Jumat, 27 Maret 2015

[018] Al Kahfi Ayat 018

««•»»
Surah Al Kahfi 18

وَتَحْسَبُهُمْ أَيْقَاظًا وَهُمْ رُقُودٌ وَنُقَلِّبُهُمْ ذَاتَ الْيَمِينِ وَذَاتَ الشِّمَالِ وَكَلْبُهُمْ بَاسِطٌ ذِرَاعَيْهِ بِالْوَصِيدِ لَوِ اطَّلَعْتَ عَلَيْهِمْ لَوَلَّيْتَ مِنْهُمْ فِرَارًا وَلَمُلِئْتَ مِنْهُمْ رُعْبًا
««•»»
watahsabuhum ayqaatsan wahum ruquudun wanuqallibuhum dzaata alyamiini wadzaata alsysyimaali wakalbuhum baasithun dziraa'ayhi bialwashiidi lawi iththhala'ta 'alayhim lawallayta minhum firaaran walamuli/ta minhum ru'baan
««•»»
Dan kamu mengira mereka itu bangun, padahal mereka tidur; Dan kami balik-balikkan mereka ke kanan dan ke kiri, sedang anjing mereka mengunjurkan kedua lengannya di muka pintu gua. Dan jika kamu menyaksikan mereka tentulah kamu akan berpaling dari mereka dengan melarikan diri dan tentulah (hati) kamu akan dipenuhi oleh ketakutan terhadap mereka.
««•»»
You will suppose them to be awake, although they are asleep. We turn them to the right and to the left, and their dog [lies] stretching its forelegs at the threshold. If you come upon them, you will surely turn to flee from them, and you will surely be filled with a terror of them.
««•»»

Setelah mereka mendapat tempat yang aman dalam gua itu, tekunlah mereka beribadah di dalamnya sampai Tuhan menutup pendengaran mereka dan tertidurlah mereka.

Dalam ayat ini Allah SWT menjelaskan keadaan mereka sewaktu tidur. Mereka tampaknya bangun tetapi sebenarnya mereka tidur. Berkata Ibnu Kasir: "Sebagian ahli ilmu menerangkan bahwa tatkala Tuhan menutup pendengaran mereka dengan jalan menidurkan mereka, maka mata mereka tidak tertutup rapat agar jangan cepat rusak. Bila itu tetap terbuka untuk udara, maka itu lebih tahan lama. Karena mata mereka terbuka, mereka disangka jaga; seolah-olah mereka melihat siapa yang berdiri di hadapan mereka.

Padahal mereka itu benar-benar tidur. Tapi tidur mereka berlainan dengan tidur manusia biasa. Pada tidur biasa umumnya terdapat tanda-tanda istirahat dan organ-organ tubuh terutama mata dan muka. Tidur para penghuni gua itu, menyimpang dari sunah alam yang berlaku, karena Pencipta Alam berkehendak untuk memperlihatkan kepada manusia yang ingkar pada kekuasaan dan kedaulatan Nya atas alam semesta ini.

Meskipun mereka dalam tidur mereka digerakkan Tuhan dengan membalikkan mereka ke kiri dan ke kanan sebagaimana lazimnya orang hidup yang sedang tidur, namun hal demikian tidaklah mengurangi keluar biasaan peristiwa tidur itu sendiri. Tidaklah dapat disamakan dengan berbaliknya seseorang yang tidur biasa agar supaya badan terpelihara. Tuhan Maha Kuasa memelihara badan mereka, walaupun mereka tidak membalik ke kiri dan ke kanan.

Tuhan menggerakkan mereka pada waktu tertentu, untuk menunjukkan adanya kehidupan pada mereka dan membedakan mereka dengan patung-patung atau mumi yang merupakan benda-benda mati. Walaupun misalnya mereka berbalik ke kiri dan ke kanan sekali dalam setahun, sudah cukup menunjukkan pula keajaiban yang luar biasa bagi orang-orang yang menyaksikan sebab mereka tidur lebih tiga ratus tahun lamanya.

Ahli tafsir bermacam-macam pendapat, ada yang mengatakan enam bulan sekali mereka berbalik, ada pula yang mengatakan sekali setahun pada hari Asyura, ada pula yang mengatakan sembilan tahun dan sebagainya; dan perhitungan waktu itu tidaklah penting untuk diketahui. Anjing peliharaan mereka sama pula halnya dengan keadaan mereka. Anjing itu dalam keadaan membujurkan badan dengan kedua tangannya berada di dekat pintu gua. Suasana dalam gua itu sangat menyeramkan.

Siapa saja yang ingin masuk hendak melihat keadaannya, tentulah mereka akan merasa takut, dan melarikan diri. Tak seorangpun yang berani masuk menyentuh gua itu. Tuhan menciptakan suasana seram dan menakutkan dalam gua itu, menurut Ibnu Kasir agar jangan seseorangpun yang mendekat dan menyentuh mereka.

Sampai kelak datang ketentuan yang telah ditetapkan Allah SWT, sebab peristiwa itu mengandung hikmah yang benar, dan atasan yang kuat bahwa janji Allah itu benar dan hari kiamat pasti datang.

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
TAFSIR JALALAIN
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

(Dan kamu akan mengira mereka itu) seandainya kamu melihat mereka (adalah orang-orang yang bangun) yakni tidak tidur, karena mata mereka terbuka.

Lafal Ayqaazhan adalah bentuk jamak dari lafal tunggal Yaqizhun (padahal mereka adalah orang-orang yang tidur) lafal Ruquudun adalah bentuk jamak daripada lafal Raqidun (dan Kami bolak-balikkan mereka ke kanan dan kiri) supaya daging mereka tidak dimakan oleh tanah (sedangkan anjing mereka mengunjurkan kedua lengannya) kedua kaki depannya (di muka pintu gua) ke luar mulut gua itu, dan apabila mereka membalikkan badannya, maka anjing itu pun berbuat yang sama, ia pun sama tidur dengan mereka walaupun matanya terbuka.

(Dan jika kamu menyaksikan mereka tentulah kamu akan berpaling dari mereka dengan melarikan diri dan tentulah hati kamu akan dipenuhi) lafal Muli'ta dapat pula dibaca Mulli'ta (dengan ketakutan terhadap mereka) lafal Ru'ban dapat pula dibaca Ru'uban; Allah memelihara mereka dengan menimpakan rasa takut kepada setiap orang yang hendak memasuki gua tempat mereka, sehingga mereka terpelihara dengan aman.
««•»»
And you would have supposed them — had you seen them — awake, that is, conscious, because their eyes were open (ayqāz, ‘awake’, is the plural of yaqiz), though they were asleep (ruqūd is the plural of rāqid). And We caused them to turn over to the right and to the left, lest the earth consume their flesh, and their dog [lay] stretching its forelegs, his paws, on the threshold, at the opening of the cave: whenever they turned over it would turn over just like them, both during sleep and consciousness. If you had observed them you would have turned away from them in flight and you would have been filled (read la-mulli’ta or la-muli’ta) with awe because of them (read ru‘ban or ru‘uban, ‘awe’): [it was] through this awe that God protected them from anyone entering upon them.
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

[AYAT 17][AYAT 19]
[KEMBALI]
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
18of110
Sumber: Yayasan Indonesia Membaca http://www.indonesiamembaca.net
http://www.al-quran-al-kareem.com/id/terjemahan/Tafsir-Jalalayn-indonesian
http://www.altafsir.com/Tafasir.asp?tMadhNo=0&tTafsirNo=74&tSoraNo=18&tAyahNo=18&tDisplay=yes&UserProfile=0&LanguageId=2 
http://al-quran.info/#18:18

[018] Al Kahfi Ayat 017



««•»»
Surah Al Kahfi 17

وَتَرَى الشَّمْسَ إِذَا طَلَعَتْ تَزَاوَرُ عَنْ كَهْفِهِمْ ذَاتَ الْيَمِينِ وَإِذَا غَرَبَتْ تَقْرِضُهُمْ ذَاتَ الشِّمَالِ وَهُمْ فِي فَجْوَةٍ مِنْهُ ذَلِكَ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ مَنْ يَهْدِ اللَّهُ فَهُوَ الْمُهْتَدِي وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَنْ تَجِدَ لَهُ وَلِيًّا مُرْشِدًا
««•»»
wataraa alsysyamsa idzaa thala'at tazaawaru 'an kahfihim dzaata alyamiini wa-idzaa gharabat taqridhuhum dzaata alsysyimaali wahum fii fajwatin minhu dzaalika min aayaati allaahi man yahdi allaahu fahuwa almuhtadi waman yudhlil falan tajida lahu waliyyan mursyidaan
««•»»
Dan kamu akan melihat matahari ketika terbit, condong dari gua mereka ke sebelah kanan, dan bila matahari terbenam menjauhi mereka ke sebelah kiri sedang mereka berada dalam tempat yang luas dalam gua itu. Itu adalah sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Allah. Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk; dan barangsiapa yang disesatkan-Nya, maka kamu tidak akan mendapatkan seorang pemimpinpun yang dapat memberi petunjuk kepadanya.
««•»»
You may see the sun, when it rises, slanting toward the right of their cave, and, when it sets, cut across them towards the left, while they are in a cavern within it. That is one of Allah’s signs. Whomever Allah guides is rightly guided, and whomever He leads astray, you will never find for him any guardian or guide.
««•»»

Sesudah para pemuda itu berbincang-bincang tentang kaum serta diri mereka sendiri, lalu mereka memutuskan pendirian untuk uzlah ke dalam gua di sebuah gunung yang mereka sepakati, maka Allah SWT dalam ayat ini menerangkan keadaan tempat perlindungan mereka ini. Pintu gua itu menghadap ke utara. Di pagi hari matahari terbit dari arah timur dan di sore hari matahari condong ke barat menyilang pintu gua itu.

Sehingga dengan demikian cahaya matahari hanya mengenai langsung pintu gua dari samping kiri dan kanan. Penghuni-penghuni gua itu sendiri tidak kena sinar matahari meskipun mereka berada di tempat yang luas. Ruangan gua itu mendapat cahaya matahari yang membias dari mulut gua. Maka ruangan itu tidaklah gelap dan selalu memperoleh udara yang sejuk. Mengenai tempat letak gua ini bermacam-macam para ahli tafsir. Ada yang mengatakan, gua itu di daerah dekat Aelia (Yerusalem) di Palestina. Ibnu Ishak mengatakan di Nanawa, yaitu suatu kota lama di daerah Mousi. Ada pula yang mengatakan di negeri Romawi.

Pada keterangan di atas disebutkan bahwa kisah-kisah ini terjadi kota Masus, ini adalah, menurut yang diriwayatkan dari bangsa Arab. Akan tetapi sampai sekarang tidak terdapat bukti yang kuat di mana sebenarnya tempat gua itu. Sekiranya ada faedahnya tentulah Rasul saw akan memberitahukan tempat itu.

Beliau bersabda:
ما تركتم شيئا يقربكم إلى الجنة ويباعدكم عن النار إلا وقد أعلمتكم به
Aku tidak meninggalkan sesuatupun yang dapat mendekatkan kamu ke surga dan menjauhkan kamu dari neraka, melainkan tentulah aku jelaskan kepadamu sesuatu itu.
(H.R. Ibnu Ishak)

Demikian itulah tanda-tanda kekuasaan Allah yang diperlihatkan Nya kepada hamba-hambanya yang beriman. Segala peristiwa yang dialami oleh anak-anak remaja itu, sejak mereka memperoleh hidayah ke jalan tauhid, bermusuhan dengan kaumnya dan keluarganya, tanpa mengindahkan kepentingan mereka pribadi padahal mereka masih muda-muda, kemudian mereka memilih dengan tepat sebuah gua yang sehat untuk tempat tinggal mereka, selanjutnya mereka bangun kembali sesudah 300 tahun lebih lamanya berada dalam keadaan tertidur di dalam gua itu, kesemuanya menunjukkan tanda-tanda kekuasaan Allah SWT yang terdapat dalam alam ini. Tetapi semua tanda-tanda itu hanyalah dapat dihayati oleh mereka yang diberi taufik oleh Allah SWT untuk menerima petunjuk kepada jalan kebenaran seperti pemuda-pemuda penghuni gua itu.

Merekalah orang-orang yang memperoleh petunjuk dan dengan tepat memilih jalan kebenaran sehingga oleh karenanya mereka berbahagia dalam kehidupan duniawi dan ukhrawi. Mereka telah mencapai dan menghayati segala rahmat dan pertolongan Allah SWT yang sebelumnya selalu mereka harap-harapkan. Berbeda halnya dengan mereka ialah orang-orang yang tidak memperoleh petunjuk.

Mereka ini adalah orang-orang yang sesat jalan karena salah pilih. Kesediaannya yang jelek, kecondongannya kepada nafsu duniawi menyebabkan dia salah dalam memilih jalan kebenaran. Mereka terjerumus ke dalam kesesatan jalan yang tidak membawa kebahagiaan. Allah menyesatkan karena memang demikian keadaannya.

Bagi mereka ini sangatlah sukar untuk menemukan pembimbing yang mengembalikannya ke jalan yang lurus dan melepaskan dia dari kesesatan, karena iman dan ingkar itu terletak pada kehendak Tuhan. Dia memberi taufik kepada hamba Nya yang dikehendaki Nya dan membiarkan orang yang dikehendaki Nya.

Dengan penjelasan ayat ini, Rasul saw merasa terhibur dan tambah sadar, sesungguhnya dia tidak perlu berduka cita atas sikap kaumnya yang menjauhkan diri dari ajaran dan anjurannya ke jalan Allah SWT.

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
TAFSIR JALALAIN
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

(Dan kamu akan melihat matahari ketika terbit, condong) Lafal Tazaawaru dapat dibaca dengan memakai Tasydid atau Takhfif, artinya melenceng (dari gua mereka ke sebelah kanan) ke arah sebelah kanan (dan bila matahari itu terbenam menjauhi mereka ke sebelah kiri) yakni membiarkan mereka dan melewati mereka, hingga sinar matahari sama sekali tidak mengenai mereka (sedangkan mereka berada di tempat yang luas dalam gua itu) yakni gua yang luas, sehingga mereka selalu mendapatkan tiupan angin yang segar lagi menyejukkan. (Itu) yakni hal yang telah disebutkan (adalah sebagian tanda-tanda Allah) bukti-bukti yang menunjukkan akan kekuasaan-Nya.

(Barang siapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk dan barang siapa yang disesatkan-Nya, maka kamu tak akan mendapatkan seorang pemimpin pun yang dapat memberi petunjuk kepadanya).
««•»»
And you might have seen the sun, when it rose, inclining (read tazzāwaru or tazāwaru) away from their Cave towards the right, side of it, and, when it set, go past them on the left, avoid them and pass over them, so that it does not fall on them at all, while they were in a cavern therein, in an ample space inside the Cave where the coolness and the gentle breeze of the winds reached them. That, which is mentioned, was [one] of God’s signs, [one of] the proofs of His power. Whomever God guides, he indeed is rightly guided, and whomever He leads astray, you will not find for him a guiding friend.
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

[AYAT 16][AYAT 18]
[KEMBALI]
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
17of110
Sumber: Yayasan Indonesia Membaca http://www.indonesiamembaca.net
http://www.al-quran-al-kareem.com/id/terjemahan/Tafsir-Jalalayn-indonesian
http://www.altafsir.com/Tafasir.asp?tMadhNo=0&tTafsirNo=74&tSoraNo=18&tAyahNo=17&tDisplay=yes&UserProfile=0&LanguageId=2
http://al-quran.info/#18:17

[018] Al Kahfi Ayat 016

««•»»
Surah Al Kahfi 16

وَإِذِ اعْتَزَلْتُمُوهُمْ وَمَا يَعْبُدُونَ إِلَّا اللَّهَ فَأْوُوا إِلَى الْكَهْفِ يَنْشُرْ لَكُمْ رَبُّكُمْ مِنْ رَحْمَتِهِ وَيُهَيِّئْ لَكُمْ مِنْ أَمْرِكُمْ مِرفَقًا
««•»»
wa-idzi i'tazaltumuuhum wamaa ya'buduuna illaa allaaha fa/wuu ilaa alkahfi yansyur lakum rabbukum min rahmatihi wayuhayyi/ lakum min amrikum mirfaqaan
««•»»
Dan apabila kamu meninggalkan mereka dan apa yang mereka sembah selain Allah, maka carilah tempat berlindung ke dalam gua itu, niscaya Tuhanmu akan melimpahkan sebagian rahmat-Nya kepadamu dan menyediakan sesuatu yang berguna bagimu dalam urusan kamu {876}.
{876} Perkataan ini terjadi antara mereka sendiri yang timbulnya karena ilham dari Allah.
««•»»
When you have dissociated yourselves from them and from what they worship except Allah, then take refuge in the Cave. Your Lord will unfold His mercy for you, and He will help you on to ease in your affair.’
««•»»

Dalam ayat ini, Allah SWT melanjutkan tentang percakapan mereka sama lain, berkata sebagian dari mereka ke yang lainnya: Bilamana kamu menjauhkan diri dari kaum dan kampung halamanmu lahir dan batin, serta menolak untuk mengikuti adat-istiadat mereka dan menyembah selain Allah, karena tindakan seperti demikian akan menimbulkan kemarahan mereka terhadap kamu, maka seharusnyalah kamu mencari tempat perlindungan ke dalam suatu gua.

Di tempat tersebut kamu dapat melakukan ibadah dengan tekun dan khusyuknya, terhindar dari gangguan kaummu dan bilamana kamu sudah menghambakan diri sepenuhnya kepada Allah, serta memohon pemeliharaannya, maka tentulah Dia akan mencurahkan rahmat Nya kepadamu. Kamu tidak akan mati kelaparan atau kehausan dalam gua itu. Allah SWT akan memberikan jalan keluar kepadamu dalam urusan, baik dalam mengatasi kesukaran makan dan minum ataupun lainnya dan Allah akan melapangkan jalan beribadah dengan sempurna kepada Nya sehingga mencapai suatu kelezatan ibadah yang melebihi kelezatan lainnya".

Demikian mereka bercakap-cakap sesama mereka dan apa yang mereka ucapkan itu lahir dari keyakinan dan harapan mereka akan anugerah Allah dan berkat kepasrahan dan keimanan mereka yang sempurna kepada Nya. Allah SWT telah menggerakkan hati anak-anak remaja itu untuk menjadi orang-orang yang saleh, penghuni gua, yang kisah mereka akhirnya selalu dikenang dalam sejarah umat beragama. Demikian pemuda-pemuda, selamanya hati mereka lebih suci dan lebih cinta kepada kebenaran, yaitu sifat yang amat baik diperlukan bagi seseorang pemimpin.
Berkata Ibnu 'Abbas:
ما بعث الله نبيا إلا وهو شاب وما أعطي علم لعالم إلا وهو شاب
"Tidaklah Allah mengutus seorang Nabi kecuali dia seorang pemuda, dan tiada diberikan ilmu kepada seorang alim, kecuali dia pemuda".

Kemudian beliau membaca potongan ayat-ayat tersebut sebagai berikut:

قَالُوا سَمِعْنَا فَتًى يَذْكُرُهُمْ يُقَالُ لَهُ إِبْرَاهِيمُ
Mereka berkata: "Kami dengar ada seorang pemuda yang mencela berhala berhala ini, yang bernama Ibrahim".
(QS. Al Anbiya [21]:60)

Dan Firman Allah SWT:
وإذ قال موسى لفته
"Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada muridnya (pemuda)".
(QS. Al Kahfi [18]:60)

Dan firman Allah SWT:
إِنَّهُمْ فِتْيَةٌ ءَامَنُوا بِرَبِّهِمْ
Sesungguhnya mereka itu adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka.
(QS. Al Kahfi [18]:13)

Dapatlah dibenarkan anak-anak remaja pergi untuk hidup menyendiri seperti hidup di dalam gua, meninggalkan medan. Bila ada pendapat yang mengatakan bahwa hidup uzlah (menyepi) berdasar ayat ini adalah disyariatkan dan dipandang sunat secara mutlak tanpa syarat maka pendapat itu adalah keliru. Ayat ini menunjukkan ketabahan hidup menyepi di dalam gua dari ashabul Kahfi, bilamana seseorang diperkosa agamanya dan dituntut agar dia musyrik.

Al Gazali dalam kitabnya Al Ihya, menolak menggunakan ayat ini untuk dijadikan dalil bagi keutamaan hidup uzlah. Berkata beliau "Ashabul Kahfi tidak menyepikan diri dari mereka sendiri, yakni satu sama lain. Mereka seluruhnya adalah orang-orang yang beriman. Mereka m menyepikan diri dari orang-orang kafir". Jadi wajarlah kalau mereka beruzlah agar terpelihara dari keonaran orang-orang kafir dan raja yang hendak membunuh mereka. Hidup menyepi dalam arti bersembunyi dari kejahatan dan kebatilan yang tidak dapat diperbaiki atau memperbaikinya adalah berbahaya maka uzlah semacam ini dibenarkan.

As-Suyuti dalam kitabnya Al-Iklil berpendapat bahwa dari ayat ini dapat dipahami, disyariatkan uzlah dan lari dari kelaliman dan tinggal dalam gua sewaktu rusaknya zaman. Pendapat beliau ini perlu penjelasan. Karena masih kabur. Zaman manakah yang bersih dari kerusakan? Sebenarnya yang terpaham dalam ayat ini ialah lari dari pemerkosaan terhadap hak hidup beragama.
Hidup uzlah karena frustasi dan keputusasaan dalam menghadapi kenyataan hidup tidaklah dibenarkan oleh agama. Untuk memahami ayat ini, haruslah diperhatikan suasana di kala terjadinya peristiwa uzlahnya pemuda itu. Mereka menyepi dengan melarikan diri ke dalam gua adalah karena mereka akan dibunuh oleh raja yang sewenang-wenang itu, dan suasana tidak mengizinkan atau memberi kesempatan untuk berjuang melawan kesewenang-wenangan raja itu, dan melahirkan keimanan mereka.

Di masa permulaan Islam Nabi menyuruh sahabat-sahabatnya berhijrah ke negeri Habasyah dan kemudian ke Madinah dan kemudian beliau sendiri hijrah ke Madinah ialah karena keganasan kaum musyrikin Quraisy, sedang kaum Muslimin tidak dapat berbuat apa-apa terhadap keganasan itu, karena mereka masih dalam keadaan lemah. Terhadap Nabi khususnya mereka sudah bersiap hendak membunuhnya. Rumah Nabi telah mereka kepung di malam hari, karena mereka hendak melaksanakan pembunuhan itu.

Karena kaum musyrikin itu telah mengadakan komplotan untuk membunuh Nabi, maka Tuhan memerintahkan agar Nabi berhijrah. Atas dasar perintah itulah Nabi berhijrah, jadi bukan karena lari dari medan, menyendiri atau uzlah dan sebagainya. Tetapi hidup uzlah dalam arti mengasingkan diri dari kemewahan hidup dan perbudakan harta dan hawa nafsu, lalu hidup sederhana di tengah-tengah masyarakat, sebagaimana yang diperlihatkan sahabat Nabi Abu Zar Al Gifari tidaklah tercela, bahkan dibenarkan oleh agama Islam. Barkata Ibnu Kasir: "Abu Zar berpendapat bahwa tidaklah patut seseorang muslim memiliki harta melebihi dari persediaan makanannya sehari semalam, atau dari sesuatu yang dipergunakannya untuk berperang, atau dari suatu yang disediakannya untuk tamu. Beliau berpegang kepada zahir ayat."

Firman Allah SWT:
وَالَّذِينَ يَكْنِزُونَ الذَّهَبَ وَالْفِضَّةَ وَلَا يُنْفِقُونَهَا فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَبَشِّرْهُمْ بِعَذَابٍ أَلِيمٍ
Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka bahwa mereka akan mendapat siksa yang pedih.
(QS. At Taubah [9]:34)

Beliau hidup dalam kesederhanaan karena tidak mau terlibat dalam kehidupan mewah yang mulai nampak pada zaman khalifah Usman ra. Demikian contoh kehidupan uzlah yang terdapat di kalangan sahabat Rasulullah saw.

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
TAFSIR JALALAIN
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

(Dan apabila kamu meninggalkan mereka beserta apa yang mereka sembah selain Allah, maka carilah tempat berlindung ke dalam gua itu, niscaya Rabb kalian akan melimpahkan sebagian rahmat-Nya kepada kalian dan menyediakan sesuatu yang berguna bagi kalian dalam urusan kalian) Lafal mirfaqan dapat dibaca marfiqan artinya apa-apa yang menjadi keperluan kalian berupa makan siang dan makan malam.
««•»»
And when you withdraw from them and from that which they worship except God, then take refuge in the Cave. Your Lord will reveal for you something of His mercy and prepare for you in your affair some comfort’ (read mirfaqan or marfiqan), that is to say, something for you to find comfort in, in the way of lunch or supper.
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

[AYAT 15][AYAT 17]
[KEMBALI]
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
16of110
Sumber: Yayasan Indonesia Membaca http://www.indonesiamembaca.net
http://www.al-quran-al-kareem.com/id/terjemahan/Tafsir-Jalalayn-indonesian
http://www.altafsir.com/Tafasir.asp?tMadhNo=0&tTafsirNo=74&tSoraNo=18&tAyahNo=16&tDisplay=yes&UserProfile=0&LanguageId=2 
http://al-quran.info/#18:16

[018] Al Kahfi Ayat 015

««•»»
Surah Al Kahfi 15

هَؤُلَاءِ قَوْمُنَا اتَّخَذُوا مِنْ دُونِهِ آلِهَةً لَوْلَا يَأْتُونَ عَلَيْهِمْ بِسُلْطَانٍ بَيِّنٍ فَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى اللَّهِ كَذِبًا
««•»»
haaulaa-i qawmunaa ittakhadzuu min duunihi aalihatan lawlaa ya/tuuna 'alayhim bisulthaanin bayyinin faman azhlamu mimmani iftaraa 'alaa allaahi kadzibaan
««•»»
Daum kami ini telah menjadikan selain Dia sebagai tuhan-tuhan (untuk disembah). Mengapa mereka tidak mengemukakan alasan yang terang (tentang kepercayaan mereka)? Siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah?
««•»»
These—our people— have taken gods besides Him. Why do they not bring any clear authority touching them? So who is a greater wrongdoer than he who fabricates a lie against Allah?
««•»»

Kemudian dalam ayat ini, Allah SWT menceritakan percakapan pemuda-pemuda itu antara mereka sendiri. Mereka mengatakan bahwa kaum mereka yang di bawah kekuasaan Decyanus itu meskipun mereka lebih tua, banyak pengalaman, namun mereka menyekutukan Tuhan juga tanpa mempergunakan akal pikiran mereka. Mengapa mereka tidak mengemukakan atasan yang benar, atau bukti yang kuat dan jelas untuk memperkuat kebenaran apa yang mereka katakan dan percayai itu. Pemuda-pemuda itu menyatakan bahwa kaum mereka itu sebenarnya berbuat sebagaimana anak-anak remaja itu, mereka telah menunjukkan bukti-bukti kebenaran agama yang mereka anut.

Selanjutnya anak-anak muda itu menyatakan bahwa tidak ada suatu kelaliman yang lebih besar kecuali kelaliman orang yang berbuat dusta terhadap Allah seperti: orang yang mengatakan Tuhan itu mempunyai sekutu. Kaum mereka itu telah mempersamakan martabat berhala-berhala dengan martabat Tuhan yang tinggi, tetapi mereka tidak dapat memberikan atasan yang benar, pada hal suatu agama seharusnya berdasarkan kepercayaan atau hujah atau atasan yang benar. Mereka mengada-adakan nama-nama untuk sebutan-sebutan untuk Tuhan itu, hanyalah menurut hawa nafsu mereka saja.

Firman Allah SWT:
إِنْ هِيَ إِلَّا أَسْمَاءٌ سَمَّيْتُمُوهَا أَنْتُمْ وَآبَاؤُكُمْ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ بِهَا مِنْ سُلْطَانٍ إِنْ يَتَّبِعُونَ إِلَّا الظَّنَّ وَمَا تَهْوَى الْأَنْفُسُ وَلَقَدْ جَاءَهُمْ مِنْ رَبِّهِمُ الْهُدَى
Itu tidak lain hanyalah nama-nama yang kamu dan bapak-bapak kamu mengada-adakannya. Allah tidak menurunkan suatu keteranganpun untuk (menyembah) nya. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti sangkaan sangkaan dan apa yang diingini oleh hawa nafsu mereka, dan sesungguhnya telah datang petunjuk mereka dari Tuhan mereka.
(QS. An Najm [53]:23)

Nama-nama yang diberikan kepada sekutu-sekutu Tuhan itu bermacam-macam seperti Al Lata, Al Manat, Al Uzza, yaitu nama-nama untuk berhala-berhala yang diberikan oleh orang-orang Arab jahiliah. Atau nama lain seperti Tuhan putra, Sukma Sejati, dan lain-lain sebagainya, yang dikenal dalam kalangan bangsa-bangsa lain.

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
TAFSIR JALALAIN
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

(Mereka) lafal `Haaulaa-i` berkedudukan menjadi Mubtada (kaum kami ini) menjadi Athaf Bayan (telah menjadikan selain Dia sebagai tuhan-tuhan. Mengapa tidak) (mereka mengemukakan atas perbuatan mereka itu) atas penyembahan yang mereka lakukan itu (alasan yang terang?) hujah yang jelas. (Siapakah yang lebih zalim) maksudnya tidak ada seorang pun yang lebih zalim (daripada orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah?) yaitu dengan menisbatkan sekutu kepada Allah swt. Lalu sebagian di antara pemuda itu berkata kepada sebagian yang lain:
««•»»
These (hā’ūlā’ is the subject [of the sentence]) our people (qawmunā is an explicative supplement [to the subject]) have taken gods besides Him. Why [if what they claim is true] do they not bring some clear warrant, some manifest argument, regarding them? regarding worship of these [idols]. And who does greater wrong — in other words, no one does greater wrong — than he who invents a lie against God?, by ascribing partners to Him, exalted be He. Some among the youths said to the others:
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

[AYAT 14][AYAT 16]
[KEMBALI]
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
15of110
Sumber: Yayasan Indonesia Membaca http://www.indonesiamembaca.net
http://www.al-quran-al-kareem.com/id/terjemahan/Tafsir-Jalalayn-indonesian
http://www.altafsir.com/Tafasir.asp?tMadhNo=0&tTafsirNo=74&tSoraNo=18&tAyahNo=15&tDisplay=yes&UserProfile=0&LanguageId=2 
http://al-quran.info/#18:15

[018] Al Kahfi Ayat 014

««•»»
Surah Al Kahfi 14

وَرَبَطْنَا عَلَى قُلُوبِهِمْ إِذْ قَامُوا فَقَالُوا رَبُّنَا رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ لَنْ نَدْعُوَ مِنْ دُونِهِ إِلَهًا لَقَدْ قُلْنَا إِذًا شَطَطًا
««•»»
warabathnaa 'alaa quluubihim idz qaamuu faqaaluu rabbunaa rabbu alssamaawaati waal-ardhi lan nad'uwa min duunihi ilaahan laqad qulnaa idzan syathathaan
««•»»
Dan Kami meneguhkan hati mereka diwaktu mereka berdiri {875}, lalu mereka pun berkata, "Tuhan kami adalah Tuhan seluruh langit dan bumi; kami sekali-kali tidak menyeru Tuhan selain Dia, sesungguhnya kami kalau demikian telah mengucapkan perkataan yang amat jauh dari kebenaran".
{875} Maksudnya: berdiri di hadapan raja Dikyanus (Decius) yang zalim dan menyombongkan diri.
««•»»
and fortified their hearts, when they stood up and said, ‘Our Lord is the Lord of the heavens and the earth. We will never invoke any god besides Him, for then we shall certainly have said an atrocious lie.
««•»»

Dalam ayat ini Allah SWT menerangkan bahwa Allah SWT meneguhkan hati mereka dengan kekuatan iman, membulatkan tekad mereka kepada agama tauhid, dan memberikan keberanian untuk mengatakan kebenaran agama itu di hadapan raja Decyanus yang kafir dan sewenang-wenang. Sewaktu raja itu mencela dan memaksa mereka untuk menyembah berhala, mereka dengan lantang berkata: "Tuhan kami adalah Tuhan yang menciptakan langit dan bumi, kami sekali-kali tidak menyeru Tuhan selain Dia." Dengan demikian mereka mengatakan bahwa Tuhan mereka adalah Tuhan Pencipta alam semesta ini, oleh karena itu mereka tidak akan menyembah selain Tuhan Pencipta ini.

Dalam pernyataan mereka ini, terkandung dua pengakuan tentang kekuasaan Tuhan. Pertama pengakuan mereka tentang keesaan Tuhan dalam memelihara dan menciptakan alam semesta ini. Kedua pengakuan mereka tentang keesaan Tuhan dan hak Nya untuk disembah oleh makhluk Nya. Orang-orang musyrikin mengakui keesaan Tuhan dalam menciptakan dan memelihara alam semesta ini,

sebagaimana dijelaskan Allah dalam firman:
وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَسَخَّرَ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ فَأَنَّى يُؤْفَكُونَ
Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka: "Siapakah yang menciptakan langit dan bumi dan menundukkan matahari dan bulan?", Tentu mereka akan menjawab: "Allah," maka betapakah mereka (dapat) dipalingkan (dari jalan yang benar).
(QS. Al Ankabuut [29]:61)

Akan tetapi orang musyrikin tidaklah mengakui keesaan Tuhan tentang berhak-Nya untuk disembah oleh hamba-hamba-Nya. Mereka menyembah berhala-berhala sebagai sekutu Tuhan yang akan mendekatkan mereka dengan sedekat-dekatnya kepada Tuhan Yang Maha Esa itu,

sebagaimana diterangkan dalam firman Allah SWT:
مَا نَعْبُدُهُمْ إِلَّا لِيُقَرِّبُونَا إِلَى اللَّهِ زُلْفَى
"....Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya."
(QS. Az Zumar [39]:3)

Sesudah pemuda-pemuda itu menyatakan pengakuan mereka tentang keesaan Tuhan, lalu mereka memberikan atasan penolakan mereka terhadap penyembahan berhala-berhala sebagaimana yang dikehendaki oleh raja Decyanus itu. Mereka menyatakan, bahwa bilamana mereka menyembah dan berdoa kepada selain Allah, berarti mereka mengerjakan yang jauh dari kebenaran.

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
TAFSIR JALALAIN
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

(Dan Kami telah meneguhkan hati mereka) Kami memperkuat hati mereka berpegangan kepada kalimat yang hak (di waktu mereka berdiri) di hadapan raja mereka yang menyuruh mereka supaya bersujud kepada berhala-berhala (lalu mereka berkata, "Rabb kami adalah Rabb langit dan bumi, kami sekali-kali tidak menyeru kepada selain-Nya) yakni selain Allah (sebagai Tuhan, sesungguhnya kami kalau demikian telah mengucapkan perkataan yang amat jauh dari kebenaran)" perkataan yang keterlaluan lagi sangat kafir jika seumpamanya kami menyeru kepada tuhan selain Allah.
««•»»
And We strengthened their hearts, to [enable them to] speak the truth, when they stood up, before their king, who had commanded them to prostrate to idols, and said, ‘Our Lord is the Lord of the heavens and the earth. We will not call on any god besides Him, that is, other than Him, for then we shall certainly have uttered an outrage, in other words, [we shall have spoken] a statement that contains shatat, meaning one of extreme disbelief, were we, hypothetically, to call on any god other than God.
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

[AYAT 14][AYAT 16]
[KEMBALI]
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
14of110
Sumber: Yayasan Indonesia Membaca http://www.indonesiamembaca.net
http://www.al-quran-al-kareem.com/id/terjemahan/Tafsir-Jalalayn-indonesian
http://www.altafsir.com/Tafasir.asp?tMadhNo=0&tTafsirNo=74&tSoraNo=18&tAyahNo=14&tDisplay=yes&UserProfile=0&LanguageId=2 
http://al-quran.info/#18:14

Jumat, 20 Maret 2015

[018] Al Kahfi Ayat 013

««•»»
Surah Al Kahfi 13
نَحْنُ نَقُصُّ عَلَيْكَ نَبَأَهُمْ بِالْحَقِّ إِنَّهُمْ فِتْيَةٌ آمَنُوا بِرَبِّهِمْ وَزِدْنَاهُمْ هُدًى
««•»»
nahnu naqushshu 'alayka naba-ahum bialhaqqi innahum fityatun aamanuu birabbihim wazidnaahum hudaan
««•»»
Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) cerita ini dengan benar. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambah pula untuk mereka petunjuk.
««•»»
We relate to you their account in truth. They were indeed youths who had faith in their Lord, and We had enhanced them in guidance,
««•»»

Dalam ayat ini Allah SWT mulai menguraikan cerita Ashabul Kahfi, yang pada ayat-ayat sebelumnya, baru disampaikan secara umum. Allah SWT mengatakan kepada Rasul saw, bahwa cerita yang disampaikan ini mengandung kebenaran. Maksudnya diceritakan menurut kejadian, tidak seperti yang dikenal oleh bangsa Arab. Bangsa Arab telah mengenal cerita pemuda-pemuda penghuni gua ini, akan tetapi dalam bentuk yang salah. Umayyah Ibnu Abu Salt seorang penyair Arab zaman permulaan Islam dari Bani Umayyah meninggal dunia tahun 9 H, pernah dalam sebuah baitnya menyebut gua ini, yang menunjukkan bahwa bangsa Arab telah mengenal cerita ini.

Baitnya berbunyi:
وليس بها إلا الرقيم مجاورا وصيد همو والقوم هجد

Tidak ada di situ kecuali Ar Raqim (batu tertulis) yang berada di dekatnya serta anjingnya. Sedang kaum itu tidur dalam gua.

Kemudian Allah menjelaskan cerita itu bahwa sesungguhnya mereka adalah anak-anak yang masih remaja yang beriman kepada Tuhan mereka Yang Maha Kuasa dengan penuh keyakinan. Meskipun masyarakat mereka menganut agama syirik, tetapi mereka dapat mempertahankan keimanan mereka dari pengaruh kemusyrikan itu. Memang para pemuda pada umumnya mempunyai sifat mudah menerima kebenaran, mereka lebih cepat menerima petunjuk ke jalan yang benar dibandingkan dengan orang-orang tua yang sudah tenggelam dalam ajaran-ajaran yang batal.

Oleh karena itu dalam sejarah, terutama sejarah perkembangan Islam, para pemudalah yang lebih banyak pertama kali menerima ajaran Allah dan Rasul-Nya. Adapun orang tua, seperti tokoh-tokoh Quraisy terus menerus mempertahankan ajaran agama yang batal, sedikit sekali dari orang tua itu yang menerima ajaran Islam.

Benarlah kata ahli hikmah:
Pokok inti kepemudaan itu adalah keimanan. Dalam masa muda itu, seseorang mulai menerima dan menemukan keimanan dan meneguhkan ke dalam pribadinya.

Berkata Al Junaid seorang Sufi:
Masa muda remaja itu, masa untuk memberikan darma bakti, tahan derita, pantang mengeluh.

Semakin banyak pengorbanan dan pengabdian mereka terhadap Tuhan, makin tambah kuat iman dan takwa mereka.

Firman Allah SWT:
وَالَّذِينَ اهْتَدَوْا زَادَهُمْ هُدًى وَآتَاهُمْ تَقْوَاهُمْ
Dan orang-orang yang mendapat petunjuk Allah menambah petunjuk kepada mereka dan memberikan kepada mereka (batasan) ketakwaannya.
(QS. Muhammad [47]:17)

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
TAFSIR JALALAIN
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

(Kami ceritakan) Kami membacakan (kisah mereka kepadamu dengan sebenarnya) dengan sesungguhnya. (Sesungguhnya mereka itu adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Rabb mereka dan Kami tambahkan kepada mereka petunjuk).
««•»»
We relate, recite, to you their story with truth, that is, truthfully. They were indeed youths who believed in their Lord, and We increased them in guidance.
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

[AYAT 12][AYAT 14]
[KEMBALI]
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
13of110
Sumber: Yayasan Indonesia Membaca http://www.indonesiamembaca.net
http://www.al-quran-al-kareem.com/id/terjemahan/Tafsir-Jalalayn-indonesian
http://www.altafsir.com/Tafasir.asp?tMadhNo=0&tTafsirNo=74&tSoraNo=18&tAyahNo=13&tDisplay=yes&UserProfile=0&LanguageId=2 
http://al-quran.info/#18:13

[018] Al Kahfi Ayat 012

««•»»
Surah Al Kahfi 12

ثُمَّ بَعَثْنَاهُمْ لِنَعْلَمَ أَيُّ الْحِزْبَيْنِ أَحْصَى لِمَا لَبِثُوا أَمَدًا
««•»»
tsumma ba'atsnaahum lina'lama ayyu alhizbayni ahsaa limaa labitsuu amadaan
««•»»
Kemudian Kami bangunkan mereka, agar Kami mengetahui manakah di antara kedua golongan itu {874} yang lebih tepat dalam menghitung berapa lama mereka tinggal (dalam gua itu)
{874} Kedua golongan itu ialah pemuda-pemuda itu sendiri yang berselisih tentang berapa lamanya mereka tinggal dalam gua itu.
««•»»
Then We aroused them that We might know which of the two groups better reckoned the period they had stayed.
««•»»

Kemudian Allah SWT menerangkan bahwa sesudah mereka tidur dalam gua itu selang beberapa lamanya, maka Allah membangunkan mereka. Pendengaran mereka dipulihkan kembali oleh Allah SWT. Sewaktu seseorang penggembala kambing menggempur dinding batu yang menutup mulut gua itu, maka suara reruntuhan itu terdengar oleh mereka, dan terbangunlah mereka setelah tidur berabad-abad lamanya. Dan dengan demikian, Allah SWT mengetahui mana di antara dua golongan yang berselisih itu dapat menghitung dengan tepat berapa lamanya mereka tinggal dalam gua itu.

Tetapi akhirnya mereka menyadari bahwa mereka tidaklah mengetahui secara pasti berapa 1ama mereka tinggal dalam gua itu, lalu mereka mengakui bahwa Tuhanlah yang memelihara tubuh mereka sehingga tidak hancur, dan mereka bertambah yakin akan kesempurnaan kekuasaan Tuhan serta ilmu-Nya. Oleh karena itu, dengan peristiwa yang mereka alami itu mereka dapat merenungkan tentang perkara hari kiamat. Bagi orang-orang yang beriman pada zaman itu, peristiwa itu menambah teguhnya iman mereka, sedang terhadap orang kafir peristiwa itu menjadi bukti nyata bagi kekuasaan Tuhan.

Bermacam-macam pendapat ahli tafsir dalam menjelaskan maksud dari kata "dua golongan" dalam ayat ini. Ada yang mengatakan bahwa yang dimaksud dengan dua golongan itu ialah golongan pertama adalah para pemuda penghuni gua itu, dan golongan kedua adalah penduduk kota yang mengetahui sejarah menghilangnya pemuda-pemuda itu.

Ada yang mengatakan kedua golongan yang berselisih pendapat itu ialah para pemuda itu dengan raja-raja yang memerintah silih berganti di negeri Afasus itu. Banyak lagi pendapat-pendapat yang lain. Tetapi pendapat lain yang mendekati kebenaran ialah mengatakan bahwa kedua golongan itu adalah pemuda-pemuda penghuni gua itu sendiri. Setelah mereka bangun dan tidur, mereka saling bertanya satu sama lain. Sebagian mengatakan: "Kita tinggal dalam gua ini sehari atau setengah hari". Sebagian yang lain mengatakan Tuhanmu lebih mengetahui berapa lamanya kamu tinggal dalam gua ini"

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
TAFSIR JALALAIN
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

(Kemudian Kami bangunkan mereka) Kami buat mereka bangun (agar Kami mengetahui) menyaksikan secara nyata (manakah di antara kedua golongan itu) di antara kedua kelompok yang memperselisihkan tentang lamanya mereka tinggal di dalam gua itu (yang lebih tepat) lebih cocok, lafal Ahshaa ini berwazan Af`ala (mengenai diamnya mereka dalam gua itu) tentang tinggalnya mereka. Lafal `Lima Labitsuu` berta`alluq kepada lafal berikutnya (yakni masanya) batas waktunya.
««•»»
Then We aroused them, We awakened them, that We might know, a knowledge of direct vision, which of the two parties, the two groups in disagreement over the length of their stay [in the cave], was better in calculating (ahsā is [of the pattern] of af‘al, meaning ‘more precise’]) what they had tarried (li-mā labithū is semantically connected to the following) in [terms of the] length of time (amadan, [in the accusative] denotes purpose).
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

[AYAT 11][AYAT 13]
[KEMBALI]
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
12of110
Sumber: Yayasan Indonesia Membaca http://www.indonesiamembaca.net
http://www.al-quran-al-kareem.com/id/terjemahan/Tafsir-Jalalayn-indonesian
http://www.altafsir.com/Tafasir.asp?tMadhNo=0&tTafsirNo=74&tSoraNo=18&tAyahNo=12&tDisplay=yes&UserProfile=0&LanguageId=2 
http://al-quran.info/#18:12