selain perlindungan-Nya).
««•»»
And recite that which has been revealed to you of the Book of your Lord. There is none who can change His words. And you will not find, besides Him, any refuge.
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

[AYAT 26][AYAT 28]
[KEMBALI]
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
27of110
Sumber: Yayasan Indonesia Membaca http://www.indonesiamembaca.net
http://www.al-quran-al-kareem.com/id/terjemahan/Tafsir-Jalalayn-indonesian
http://www.altafsir.com/Tafasir.asp?tMadhNo=0&tTafsirNo=74&tSoraNo=18&tAyahNo=27&tDisplay=yes&UserProfile=0&LanguageId=2 
http://al-quran.info/#18:27

[018] Al Kahfi Ayat 025

««•»»
Surah Al Kahfi 25

وَلَبِثُوا فِي كَهْفِهِمْ ثَلَاثَ مِائَةٍ سِنِينَ وَازْدَادُوا تِسْعًا
««•»»
walabitsuu fii kahfihim tsalaatsa mi-atin siniina waizdaaduu tis'aan
««•»»
Dan mereka tinggal dalam gua mereka tiga ratus tahun dan ditambah sem- bilan tahun (lagi).
««•»»
They remained in the Cave for three hundred years, and added nine more [to that number].
««•»»

Kemudian Allah SWT kembali lagi menceritakan kisah Ashabul Kahfi. Dalam ayat ini Allah menjelaskan tentang berapa lama mereka tinggal dalam gua itu, yakni sesudah Allah menutup pendengaran mereka. Lamanya mereka tidur dalam gua itu tiga ratus tahun menurut perhitungan ahli-ahli kitab berdasarkan tahun matahari atau tiga ratus tahun lebih sembilan tahun menurut perhitungan orang Arab berdasar bilangan tahun bulan.

Penjelasan Tuhan sebagai mukjizat bagi Nabi Muhammad saw. Beliau tidak belajar ilmu falak tapi mengetahui selisih hitungan sembilan tahun antara perhitungan matahari selama 300 tahun dengan perhitungan tahun bulan. Setiap seratus tahun matahari, tiga tahun selisih hitungannya dengan tahun bulan. Setiap tiga puluh tahun matahari, selisih hitungannya satu tahun dengan tahun bulan dan setiap satu tahun matahari berselisih sebelas hari dengan tahun bulan.

Pengetahuan demikian tentulah datang dari Tuhan. Tuhanlah yang mengalihkan perhatian Nabi kepada keindahan yang terdapat di permukaan bumi seperti sinar matahari, cahaya bulan dan segala keindahan yang ditimbulkan oleh sinar matahari itu. Pertukaran musim melahirkan keindahan-keindahan, dan pertukaran musim itu sendiri adalah karena perubahan letaknya matahari. Demikian pula tumbuh-tumbuhan dan binatang-binatang yang beraneka ragam dalam hidupnya tergantung kepada sinar matahari yang dikirim Allah ke bumi ini, maka Nabi Muhammad saw diutus kepada umat manusia sebagaimana halnya matahari. Kepada mereka diajarkan bahwa mempelajari segala keindahan yang ada di bumi ini adalah mendekatkan kepada kebenaran daripada mempelajari cerita-cerita lama atau hikayat-hikayat orang-orang zaman dahulu.

Allah berfirman:
لَخَلْقُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ أَكْبَرُ مِنْ خَلْقِ النَّاسِ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ
Artinya:
Sesungguhnya penciptaan langit dan bumi lebih besar daripada penciptaan manusia, akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.
(QS. Al Mu'min [47]:57)

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
TAFSIR JALALAIN
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

(Dan mereka tinggal dalam gua mereka tiga ratus) lafal Miatin dibaca dengan memakai harakat Tanwin pada akhirnya (tahun) berkedudukan sebagai 'Athaf Bayan yang dikaitkan dengan lafal Tsalaatsu Miatin. Perhitungan tiga ratus tahun ini berdasarkan hisab yang berlaku di kalangan kaum Ashhabul Kahfi, yaitu berdasarkan perhitungan tahun Syamsiah. Dan bila menurut hisab tahun Qamariah sebagaimana yang berlaku di kalangan orang-orang Arab, maka menjadi bertambah sembilan tahun, dan hal ini disebutkan di dalam firman selanjutnya, yaitu (dan ditambah sembilan tahun) yakni hisab yang tiga ratus tahun berdasarkan tahun Syamsiah dan hisab yang tiga ratus sembilan tahun berdasarkan tahun Qamariyah.
««•»»
And they tarried in the Cave three hundred (read [with tanwīn] thalāthami’atin) years (sinīn is an explicative supplement to thalāthami’atin, ‘three hundred’): these three hundred years in the case of the People of the Cave were solar years; but for [the number of] lunar ones, the Arabs add nine years thereto, and this is mentioned in His saying: and add nine, that is, nine years; in other words three hundred solar years, while three hundred and nine lunar ones.

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
klik ASBABUN NUZUL klik
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

Ibnu Jarir mengetengahkan sebuah hadis melalui Dhahhak. Hadis yang sama diketengahkan pula oleh Ibnu Murdawaih melalui sahabat Ibnu Abbas r.a. yang menceritakan, bahwa Nabi saw. mengucapkan suatu sumpah. Kemudian empat puluh malam selanjutnya Allah menurunkan firman-Nya, "Dan jangan sekali-kali kamu mengatakan terhadap sesuatu, 'Sesungguhnya aku akan mengerjakan itu besok pagi', kecuali dengan menyebut 'Insya Allah'". (Q.S. Al Kahfi 28-34). Ibnu Murdawaih mengetengahkan sebuah hadis melalui jalur periwayatan Juwaibir yang ia terima dari Dhahhak kemudian ia terima dari sahabat Ibnu Abbas r.a. yaitu sehubungan dengan firman-Nya, "Dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami."
(QS. Al Kahfi [18]:28).

Sahabat Ibnu Abbas r.a. mengatakan, "Ayat di atas diturunkan berkenaan dengan Umayah ibnu Khalaf Al Jumahiy. Demikian itu karena Umayah menganjurkan supaya Nabi saw. mengerjakan suatu perbuatan yang tidak disukai oleh Nabi sendiri, yaitu mengusir orang-orang miskin yang menjadi pengikutnya dari sisinya, demi untuk mendekatkan akan pemimpin-pemimpin Mekah kepada dirinya. Setelah peristiwa itu, turunlah ayat di atas tadi."

Ibnu Abu Hatim mengetengahkan sebuah hadis melalui Ar Rabi' yang menceritakan, bahwa Nabi saw. pernah bercerita kepada kami bahwa pada suatu hari beliau bertemu dengan Umayah ibnu Khalaf yang membujuknya, sedangkan Nabi saw. pada saat itu dalam keadaan tidak memperhatikan apa yang dimaksud oleh Umayah; maka turunlah ayat di atas tadi.

Ibnu Abu Hatim mengetengahkan pula hadis lain melalui sahabat Abu Hurairah r.a. yang menceritakan, bahwa pada suatu hari Uyainah ibnu Hishn datang kepada Nabi saw. sedang sahabat Salman berada di sisinya.
Maka Uyainah langsung berkata, "Jika kami datang maka singkirkanlah orang ini, kemudian persilakanlah kami masuk". Maka turunlah ayat di atas.
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
[AYAT 24][AYAT 26]
[KEMBALI]
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
25of110
Sumber: Yayasan Indonesia Membaca http://www.indonesiamembaca.net
http://www.al-quran-al-kareem.com/id/terjemahan/Tafsir-Jalalayn-indonesian
http://www.altafsir.com/Tafasir.asp?tMadhNo=0&tTafsirNo=74&tSoraNo=18&tAyahNo=25&tDisplay=yes&UserProfile=0&LanguageId=2 
http://al-quran.info/#18:25