Jumat, 27 Februari 2015

[018] Al Kahfi Ayat 011

««•»»
Surah Al Kahfi 11

فَضَرَبْنَا عَلَى آذَانِهِمْ فِي الْكَهْفِ سِنِينَ عَدَدًا
««•»»
fadharabnaa 'alaa aatsaanihim fii alkahfi siniina 'adadaan
««•»»
Maka Kami tutup telinga mereka beberapa tahun dalam gua itu {873},
{873} Maksudnya: Allah menidurkan mereka selama 309 tahun qamariah dalam gua itu (Lihat ayat 25) sehingga mereka tak dapat dibangunkan oleh suara apapun.
««•»»
So We put them to sleep[1] in the Cave for several years
[1] Literally: ‘struck on their ears,’ or ‘drew a curtain (or veil) on their ears.'
««•»»

Demikian pula Allah menerima doa para pemuda itu; Allah telah menutup penglihatan dan pendengaran mereka, hingga mereka tidur nyenyak tak ada suara yang akan membangunkan mereka dari tidur mereka yang lelap, dalam gua berbilang tahun lamanya. Sangatlah besar rahmat Tuhan yang diberikan kepada mereka. Tidaklah mudah bagi seseorang dapat tidur, di waktu jituanya kegelisahan dan ketakutan. Dalam tidur itulah seseorang mendapatkan ketenteraman dan kelapangan lahir dan batin.

Dalam ayat ini dikatakan "menutup telinga" karena telinga itulah yang menjadi sebab bangunnya seseorang dari tidur. Sedikit sekali tidur seseorang terputus kecuali bila pendengarannya mendapat gangguan. Seseorang baru dapat dikatakan tidur, bilamana telinganya tidak mendengar sesuatu lagi. Rasul saw mengatakan bahwa bagi seseorang yang lama tidurnya dengan mempergunakan kata "telinga".

Nabi bersabda:
"Itulah dia laki-laki yang dikencingi setan pada telinganya."
(H.R. Bukhari)

Maksud beliau ialah laki-laki yang banyak tidur terlalu lama.

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
TAFSIR JALALAIN
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

(Maka kami tutup telinga mereka) yakni kami buat mereka tidur (bertahun-tahun dalam gua itu) selama bertahun-tahun.
««•»»
So We smote their ears, that is, We made them sleep, in the Cave for several years, for a [fixed] number of years.
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

[AYAT 10][AYAT 12]
[KEMBALI]
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
11of110
Sumber: Yayasan Indonesia Membaca http://www.indonesiamembaca.net
http://www.al-quran-al-kareem.com/id/terjemahan/Tafsir-Jalalayn-indonesian
http://www.altafsir.com/Tafasir.asp?tMadhNo=0&tTafsirNo=74&tSoraNo=18&tAyahNo=11&tDisplay=yes&UserProfile=0&LanguageId=2 
http://al-quran.info/#18:11

[018] Al Kahfi Ayat 010

««•»»
Surah Al Kahfi 10

إِذْ أَوَى الْفِتْيَةُ إِلَى الْكَهْفِ فَقَالُوا رَبَّنَا آتِنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً وَهَيِّئْ لَنَا مِنْ أَمْرِنَا رَشَدًا
««•»»
idz awaa alfityatu ilaa alkahfi faqaaluu rabbanaa aatinaa min ladunka rahmatan wahayyi/ lanaa min amrinaa rasyadaan
««•»»
 (Ingatlah) tatkala para pemuda itu mencari tempat berlindung ke dalam gua, lalu mereka berdo'a: "Wahai Tuhan kami, berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini)."
««•»»
When the youths took refuge in the Cave, they said, ‘Our Lord! Grant us a mercy from Yourself, and help us on to rectitude in our affair.’
««•»»

Kemudian dalam ayat ini, Allah Subhanahu wa Ta'ala mulai menguraikan cerita Ashabul Kahfi itu kepada Rasul Shalallaahu 'Alayhi Wasallam.

Allah Subhanahu wa Ta'ala mengingatkan kepada Rasul-Nya bahwa ketika zaman dahulu beberapa pemuda keturunan bangsawan di suatu negeri, karena takut penganiayaan rajanya, pergi mencari perlindungan ke dalam gua pada sebuah gunung.

Di dalam gua inilah mereka membulatkan tekadnya, menghabiskan masa remajanya untuk mengabdi kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Menurut riwayat pemuda-pemuda itu putra-putra bangsawan dan pembesar orang Romawi. Mereka berpakaian mahkota kebangsawanan dan memakai gelang keemasan. Kemudian mereka berdoa kepada Tuhan semoga Dia melimpahkan rahmat-Nya kepada mereka dari sisi Nya.

Mereka mengharapkan pengampunan, ketenteraman, dan rezeki dari Allah sebagai anugerah yang besar atas diri mereka. Selain daripada itu memohon pula, kiranya Tuhan memudahkan bagi mereka jalan yang benar untuk menghindari godaan dan kelaliman orang-orang kafir dan untuk memperoleh ketabahan dalam menaati Tuhan sehingga tercapai kebahagiaan dunia dan akhirat.

Sungguh Allah telah menolong mereka sewaktu raja kafir itu berhasil menemukan jejak mereka pada pintu gua itu, lalu masuk ke dalamnya, maka Allah SWT menutup penglihatan mereka sehingga mereka tidak dapat melihat para pemuda tersebut. Oleh karena itu akhirnya raja memutuskan menutup pintu gua itu dengan perkiraan bahwa mereka akan mati kelaparan dan kehausan.

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
TAFSIR JALALAIN
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

Ingatlah (tatkala pemuda-pemuda itu mencari tempat berlindung ke dalam gua) Lafal Al-Fityah adalah bentuk jamak dari lafal Fataa, artinya pemuda; mereka khawatir iman mereka akan dipengaruhi oleh kaumnya yang kafir (lalu mereka berdoa, "Wahai Rabb kami! Berikanlah kepada kami dari sisi-Mu) dari hadirat-Mu (rahmat, dan sempurnakanlah) perbaikilah (bagi kami bimbingan yang lurus dalam urusan kami ini.)" yakni petunjuk yang lurus.
««•»»
Mention, when the youths took refuge in the Cave (fitya, ‘youths’, is the plural of fatā, and denotes a mature young man) fearing for their faith from their disbelieving people, they said, ‘Our Lord! Give us mercy from Yourself and remedy for us our affair through rectitude’, [through Your] guidance.
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

[AYAT 9][AYAT 11]
[KEMBALI]
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
10of110
Sumber: Yayasan Indonesia Membaca http://www.indonesiamembaca.net
http://www.al-quran-al-kareem.com/id/terjemahan/Tafsir-Jalalayn-indonesian
http://www.altafsir.com/Tafasir.asp?tMadhNo=0&tTafsirNo=74&tSoraNo=18&tAyahNo=10&tDisplay=yes&UserProfile=0&LanguageId=2 
http://al-quran.info/#18:10

Selasa, 17 Februari 2015

[018] Al Kahfi Ayat 009

««•»»
Surah Al Kahfi 9

أَمْ حَسِبْتَ أَنَّ أَصْحَابَ الْكَهْفِ وَالرَّقِيمِ كَانُوا مِنْ آيَاتِنَا عَجَبًا
««•»»
am hasibta anna ash-haaba alkahfi waalrraqiimi kaanuu min aayaatinaa 'ajabaan
««•»»
Atau kamu mengira bahwa orang-orang yang mendiami gua dan (yang mempunyai) raqim {872} itu, mereka termasuk tanda-tanda kekuasaan Kami yang mengherankan?
{872} Raqim: sebagian ahli tafsir mengartikan nama anjing dan sebagian yang lain mengartikan batu bersurat.
««•»»
Do you suppose that the Companions of the Cave and the Inscription were among Our wonderful signs?
««•»»

Dalam ayat ini Allah Subhanahu wa Ta'ala menerangkan bahwa tidaklah patut Nabi Muhammad Shalallaahu 'Alayhi Wasallam mengira bahwa cerita Ashabul Kahfi beserta roqim (batu tertulis), sebagaimana yang tersebut dalam kitab-kitab lama adalah tanda-tanda kekuasaan Tuhan yang menakjubkan.

Memang jika dilihat peristiwa itu sendiri adalah berlawanan dengan hukum kebiasaan alam. Tetapi jika dibandingkan dengan kejadian tumbuh-tumbuhan, binatang-binatang dan segala benda-henda mineral yang merupakan perhiasan di atas bumi ini, maka kejadian yang akhir ini lebih menakjubkan lagi untuk menunjukkan kebesaran dan kekuasaan Tuhan. peristiwa Ashabul Kahfi itu, bukan satu-satunya tanda kekuasaan Tuhan dia hanyalah sebagian kecil dad bukti ke Agungan-Nya. Sekiranya para ulama agama lain merasa kagum dan terpesona akan peristiwa tersebut, maka Rasul Shalallaahu 'Alayhi Wasallam dan umatnya seharusnya lebih terpesona lagi oleh alam semesta dengan segala keajaibannya, kejadian langit dan bumi, pergantian siang dan malam, peredaran matahari, bulan, planet, bintang-bintang kesemuanya itu adalah bukti-bukti yang menunjukkan kekuasaan Tuhan. Dia berbuat menurut kehendak Nya, tak seorang yang menolak ketetapan Nya.

Adapun kisah itu dengan segala keanehannya tidaklah cukup membawa manusia ke pintu gerbang kebaikan dan kebahagiaan seperti yang diidamkan manusia itu sendiri, tidak pula dapat dijadikan contoh yang ideal untuk memperoleh keberhasilan duniawi dan ukhrawi. Maka oleh karena itu Alquran selalu mengajak manusia untuk menyelidiki rahasia alam semesta ini.

Menurut riwayat bahwa orang-orang Nasrani telah banyak melakukan kesalahan-kesalahan. Raja-raja mereka berlaku aniaya sampai mereka menyembah berhala-berhala bahkan rakyat dipaksa pula untuk menyembahnya.

Seorang raja mereka yang bernama Decyanus mengeluarkan perintah-perintah keras untuk menyembah berhala-berhala itu dan menyiksa siapa yang menentang. Beberapa orang pemuda dari kalangan bangsawan dipaksanya turut menyembah berhala-berhala itu dan dia memberi ancaman bunuh kepada mereka. Namun mereka menolaknya, bahkan mereka tetap bertahan dalam agama mereka.

Lalu Decyanus melucuti pakaian dan perhiasan mereka. Tetapi rupa-rupanya raja itu masih sayang kepada remaja remaja itu, mereka dibiarkannya hidup dengan harapan agar mereka insaf kembali. Demikianlah raja itu pergi ke negeri-negeri lain, memaksa penduduknya menyembah berhala dan siapa menolaknya dibunuhnya.

Adapun pemuda-pemuda itu kemudian pergi ke sebuah gua, pada sebuah gunung yang disebut Tikhayus, dekat kota mereka "Afasus." Di gua itu mereka beribadah menyembah Allah, sekiranya diserang oleh raja Decyanus dan mereka dibunuhnya, maka mereka mati dalam ketaatan. Jumlah mereka tujuh orang. Di tengah perjalanan ke gua, mereka disertai oleh seorang penggembala dengan seekor anjingnya. Di gua itulah mereka tekun menyembah Allah.

Di antara mereka ada seorang yang bernama Tamlikha. Dia bertugas membeli makanan dan minuman untuk teman-temannya dan menyampaikan kabar bahwa Decyanus masih sungguh-sungguh mencari mereka. Sekembalinya raja itu dari perjalanannya segera dia mencari ahli-ahli ibadat kepada Allah itu untuk dibunuhnya, kecuali bila mereka mau menyembah patung. Berita ini terdengar Tamlikha ketika dia sedang berbelanja lalu disampaikan kepada teman-temannya. Mereka menangis. Allah Subhanahu wa Ta'ala kemudian menutup pendengaran mereka sehingga mereka tertidur.

Sementara itu Decyanus teringat kepada mereka, lalu memaksa orang-orang tua mereka untuk mendatangkan mereka. Orang-orang tua mereka itu akhirnya menunjukkan gua tempat mereka beribadat itu. Decyanus segera pergi ke tempat itu dan menutup mulut gua itu agar mereka mati di dalamnya. Dalam staf pengiring raja ada dua orang laki-laki yang tetap menyembunyikan imannya namanya Bidrus dan Runas.

Kisah para pemuda yang beriman dalam gua itu diabadikan dengan tulisan di atas dua keping batu yang lalu disimpannya dalam peti dari tembaga. Peti itu ditanamkannya ke dalam bangunan supaya di kemudian hari menjadi suri teladan dan peringatan bagi umat manusia.

Waktu berjalan terus, zaman silih berganti, raja Decyanus sudah dilupakan orang. Seorang raja yang saleh bernama Bidrus memerintah negeri itu selama 68 tahun. Pada masa pemerintahannya terjadi perpecahan di kalangan rakyatnya tentang hari kiamat ke dalam dua golongan. Golongan yang percaya akan hari kiamat dan golongan yang mengingkarinya.

Raja sangat bersedih hati karena persoalan ini. Dia berdoa kepada Tuhan agar Dia memperlihatkan kepada rakyatnya suatu tanda yang meyakinkan mereka bahwa kiamat itu pasti terjadi.

Sementara itu seorang penggembala kambing bernama Ulyas bermaksud membangun kandang kambingnya di gua itu. Maka dipecahkannyalah tutup yang menutup pintu gua itu. Seketika itu juga, pemuda-pemuda yang beriman itu terbangun serentak dari tidurnya.

Mereka duduk dengan wajah berseri-seri lalu mereka salat. Berkatalah mereka satu sama lain: "Berapa lama kalian tidur?" Dijawab oleh yang lain: "Sehari atau setengah hari." Yang lain mengatakan: "Tuhan lebih mengetahui berapa lama kalian tidur.." Cobalah salah seorang dari kalian pergi ke kota membawa uang perak ini dan membeli makanan yang baik dan menghidangkannya kepada kita. "Maka berangkatlah Tamlikha sebagaimana biasanya sejak dahulu pergi berjalan untuk berbelanja, secara sembunyi-sembunyi karena takut terhadap raja Decyanus.

Sewaktu berjalan, terdengar olehnya orang-orang menyeru Isa Al Masih. di segala penjuru kota. Berkatalah dia dalam hati: Alangkah anehnya mengapa orang mukmin itu tidak dibunuh oleh Decyanus." Dia masih dalam keheranan: "Barangkali aku bermimpi atau kota ini bukan kotaku dahulu," katanya dalam hati. Lalu dia bertanya kepada seorang laki-laki tentang nama kota itu. Di jawab: "Ini kota Afsus." Pada akhir perjalanannya dia datang kepada seorang laki-laki dan diberikannya uang logam itu untuk pembeli makanan.

Laki-laki itu kaget setelah melihat uang logam itu karena belum pernah melihatnya sebelumnya. Dia membalik-balik uang itu kemudian diperlihatkannya kepada kawan-kawannya. Mereka merasa heran dan berkata: "Apakah uang ini dari harta yang kau temukan tersimpan dalam tanah?" Uang logam ini dari zaman raja Decyanus, satu zaman yang sudah lewat berabad-abad lamanya."

Kemudian Tamlikha dibawa ke muka dua orang hakim di kota itu. Mulanya Tamlikha mengira dia akan dibawa kepada raja Decyanus. Tetapi setelah dia ketahui tidak demikian, lenyaplah kesedihannya, dan berhentilah tangisnya. Kedua hakim kota itu Areyus dan Tanteyus, menanya Tamlikha: Dimanakah harta terpendam yang kamu temukan itu, wahai anak muda?"

Sesudah terjadi pembicaraan antara mereka, maka Tamlikha menceritakan kisah para pemuda itu dengan raja Decyanus, dan dia mengajak kedua hakim itu pergi menengok ke gua untuk membuktikan kebenaran ceritanya. Kedua hakim itu lalu pergi bersama-sama Tamlikha, hingga sampai ke pintu gua itu, dan keduanya mendengarkan semua cerita tentang penghuni gua itu dari Tamlikha. Kedua hakim merasa heran setelah mengetahui bahwa mereka tidur dalam gua itu selama 309 tahun.

Mereka dibangunkan dari tidur untuk menjadi tanda kekuasaan Tuhan kepada manusia. Kemudian Ariyus masuk dan melihat sebuah peti dari tembaga, tertutup dengan lak, di dalamnya dua batu bertulis yang menceritakan kisah pemuda itu, sejak mereka melarikan diri dari kerajaan Decyanus demi memelihara akidah dan agama mereka, sampai kemudian Decyanus menutup pintu gua itu dengan batu.

Setelah Ariyus dan kawan-kawannya membaca cerita ini bersyukurlah mereka dan langsung sujud kepada Allah dan segeralah mereka mengirim utusan kepada raja Bidrus agar cepat-cepat datang untuk menyaksikan tanda kekuasaan Allah yang ada pada peristiwa pemuda-pemuda itu, mereka dibangkitkan sesudah tertidur 300 tahun.

Raja kemudian berangkat beserta rombongan pengawal-pengawalnya dan penduduk negerinya sampai datang ke negeri Afasus. Hari ini merupakan hari penetapan keputusan tentang hari berbangkit, hari yang tak terlupakan.

Sewaktu raja melihat pemuda-pemuda itu, sujudlah dia kepada Allah kemudian dipeluknya pemuda-pemuda itu lalu menangis. Pemuda-pemuda itu terus memuji Tuhan. Berkatalah pemuda-pemuda itu kepada raja: "Wahai raja, selamat tinggal, semoga Allah melindungi kamu dari kejahatan manusia dan jin." Lalu mereka kembali ke pembaringan mereka dan ketika itu Allah Subhanahu wa Ta'ala mencabut rohnya.

Untuk memberikan penghormatan kepada para arwah hamba-hamba Allah suci ini, raja memerintahkan agar setiap orang dari mereka dibuatkan peti jenazah dari emas. Tetapi pada malam harinya raja bermimpi melihat mereka, dan berpesan kepadanya: "Biarkanlah kami sebagaimana adanya dalam gua ini, kami tidur di atas tanah sampai hari kiamat datang." Karena itu raja itu memerintahkan agar jenazah itu dihamparkan di dalam sebuah peti kayu jati dan jangan ada seorangpun diizinkan masuk dalam gua itu sesudah hari itu. Raja memerintahkan pula agar pintu gua dibangun tempat ibadah, dan hari wafatnya dijadikan hari besar. Demikianlah dari cerita orang-orang suci, pemuda-pemuda penghuni gua itu.

Orang-orang Nasrani menjadikan cerita ini sebagai bukti kekuasaan Tuhan untuk menunjukkan adanya hari kiamat. Tetapi Alquran menjelaskan bahwa tanda-tanda kekuasaan Tuhan untuk mengadakan hari berbangkit dan mengembalikan ruh itu kepada jasadnya sesudah mati bukanlah terbatas pada cerita saja. Ayat-ayat yang menunjukkan kekuasaan-Nya untuk menunjukkan adanya hari kiamat, tidak terhitung jumlahnya, perhatikanlah alam semesta ini dengan segala isinya.

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
TAFSIR JALALAIN
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

(Atau kamu mengira) kamu menduga (bahwa Ashhabul Kahfi) orang-orang yang mendiami gua di suatu bukit (dan Raqim) yaitu lempengan batu yang tertulis padanya nama-nama mereka dan nasab-nasabnya; Nabi Shalallaahu 'Alayhi Wasallam pernah ditanya mengenai kisah mereka (adalah mereka) dalam kisah mereka (termasuk) sebagian (tanda-tanda kekuasaan Kami yang menakjubkan?)

Lafal 'Ajaban menjadi khabar Kana, sedangkan lafal yang sebelumnya berkedudukan menjadi hal; artinya: Mereka adalah hal yang menakjubkan yang berbeda dengan tanda-tanda kekuasaan Kami lainnya; atau mereka adalah tanda-tanda kekuasaan Kami yang paling menakjubkan, padahal kenyataannya tidak demikian.
««•»»
Or did you think, did you suppose, that the Companions of the Cave, the cavern in the mountain, and the Inscription, the tablet wherein their names and lineages had been inscribed — the Prophet (s) had been asked about their tale — were, with regard to their tale, a [unique] marvel from among, the entirety [of], Our signs? (‘ajaban, ‘a marvel’ is the predicate of [the defective verb] kāna [sc. kānū], the preceding [min āyātinā, ‘from among Our signs’] being a circumstantial qualifier). In other words, [did you suppose] that they were a marvel exclusively from among all [Our] other signs, or that they were the most marvellous among them? Not so.
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

[AYAT 8][AYAT 10]
[KEMBALI]
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
9of110
Sumber: Yayasan Indonesia Membaca http://www.indonesiamembaca.net
http://www.al-quran-al-kareem.com/id/terjemahan/Tafsir-Jalalayn-indonesian
http://www.altafsir.com/Tafasir.asp?tMadhNo=0&tTafsirNo=74&tSoraNo=18&tAyahNo=9&tDisplay=yes&UserProfile=0&LanguageId=2 
http://al-quran.info/#18:9

[018] Al Kahfi Ayat 008

««•»»
Surah Al Kahfi 8

وَإِنَّا لَجَاعِلُونَ مَا عَلَيْهَا صَعِيدًا جُرُزًا
««•»»
wa-innaa lajaa'iluuna maa 'alayhaa sha'iidan juruzaan
««•»»
Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menjadikan (pula) apa yang di atasnya menjadi tanah rata lagi tandus.
««•»»
And indeed We will turn whatever is on it into a barren plain.
««•»»

Kemudian Allah Subhanahu wa Ta'ala menerangkan pula dalam ayat ini, bahwasanya Dia benar-benar akan membuat apa yang ada di atas bumi ini menjadi tanah yang datar dan tandus, tak ada tumbuh-tumbuhan yang menghiasinya.

Maka keindahan yang menaklukkan pandangan mata itu menjadi pandangan yang kering dan pudar. perubahan demikian itu dapat terjadi disebabkan perubahan iklim dapat pula disebabkan oleh tangan manusia sendiri yang tidak mempertimbangkan sesuatu akibat dari perbuatan mereka sendiri, seperti penggundulan hutan, pemakaian tanah berlebih-lebihan tanpa pemeliharaan, peperangan dan lain-lain sebagainya.

Dengan demikian, maka tidaklah patut bagi Nabi Muhammad Shalallaahu 'Alayhi Wasallam untuk berduka cita terhadap setiap mereka yang anti terhadap ajaran-ajaran Islam yang dibawanya, karena Allah Subhanahu wa Ta'ala akan menguji mereka dengan menciptakan keindahan di muka bumi ini dengan menciptakan bermacam-macam benda-benda seperti tumbuh-tumhuhan, hewan dan mineral.

Siapakah di antara manusia itu yang beramal baik, Allah lah nanti yang memberi pahala bagi mereka yang beramal paling baik karena mempergunakan benda hiasan bumi itu sesuai dengan petunjuk Tuhan untuk kemanusiaan. Tetapi jika mereka mempergunakan benda-benda hiasan bumi ini tidak mengikuti petunjuk Tuhan, maka Allah Subhanahu wa Ta'ala kelak menjadikan bumi ini datar dan tandus dan tiap manusia diberi ganjaran terhadap perbuatannya yang durhaka.

Dengan ayat ini Nabi Muhammad Shalallaahu 'Alayhi Wasallam menjadi terhibur. Bagi Rasul Shalallaahu 'Alayhi Wasallam sudah jelas, jalan yang ditempuh oleh masing-masing golongan manusia yang beriman kepada Alquran dan golongan manusia yang berpaling daripada-Nya.

Berbahagialah mereka yang berhasil lulus dalam ujian Tuhan itu dan sengsaralah mereka yang gagal. Tugas Rasul Shalallaahu 'Alayhi Wasallam hanyalah menyampaikan petunjuk-petunjuk Allah Subhanahu wa Ta'ala. Apakah manusia beriman kepada petunjuk-petunjuk Allah itu ataukah berpaling daripada-Nya, Allah Subhanahu wa Ta'ala lah yang menentukannya.

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
TAFSIR JALALAIN
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

(Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menjadikan pula apa yang di atasnya menjadi tanah rata) merata dengan tanah (lagi tandus) kering tidak subur.
««•»»
And indeed We shall turn all that is therein into barren shreds, that produce no plants.
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

[AYAT 7][AYAT 9]
[KEMBALI]
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
8of110
Sumber: Yayasan Indonesia Membaca http://www.indonesiamembaca.net
http://www.al-quran-al-kareem.com/id/terjemahan/Tafsir-Jalalayn-indonesian
http://www.altafsir.com/Tafasir.asp?tMadhNo=0&tTafsirNo=74&tSoraNo=18&tAyahNo=8&tDisplay=yes&UserProfile=0&LanguageId=2 
http://al-quran.info/#18:8

[018] Al Kahfi Ayat 007

««•»»
Surah Al Kahfi 7

إِنَّا جَعَلْنَا مَا عَلَى الْأَرْضِ زِينَةً لَهَا لِنَبْلُوَهُمْ أَيُّهُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا
««•»»
innaa ja'alnaa maa 'alaa al-ardhi ziinatan lahaa linabluwahum ayyuhum ahsanu 'amalaan
««•»»
Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang di bumi sebagai perhiasan baginya, agar Kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya.
««•»»
Indeed We have made whatever is on the earth an adornment for it that We may test them [to see] which of them is best in conduct.
««•»»

Dalam ayat ini Allah Subhanahu wa Ta'ala menerangkan bahwa segala yang ada di atas bumi ini Dia ciptakan sebagai perhiasan bagi bumi itu baik binatang dan tumbuh-tumbuhan yang terdiri dari pelbagai jenis di lautan dan di daratan baik barang-barang tambang, yang beraneka ragam dan sebagainya, untuk menguji manusia Apakah mereka dapat memahami dengan akal budi mereka maksud perhiasan-perhiasan bumi itu dan menarik kesimpulan akan adanya penciptanya, untuk kemudian menaati perintah Nya dan menjauhi larangan Nya.

Bilamana mereka mempergunakan segala benda-benda alam, hewan dan tumbuh-tumbuhan itu masuk pengabdian kepada Tuhan dan kemanusiaan, maka Allah akan memberi mereka pahala yang sebesar-besarnya.

Tetapi bilamana mereka mempergunakan untuk mendurhakai Tuhan dan merusak peradaban dan kemanusiaan maka Allah Subhanahu wa Ta'ala akan menimpakan kepada mereka azab yang besar pula. Sejarah umat manusia membuktikan bahwa mereka selalu berlomba-lomba untuk memperoleh benda-benda perhiasan bumi itu, karena ia merupakan benda-benda ekonomi yang menjadi sumber penghidupan umat manusia.

Dan karena benda-benda itu pula mereka saling berbunuh-bunuhan satu sama lain yang akhirnya menuju kehancuran. Kecuali bila mereka menyadari bahwa benda-benda hiasan bumi itu anugerah Tuhan, mereka mempergunakannya untuk perikemanusiaan dan pengabdian kepada Tuhan Rabbul Alamin.

Demikianlah barang siapa yang dapat memahami dan mengambil pelajaran serta hikmah dari benda-benda hiasan bumi itu dia akan berbahagia di dunia dan di akhirat. Semua benda alam ini memang diperuntukkan bagi manusia, tinggallah lagi Apakah yang akan mereka kerjakan dengan benda-benda hiasan di permukaan bumi itu?

Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:
أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ سَخَّرَ لَكُمْ مَا فِي الْأَرْضِ وَالْفُلْكَ تَجْرِي فِي الْبَحْرِ بِأَمْرِه
"Apakah kamu tidak melihat bahwasanya Allah menundukkan bagimu apa yang ada di bumi dan bahtera yang berlayar di lautan dengan perintah ..."
(QS. Al Hajj [22]:65)

Sabda Nabi Muhammad Shalallaahu 'Alayhi Wasallam:
إن الدنيا نضرة حلوة والله ستخلفكم فيها فينظر كيف تعملون
Sesungguhnya dunia ini manis lagi indah kehijauan. Dan sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta'ala menunjuk kamu sebagai penguasa di atasnya, lalu Dia melihat apa yang kamu kerjakan.

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
TAFSIR JALALAIN
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

(Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi) berupa hewan, tumbuh-tumbuhan, pepohonan, sungai-sungai dan lain sebagainya (sebagai perhiasan baginya, agar Kami menguji mereka) supaya Kami menguji manusia, seraya memperhatikan dalam hal ini (siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya) di dunia ini; yang dimaksud adalah siapakah yang lebih berzuhud/menjauhi keduniaan.
««•»»
Truly We have made all that is on the earth, in the way of animals, plants, trees, rivers and so on, as an adornment for it, that We may try them, that We may test mankind observing thereby, which of them is best in conduct, therein, that is, [to see which of them] is the most abstemious of it.
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

[AYAT 6][AYAT 8]
[KEMBALI]
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
7of110
Sumber: Yayasan Indonesia Membaca http://www.indonesiamembaca.net
http://www.al-quran-al-kareem.com/id/terjemahan/Tafsir-Jalalayn-indonesian
http://www.altafsir.com/Tafasir.asp?tMadhNo=0&tTafsirNo=74&tSoraNo=18&tAyahNo=7&tDisplay=yes&UserProfile=0&LanguageId=2 
http://al-quran.info/#18:7

[018] Al Kahfi Ayat 006

««•»»
Surah Al Kahfi 6

فَلَعَلَّكَ بَاخِعٌ نَفْسَكَ عَلَى آثَارِهِمْ إِنْ لَمْ يُؤْمِنُوا بِهَذَا الْحَدِيثِ أَسَفًا
««•»»
fala'allaka baakhi'un nafsaka 'alaa aatsaarihim in lam yu/minuu bihaadzaa alhadiitsi asafaan
««•»»
Maka (apakah) barangkali kamu akan membunuh dirimu karena bersedih hati setelah mereka berpaling, sekiranya mereka tidak beriman kepada keterangan ini (Al-Qur'an).
««•»»
You are liable to imperil your life for their sake, if they should not believe this discourse,1 out of grief.
««•»»

Kemudian dalam ayat ini Allah Subhanahu wa Ta'ala memperingatkan Rasul Shalallaahu 'Alayhi Wasallam agar janganlah dirinya bersedih hati, hingga merusakkan badan, hanya disebabkan kaumnya tidak mau beriman kepada Alquran dan kenabiannya. Karena hal demikian itu tidaklah patut membuat Nabi duka nestapa sampai merusak kesehatan dirinya. Tugas beliau hanyalah menyampaikan wahyu-wahyu Ilahi kepada mereka, sedang kesediaan mereka untuk menerima ayat-ayat itu tergantung kepada petunjuk Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:
لَيْسَ عَلَيْكَ هُدَاهُمْ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ
Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk, akan tetapi Allah lah yang memberi petunjuk (memberi taufik) siapa yang dikehendaki Nya.
(Q.S. Al Baqarah [2]:272)

Menurut riwayat Ibnu Abbas bahwa 'Utbah bin Rabi'ah, Syaibah Ibnu Rabi'ah, Abu Jahal Ibnu Hisyam, An Nadar Ibnu Haris, Umayyah Ibnu Khalfin, Al A'sya Ibnu Wail, Al Aswad Ibnu Muttalib dan Abu Buhturi di hadapan beberapa orang Quraisy mengadakan pertemuan. Rasul Shalallaahu 'Alayhi Wasallam berada dalam kesusahan melihat perlawanan kaumnya kepadanya dan pengingkaran mereka terhadap ajaran-ajaran yang dibawanya, maka hal ini sangat menyakitkan hatinya. Lalu turunlah ayat ini.
(H.R. Ibnu Mardawaih)

Sesungguhnya Nabi itu bersedih hati, karena hasratnya yang besar dan kecintaannya yang dalam terhadap kaumnya supaya mereka beriman, tidak tercapai. Beliau diberi gelar Habibullah artinya kekasih Allah, maka sifat kasih sayang yang sangat nampak pada beliau kepada sesama manusia itu adalah pencerminan dari cintanya kepada Allah. Semakin kuat cinta kepada Allah, semakin besar pula kasihnya kepada manusia, bahkan manusia itu dia rasakan sebagai dirinya.

Karena itulah ketika kaumnya menjauhkan diri dari bimbingan Allah Subhanahu wa Ta'ala dan Rasul Nya beliau rasakan kejadian itu sebagai pukulan berat bagi dirinya, bukankah kaum yang jauh dari hidayah Allah itu pada akhirnya akan hancur, dan beliau sendiri akan menyaksikan kehancuran mereka itu. Hati yang bersangatan iba terhadap mereka yang menjadi penghalang kebenaran biarpun apa saja pendorongnya, dapat menghambat jalan dan lahirnya kebenaran itu sendiri.

Maka Allah Subhanahu wa Ta'ala memperingatkan Rasul Shalallaahu 'Alayhi Wasallam jangan mengindahkan sambutan kaum musyrikin yang menjadi penghalang tersebarnya agama Islam itu, tetapi terus menyampaikan dakwah Islam dengan bijaksana. Sebab mereka itu adalah manusia yang telah dikaruniakan akal budi.

Dengan akal budi itu manusia dapat merenungkan kebenaran ayat-ayat Alquran dan ayat-ayat kauniyah (alam) seperti benda-benda yang terdapat dalam alam ini.

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
TAFSIR JALALAIN
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

(Maka barangkali kamu akan membinasakan) membunuh (dirimu sendiri sesudah mereka) sesudah mereka berpaling darimu (sekiranya mereka tidak beriman kepada keterangan ini) yakni kepada Alquran (karena bersedih hati) karena perasaan jengkel dan sedihmu, disebabkan kamu sangat menginginkan mereka beriman. Lafal Asafan dinashabkan karena menjadi Maf'ul Lah.
««•»»
Yet it may be that you will consume, destroy, yourself in their wake — following [your being with] them, that is, after they have left you — if they should not believe in this discourse, [in this] Qur’ān, out of grief, out of rage and anguish on your part, because of your eagerness that they believe (asafan, ‘out of grief’, is in the accusative because it functions as an object denoting reason).

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
klik ASBABUN NUZUL klik
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

Ibnu Murdawaih mengetengahkan pula hadis yang lain melalui sahabat Ibnu Abbas r.a. yang menceritakan bahwa ketika ayat itu turun, yaitu firman-Nya,
"Dan mereka tinggal dalam gua mereka selama tiga ratus."
(Q.S. Al Kahfi [18],25).

\Para sahabat bertanya, "Wahai Rasulullah! Tiga ratus apakah, tahun atau bulan?"Allah pun menurunkan kelanjutannya, yaitu firman-Nya,
"(tiga ratus) tahun dan ditambah sembilan tahun."
(Q.S. Al Kahfi [18],25).
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
[AYAT 5][AYAT 7]
[KEMBALI]
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
6of110
Sumber: Yayasan Indonesia Membaca http://www.indonesiamembaca.net
http://www.al-quran-al-kareem.com/id/terjemahan/Tafsir-Jalalayn-indonesian
http://www.altafsir.com/Tafasir.asp?tMadhNo=0&tTafsirNo=74&tSoraNo=18&tAyahNo=6&tDisplay=yes&UserProfile=0&LanguageId=2 
http://al-quran.info/#18:6

[018] Al Kahfi Ayat 005

««•»»
Surah Al Kahfi 5

مَا لَهُمْ بِهِ مِنْ عِلْمٍ وَلَا لِآبَائِهِمْ كَبُرَتْ كَلِمَةً تَخْرُجُ مِنْ أَفْوَاهِهِمْ إِنْ يَقُولُونَ إِلَّا كَذِبًا
««•»»
maa lahum bihi min 'ilmin walaa li-aabaa-ihim kaburat kalimatan takhruju min afwaahihim in yaquuluuna illaa kadzibaan
««•»»
Mereka sekali-kali tidak mempunyai pengetahuan tentang hal itu, begitu pula nenek moyang mereka. Alangkah buruknya kata-kata yang keluar dari mulut mereka; mereka tidak mengatakan (sesuatu) kecuali dusta.
««•»»
They do not have any knowledge of that, nor did their fathers. Monstrous is the utterance that comes out of their mouths, and they say nothing but a lie.
««•»»

Anggapan mereka bahwa Tuhan mempunyai putra, sama sekali tidak didasarkan atas pengetahuan dan keyakinan mereka sendiri, tetapi didasarkan atas persangkaan yang tidak benar. Mereka hanyalah bertaklid buta kepada nenek moyang mereka, padahal nenek moyang mereka itu juga tidak mempunyai pengetahuan dan keyakinan tentang kepercayaan yang demikian itu.

Sungguh terlalu jelek ucapan mereka itu. Ucapan itu tidak lahir dari pikiran yang sehat, tetapi keluar dari mulut mereka yang lancang. Allah menegaskan apa yang diucapkan mereka itu adalah kekafiran yang sangat besar, karena tidak didasarkan atas keyakinan, dan tidak patut diucapkan oleh seseorang manusia. Kelancangan mereka mengucapkan kalimat kafir itu ditegaskan Allah sebagai suatu kebohongan semata-mata, yang demikian tidak mengandung kebenaran.

Kepada mereka ini, Allah Subhanahu wa Ta'ala memperingatkan Rasul untuk memerintahkan kepada umatnya supaya kembali kepada agama tauhid, sebagaimana yang diajarkan Alquran.

Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:
قُلْ يَا أَهْلَ الْكِتَابِ تَعَالَوْا إِلَى كَلِمَةٍ سَوَاءٍ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ أَلَّا نَعْبُدَ إِلَّا اللَّهَ وَلَا نُشْرِكَ بِهِ شَيْئًا وَلَا يَتَّخِذَ بَعْضُنَا بَعْضًا أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ
Katakanlah: "Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai Tuhan selain Allah..."
(Q.S. Ali Imran [3]:64)

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
TAFSIR JALALAIN
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

(Tiadalah mereka dengannya) dengan perkataan tersebut (mempunyai pengetahuan tentang hal itu, begitu pula nenek moyang mereka) sebelum mereka yang juga mengatakan hal yang sama. (Alangkah jeleknya) alangkah besar dosanya (kata-kata yang keluar dari mulut mereka) lafal Kalimatan berkedudukan menjadi Tamyiz yang maknanya menafsirkan pengertian Dhamir yang dimubhamkan, sedangkan subjek yang dicelanya tidak disebutkan, yaitu perkataan mereka yang tadi. (Tiada Lain) (mereka mengatakan) hal tersebut (hanyalah) perkataan (yang dusta belaka).
««•»»
They do not have, in this, in this saying, any knowledge, nor did their fathers, before them, who [also] used to say this. Dreadful, grave, is the word that comes out of their mouths (kalimatan, ‘word’, is for specification and it explains the unidentified [feminine] person [of the verb, kaburat, ‘dreadful’]; and that which is the object of censure has been omitted, and that is their above-mentioned saying [that God has taken a son]). They speak nothing, thereby, but, an utterance of, lies.
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

[AYAT 4][AYAT 6]
[KEMBALI]
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
5of110
Sumber: Yayasan Indonesia Membaca http://www.indonesiamembaca.net
http://www.al-quran-al-kareem.com/id/terjemahan/Tafsir-Jalalayn-indonesian
http://www.altafsir.com/Tafasir.asp?tMadhNo=0&tTafsirNo=74&tSoraNo=18&tAyahNo=5&tDisplay=yes&UserProfile=0&LanguageId=2 
http://al-quran.info/#18:5

[018] Al Kahfi Ayat 004

««•»»
Surah Al Kahfi 4

وَيُنْذِرَ الَّذِينَ قَالُوا اتَّخَذَ اللَّهُ وَلَدًا

««•»»
wayundzira alladziina qaaluu ittakhadza allaahu waladaan
««•»»
Dan untuk memperingatkan kepada orang-orang yang berkata: "Allah mengambil seorang anak."
««•»»
and to warn those who say, ‘Allah has taken a son.’
««•»»

Dalam ayat ini Allah Subhanahu wa Ta'ala mengulang lagi tugas Rasul saw untuk memberikan peringatan kepada kaum kafir, karena kekafiran mereka oleh Allah dipandang perkara besar, terutama orang-orang kafir yang mengatakan Allah itu mempunyai putra.

Mereka itu ada tiga golongan: Pertama: Golongan musyrikin Mekah (Arab) yang mengatakan bahwa malaikat-malaikat itu putra Tuhan. Kedua: Golongan orang Yahudi yang mengatakan Uzair putra Tuhan. Ketiga: Golongan orang Nasrani yang mengatakan Isa itu putra Tuhan.

Alquran diturunkan ke dunia untuk mengembalikan kepercayaan umat manusia kepada tauhid yang murni. Banyak ayat-ayat yang mengancam anggapan-anggapan dan kepercayaan-kepercayaan kepada Tuhan yang sangat keliru itu.

Firman Allah SWT:
اتَّخَذُوا أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ وَالْمَسِيحَ ابْنَ مَرْيَمَ وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا إِلَهًا وَاحِدًا لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ سُبْحَانَهُ عَمَّا يُشْرِكُونَ
Orang-orang Yahudi berkata: "Uzair itu putra Allah" dan orang-orang Nasrani berkata: "Al Masih itu putra Allah". Demikian itulah ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang yang terdahulu. Dilaknati Allah lah mereka; bagaimana mereka sampai berpaling?.

(Q.S. At Taubah [9]:30)

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
TAFSIR JALALAIN
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

 
(Dan untuk memperingatkan) kepada semua orang kafir (kepada orang-orang yang berkata, "Allah mengambil seorang anak)".

««•»»
and to warn those, from among the disbelievers, who say, ‘God has taken a son’.
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

[AYAT 3][AYAT 5]
[KEMBALI]
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
4of110
Sumber: Yayasan Indonesia Membaca http://www.indonesiamembaca.net
http://www.al-quran-al-kareem.com/id/terjemahan/Tafsir-Jalalayn-indonesian
http://www.altafsir.com/Tafasir.asp?tMadhNo=0&tTafsirNo=74&tSoraNo=18&tAyahNo=4&tDisplay=yes&UserProfile=0&LanguageId=2 
http://al-quran.info/#18:4