
وَإِذِ اعْتَزَلْتُمُوهُمْ وَمَا يَعْبُدُونَ إِلَّا اللَّهَ فَأْوُوا إِلَى الْكَهْفِ يَنْشُرْ لَكُمْ رَبُّكُمْ مِنْ رَحْمَتِهِ وَيُهَيِّئْ لَكُمْ مِنْ أَمْرِكُمْ مِرفَقًا
««•»»
wa-idzi i'tazaltumuuhum wamaa ya'buduuna illaa allaaha fa/wuu ilaa alkahfi yansyur lakum rabbukum min rahmatihi wayuhayyi/ lakum min amrikum mirfaqaan
««•»»
Dan apabila kamu meninggalkan mereka dan apa yang mereka sembah selain Allah, maka carilah tempat berlindung ke dalam gua itu, niscaya Tuhanmu akan melimpahkan sebagian rahmat-Nya kepadamu dan menyediakan sesuatu yang berguna bagimu dalam urusan kamu {876}.
{876} Perkataan ini terjadi antara mereka sendiri yang timbulnya karena ilham dari Allah.
««•»»When you have dissociated yourselves from them and from what they worship except Allah, then take refuge in the Cave. Your Lord will unfold His mercy for you, and He will help you on to ease in your affair.’
««•»»
Dalam ayat ini, Allah SWT melanjutkan tentang percakapan mereka sama lain, berkata sebagian dari mereka ke yang lainnya: Bilamana kamu menjauhkan diri dari kaum dan kampung halamanmu lahir dan batin, serta menolak untuk mengikuti adat-istiadat mereka dan menyembah selain Allah, karena tindakan seperti demikian akan menimbulkan kemarahan mereka terhadap kamu, maka seharusnyalah kamu mencari tempat perlindungan ke dalam suatu gua.
Di tempat tersebut kamu dapat melakukan ibadah dengan tekun dan khusyuknya, terhindar dari gangguan kaummu dan bilamana kamu sudah menghambakan diri sepenuhnya kepada Allah, serta memohon pemeliharaannya, maka tentulah Dia akan mencurahkan rahmat Nya kepadamu. Kamu tidak akan mati kelaparan atau kehausan dalam gua itu. Allah SWT akan memberikan jalan keluar kepadamu dalam urusan, baik dalam mengatasi kesukaran makan dan minum ataupun lainnya dan Allah akan melapangkan jalan beribadah dengan sempurna kepada Nya sehingga mencapai suatu kelezatan ibadah yang melebihi kelezatan lainnya".
Demikian mereka bercakap-cakap sesama mereka dan apa yang mereka ucapkan itu lahir dari keyakinan dan harapan mereka akan anugerah Allah dan berkat kepasrahan dan keimanan mereka yang sempurna kepada Nya. Allah SWT telah menggerakkan hati anak-anak remaja itu untuk menjadi orang-orang yang saleh, penghuni gua, yang kisah mereka akhirnya selalu dikenang dalam sejarah umat beragama. Demikian pemuda-pemuda, selamanya hati mereka lebih suci dan lebih cinta kepada kebenaran, yaitu sifat yang amat baik diperlukan bagi seseorang pemimpin.
Berkata Ibnu 'Abbas:
ما بعث الله نبيا إلا وهو شاب وما أعطي علم لعالم إلا وهو شاب
"Tidaklah Allah mengutus seorang Nabi kecuali dia seorang pemuda, dan tiada diberikan ilmu kepada seorang alim, kecuali dia pemuda".
Kemudian beliau membaca potongan ayat-ayat tersebut sebagai berikut:
قَالُوا سَمِعْنَا فَتًى يَذْكُرُهُمْ يُقَالُ لَهُ إِبْرَاهِيمُ
Mereka berkata: "Kami dengar ada seorang pemuda yang mencela berhala berhala ini, yang bernama Ibrahim".
(QS. Al Anbiya [21]:60)
Dan Firman Allah SWT:
وإذ قال موسى لفته
"Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada muridnya (pemuda)".
(QS. Al Kahfi [18]:60)
Dan firman Allah SWT:
إِنَّهُمْ فِتْيَةٌ ءَامَنُوا بِرَبِّهِمْ
Sesungguhnya mereka itu adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka.
(QS. Al Kahfi [18]:13)
Dapatlah dibenarkan anak-anak remaja pergi untuk hidup menyendiri seperti hidup di dalam gua, meninggalkan medan. Bila ada pendapat yang mengatakan bahwa hidup uzlah (menyepi) berdasar ayat ini adalah disyariatkan dan dipandang sunat secara mutlak tanpa syarat maka pendapat itu adalah keliru. Ayat ini menunjukkan ketabahan hidup menyepi di dalam gua dari ashabul Kahfi, bilamana seseorang diperkosa agamanya dan dituntut agar dia musyrik.
Al Gazali dalam kitabnya Al Ihya, menolak menggunakan ayat ini untuk dijadikan dalil bagi keutamaan hidup uzlah. Berkata beliau "Ashabul Kahfi tidak menyepikan diri dari mereka sendiri, yakni satu sama lain. Mereka seluruhnya adalah orang-orang yang beriman. Mereka m menyepikan diri dari orang-orang kafir". Jadi wajarlah kalau mereka beruzlah agar terpelihara dari keonaran orang-orang kafir dan raja yang hendak membunuh mereka. Hidup menyepi dalam arti bersembunyi dari kejahatan dan kebatilan yang tidak dapat diperbaiki atau memperbaikinya adalah berbahaya maka uzlah semacam ini dibenarkan.
As-Suyuti dalam kitabnya Al-Iklil berpendapat bahwa dari ayat ini dapat dipahami, disyariatkan uzlah dan lari dari kelaliman dan tinggal dalam gua sewaktu rusaknya zaman. Pendapat beliau ini perlu penjelasan. Karena masih kabur. Zaman manakah yang bersih dari kerusakan? Sebenarnya yang terpaham dalam ayat ini ialah lari dari pemerkosaan terhadap hak hidup beragama.
Hidup uzlah karena frustasi dan keputusasaan dalam menghadapi kenyataan hidup tidaklah dibenarkan oleh agama. Untuk memahami ayat ini, haruslah diperhatikan suasana di kala terjadinya peristiwa uzlahnya pemuda itu. Mereka menyepi dengan melarikan diri ke dalam gua adalah karena mereka akan dibunuh oleh raja yang sewenang-wenang itu, dan suasana tidak mengizinkan atau memberi kesempatan untuk berjuang melawan kesewenang-wenangan raja itu, dan melahirkan keimanan mereka.
Di masa permulaan Islam Nabi menyuruh sahabat-sahabatnya berhijrah ke negeri Habasyah dan kemudian ke Madinah dan kemudian beliau sendiri hijrah ke Madinah ialah karena keganasan kaum musyrikin Quraisy, sedang kaum Muslimin tidak dapat berbuat apa-apa terhadap keganasan itu, karena mereka masih dalam keadaan lemah. Terhadap Nabi khususnya mereka sudah bersiap hendak membunuhnya. Rumah Nabi telah mereka kepung di malam hari, karena mereka hendak melaksanakan pembunuhan itu.
Karena kaum musyrikin itu telah mengadakan komplotan untuk membunuh Nabi, maka Tuhan memerintahkan agar Nabi berhijrah. Atas dasar perintah itulah Nabi berhijrah, jadi bukan karena lari dari medan, menyendiri atau uzlah dan sebagainya. Tetapi hidup uzlah dalam arti mengasingkan diri dari kemewahan hidup dan perbudakan harta dan hawa nafsu, lalu hidup sederhana di tengah-tengah masyarakat, sebagaimana yang diperlihatkan sahabat Nabi Abu Zar Al Gifari tidaklah tercela, bahkan dibenarkan oleh agama Islam. Barkata Ibnu Kasir: "Abu Zar berpendapat bahwa tidaklah patut seseorang muslim memiliki harta melebihi dari persediaan makanannya sehari semalam, atau dari sesuatu yang dipergunakannya untuk berperang, atau dari suatu yang disediakannya untuk tamu. Beliau berpegang kepada zahir ayat."
Firman Allah SWT:
وَالَّذِينَ يَكْنِزُونَ الذَّهَبَ وَالْفِضَّةَ وَلَا يُنْفِقُونَهَا فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَبَشِّرْهُمْ بِعَذَابٍ أَلِيمٍ
Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka bahwa mereka akan mendapat siksa yang pedih.
(QS. At Taubah [9]:34)
Beliau hidup dalam kesederhanaan karena tidak mau terlibat dalam kehidupan mewah yang mulai nampak pada zaman khalifah Usman ra. Demikian contoh kehidupan uzlah yang terdapat di kalangan sahabat Rasulullah saw.
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
TAFSIR JALALAIN
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
(Dan apabila kamu meninggalkan mereka beserta apa yang mereka sembah selain Allah, maka carilah tempat berlindung ke dalam gua itu, niscaya Rabb kalian akan melimpahkan sebagian rahmat-Nya kepada kalian dan menyediakan sesuatu yang berguna bagi kalian dalam urusan kalian) Lafal mirfaqan dapat dibaca marfiqan artinya apa-apa yang menjadi keperluan kalian berupa makan siang dan makan malam.
««•»»
And when you withdraw from them and from that which they worship except God, then take refuge in the Cave. Your Lord will reveal for you something of His mercy and prepare for you in your affair some comfort’ (read mirfaqan or marfiqan), that is to say, something for you to find comfort in, in the way of lunch or supper.
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
•[AYAT 15]•[AYAT 17]•
•[KEMBALI]•
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
16of110
Sumber: Yayasan Indonesia Membaca http://www.indonesiamembaca.net
http://www.al-quran-al-kareem.com/id/terjemahan/Tafsir-Jalalayn-indonesian
http://www.altafsir.com/Tafasir.asp?tMadhNo=0&tTafsirNo=74&tSoraNo=18&tAyahNo=16&tDisplay=yes&UserProfile=0&LanguageId=2
http://al-quran.info/#18:16
Tidak ada komentar:
Posting Komentar